Dari : Daftar Blog Saya Blog Induk
Daftar Blog Saya
- ISLAMI SD RAMADHAN 1446 H 2025 M2 minggu yang lalu
- REKAP SD 010320252 minggu yang lalu
- AWAKEN SAMADHI TRAILER Eng Ina subtitle1 tahun yang lalu
- REHAT PMM TQ SD 100420231 tahun yang lalu
- LINK GDRIVE TK SHARE1 tahun yang lalu
- AWAKEN SAMADHI TRAILER Eng Ina sub2 tahun yang lalu
- KOMENTAR VLOG SD 11052022 (15052022)2 tahun yang lalu
- DARI : LAMPIRAN KUTIPAN
LAMPIRAN KUTIPAN
FORMAT
Namaste (bagi kami) artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda" maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah. Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya. Jika anda inginkan surga di sana layakkan juga surga di sini dengan kearifan menjaga kebersamaan dan kebaikan untuk sesama dengan memastikan keberdayaan tindakan nyata bukan sekedar idea anggapan dan keyakinan belaka. Walau secara labeling pandangan mungkin saja masih nanti (paska pralaya dunia?) namun dalam leveling kenyataan bisa jadi seketika (tanpa alam antara?). Jika anda dambakan kemanunggalan Ilahiah (transendensi moksa individualitas universal nama batiniah ke wilayah rohani tinggi hingga Anenja Brahma tidak sebatas dematerialisasi murca rupa zahiriah ke dimensi eteris peta, asura Bhumadeva atau astral Kamadeva 6 ?) layakkan diri sebagai media Brahma Vihara (sebagai media ilahi … tidak sekedar lihai bertransaksi mendapat untuk tersekap atau ikhlash memberi untuk menerima kembali namun murni mengasihi sebagaimana harusnya harmoni kasih universal yang berlaku disadari dan ketulusan untuk berbagi secara wajar memang perlu dijalani) sehingga kualifikasi adhikari tihetuka yang dewasa terjaga dan (dikarenakan senantiasa ada korelasi kosmik antara kesadaran, kecakapan dan kelayakan yang tumbuh berkembang secara simultan/progressif) kewasesaan batiniah juga akan berkembang (orientasi , refleksi + distansi & meditasi) dari akar penempuhan hingga puncak penembusannya (asalkan tetap terjaga dari godaan kemegahan yang menyekap sensasi kemauan, cobaan kemampuan yang menjebak fantasi keakuan dan labirin parallel yang memandekan, membingungkan atau bahkan menjatuhkan). Jika anda harapkan nibbana nanti layakkan juga nibbana saat ini dengan keterjagaan memandang tilakhana kesemestaan dengan kewaspadaan tanpa keterlelapan dan keberdayaan simultan progressif menyelaraskan diri dengan kewajaran pemurnian adhi sila (moralitas berprilaku zahiriah dan integritas berpribadi batiniah), memberdayakan diri dengan kemantapan adhi citta bhavana dan semakin men-terjagakan diri dengan kematangan penembusan adhi panna sehingga memadailah kualitas Ariya Puggala ... bukan hanya terlayakkan 'sertifikat kosmik' atas pencapaian magga phala nibbana (irreversible?) namun juga 'kualitas kosmik' yang memang dipandang layak oleh Advaita Dhamma Niyama untuk tidak lagi perlu (karena sudah terlalu mampu) 'ndagel' bermimpi di permainan samsara ini. Intinya, tak perlu ada pembandingan apalagi kesombongan, kemelekatan apalagi keserakahan dan kekesalan apalagi permusuhan dalam permainan keabadian ini. Bahkan dengan pemahaman kebijaksanaan, kecakapan keberdayaan dan kesediaan kebahagiaan tersebut berikanlah respek kepada segala media eksistensial yang memerankan aneka lakon yang diperlukan, kaidah universal yang menentukan manual dampak skenario yang menjadi acuan aturan bermainnya & esensi transendental yang menyaksikan pagelaran agung keabadian ini. Desain mandala ini sudah 'sempurna' tertata .... so, terimalah segalanya apa adanya agar kita dapat mengasihi sebagaimana harusnya sehingga kita mampu melampauinya dengan bijaksana. Tanamlah apa yang ingin anda tuai nantinya, layakkan apa yang akan anda capai nantinya dan niscayakan apa yang keniscayaan seharusnya terjadi nantinya. Kita (tak perduli siapapun kita inginkan untuk diidentifikasikan oleh diri /lainnya, etc ) sesungguhnya tidak akan dapat (sehingga tidak perlu) memanipulasi label semulia apapun itu tampaknya apalagi jika hanya sekedar untuk mengeksploitasi. Kita hanya perlu merealisasikan level apa yang seharusnya terniscayakan dalam kesedemikianan yang ada dengan apa adanya baik secara eksistensial, universal apalagi transendental. Thus, be realistics to realize the real.
QUOTES = Sadhguru Yasudev Quotes : If you are looking for solace, belief system is fine. But if you are looking for a solution, you have to seek. Jika anda mencari hiburan, sistem kepercayaan baik-baik sajalah. Tetapi jika anda mencari solusi anda harus mencarinya. Sadhguru Yasudev Quotes : The intelect which is based on memory is wonderful tool. However, it can only inform - it can not transform. Intelek yang didasarkan pada memori adalah alat yang luar biasa. Namun ia hanya dapat menginformasi - dia tidak dapat mentransformasi. Sadhguru Yasudev Quotes : Being a seeker of truth means refusing to make assumptions about things that you do not know. Menjadi pencari kebenaran berarti menolak membuat asumsi tentang hal hal yang tidak anda ketahui.
QUOTES =
Sadhguru Yasudev Quotes : Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them. Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menrmpuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah mereka Sadhguru Yasudev Quotes : Only in transendence can there be transformation. When you keep rising from where you are right now, one day you will be profoundly transformed. Hanya dalam transendensi dapat ada transformasi Ketika anda terus bangkit dari posisi anda saat ini, Suatu hari anda akan ditransformasi secara mendalam . Sadhguru Yasudev Quotes : Whatever competence, capabilities and genius we may have - all of it is meaningful when there is balance. Apapun kompetensi, kemampuan dan kegeniusan yang mungkin kita miliki. Semua itu bermakna hanya jika ada keseimbangan.
PARAMA DHARMA : Just Idea ...Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. Well, The Greatest evil is Ignorance Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuanWalau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.KEDEWASAAN PENCERAHAN The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksanaBAHASAN = TENTANG AVIJJA Walau avijja secara etika kosmik adalah penyimpangan keselarasan namun ini membuat keberagaman (seperti biasan pelangi dari cahaya mentari yang sama)Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI .... Triade labirin paradoks diri - alam - inti dalam drama abadi dari fase azali hingga nanti ini (label eksistensial - layer universal - level transendental) dengan 'maha avijja' sebagai skenario samsariknya dan 'parama dhamma' sebagai desain holistiknya memang sangat complicated (jangankan untuk dilampaui dalam penembusan , untuk dijalani dalam penempuhan bahkan difahami dalam pengetahuan saja sulit & rumit ) Sial .. kenapa terasa/ terkesan sombong dan lancang ... padahal ini hanya asumsi filosofis yang berdasarkan inferensi belaka ( bisa jadi hanya imaginasi bahkan halusinasi bukan realisasi empiris sebagaimana harusnya ? ... Tampaknya memang wadah batin ini memang kacau ... sesungguhnya bukan hanya kesungkanan (keresahan karena rendah hati atau mungkin tepatnya rendah diri ... minder akan kualifikasi ideal untuk membabarkan dhamma ) apalagi keriskanan (kecemasan tersudutkan sebagai public enemy bahkan cosmic enemy karena membeberkan avijja) namun disamping ruwet & rumitnya permasalahan banyak kekesalan di dalam (pantas ... baru bicara jika marah rasionalisasi pembenaran karena dibodohi, dijahili & dizalimi ? ... Spiritualitas walau dalam perspektif holistik sesungguhnya memang sederhana namun dalam kerinduan beraktualisasi selaras denganNya tidaklah gampang ... Well, susah juga untuk mukhlish murni , begitu mudah untuk muflis bangkrut nantinya)
1. Be Realistics : kefahaman perspektif kesedemikianan yang menyeluruh
DALAM KESEDEMIKIANAN (ORIENTASI) 
Sadhguru Yasudev quote : the path is the destination and the destination is hidden in the path as the Creator is hidden in creation Jalan adalah tujuannya, dan tujuan tersembunyi di dalam jalan, seperti Sang Pencipta tersembunyi di dalam ciptaan.

Panentheism (All in God) > Pantheism (All IS God) Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik Paradigma Saddhamma : tentang Kesedemikianan ( BE REALISTICS )Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik
TENTANG SUCHNESS PHILOSOPHY QUE SERA SERA, PANTHA REI .... SUCHNESS PHILOSOPHY apapun yang terjadi terjadilah , biarkanlah segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya ..... Paradigma Kesedemikianan. Paradigma kesedemikianan untuk keselarasan dalam keniscayaan (Parama Dharma - Mandala Advaita - Formula Swadika)
Sadhguru Yasudev quote : one of the most important thing is to liberate human beings from their compulsiveness and insanity and pave away to go beyond. satu hal terpenting adalah membebaskan manusia dari sifat kompulsif dan insting mereka dan membuka jalan untuk melampauinya
1. orientasi kesadaran 2. transendensi kearhatan 3. transformasi kecakapan 4. aktualisasi kemapanan 5. harmonisasi kewajaran | 1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha Swadika : Talenta, : Visekha: 2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajaran kecakapan : kemapanan, : kewajaran : 3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam Racut : Bardo : Alam : |
1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, VisekhaSwadika :Talenta, :Visekha:2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajarankecakapan :kemapanan, :kewajaran :3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam Racut : Bardo :Alam : 1. Orientasi Kesadaran BE A SEEKER Keraguan Ehipasiko? Well, meminjam dialektika fragmenta apologetika Verkuyl untuk rasionalisasi pembenaran ide & irasionalisasi pembenaran ego Agnostisme ? - Dubois : Ignoramus et ignorabimus : kita tidak mengenalNya dan kita tidak akan mengenalNya Namun kita tetap harus mengenalNya minimal menerimaNya sebagai Sentra SegalaNya karena bagaimana mungkin mengacuhkanNya jika kita berada dalam mandala permainan keabadianNya (triade lama : Wujud, Kuasa, Kasih ?). - Lessing : .Bapa, berilah aku hal mencari kebenaran karena atas kebenaran itu hanya Kau saja yang berwenang (Duplik, 1778) So ... Why not ? jadi tempuhlah pencarian kebenaran tersebut demi pembuktian & pengertian untuk memahaminya bukan untuk memilikinya. Memang, perlu kerendahan-hati untuk kembali menuju/ mengarah ke Hyang Maha Tinggi dalam pembatasan ketidak sempurnaan agar tidak stagnan untuk terus berkembang dalam kebermaknaan pengertian untuk mencapai kebijaksanaan.Well, just ... Sapere aude (Horace / Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus kebenaran. Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya. Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.). Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga kesunyataan transendental. - Comte : Be positivist of positive knowledge (?) Tentu saja , kebijaksanaan spiritual berkembang secara bertahap sesuai dengan keterbatasan & pembatasan yang ada.. kutipan : posting Dhammaseeker GHOSTWINDOWS 7 Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling (to reach) not for labeling (to claim) ….memastikan keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb. Link video : Dhammadipateyya (Paradigma Berpandangan : Dhamma-Oriented ) Bhante Pannavaro KESADARAN DHAMMA kutipan : posting Dhammaseeker GHOSTWINDOWS 7 Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling (to reach) not for labeling (to claim) ….memastikan keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb. TRANSENDENSI Merealisasi kelayakan level swadika Ariya (> hisab layak visekha ?) dalam progress alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?) Realisasi keAriyaan ? Walau secara paccekka harusnya urut proses catur asrama Hinduisme (brahmacari - grahasta - vanaphrasta & sannyasa bhikkhu)., ini sulit jika ditempatkan di nomor 4 harus ke nomor 2 karena orientasi kesadaran sudah paten di nomor 1. Oke. Untuk level Swadika & Visekha ( kalau tidak bisa nibbana, suddhavasa minimal brahma , surga atau kembali jadi manusia. Kalau tidak bisa arahat minimal sekha , neyya tihetuka , bahusutta sapurisa . Jika tidak bisa ... sikapi & jalani segalanya secara ariya walau level belum ariya untuk layak terbiasa sebagai ariya nantinya .
1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha
2020-10-05 22:04
95205
2020-10-05 22:04
379636
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini.Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya.dari : wawasan esoterisTerlepas dari prasangka asumtif nivritti negatif tersuratnya (KM4 Dukkha, Nibidda, dst) , tanpa referensi Buddhisme wawasan spiritualitas bukan hanya terasa hambar & dangkal levelnya namun bisa jadi salah arah dalam keterpedayaan samsarik ?.
The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.
Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksana

atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini
Wilayah
1
2
3
Transendental
Nibbana ‘sentra’ ?
Belum diketahui ? 7
Tidak diketahui ? 8
Tanpa diketahui ? 9
Nibbana ‘sigma’?
Belum mengakui ? 4
Tidak mengakui ? 5
Tanpa mengakui ? 6
Nibbana ‘zenka’ ?
Arahata 1
Pacceka 2
Sambuddha 3
Universal
Brahma Murni (Suddhavasa)
Anagami 7 (aviha Atappa)
Anagami 8 (Sudassa Sudassi)
Anagami 9(Akanittha)
Brahma Stabil (Uppekkha )
jhana 4 (Vehapphala)
Asaññasatta 5 (rupa > nama)
Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )
Brahma mobile (nama & rupa)
Jhana 1 (Maha Brahma)
Jhana 2 (Abhassara)
Jhana 3 (Subhakinha)
Eksistensial
Trimurti LokaDewa
Vishnu 7 (Tusita)
Brahma 8 (Nimmãnarati)
Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti)
Astral Surgawi
Yakha (Cãtummahãrãjika) 4
Saka (Tãvatimsa) 5
Yama (Yãma)6
Materi Eteris
Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)2 Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3
1a. Swadika :Swadika berkaitan dengan level esensi Panna untuk bawaan kelanjutan.Tabel 10 level Kesadaran Gnosis
Dimensi
Tanazul Genesis KeIlahian
↓
Taraqi Eksodus Pemurnian
↑
Simultan progress Triade
Transendental
ESENSI MURNI
? ! .
Transendental
ajatam
abhutam
Panna
(theravada?)
Universal
akatam
asankhatam
Eksistensial
Asekha ?
Nibbana
Universal
ENERGI ILAHI nama brahma
Transendental
Anagami
suddhavasa
Samadhi
(vajrayana ?)
Universal
Anenja
arupavacara
Eksistensial
Vehapala >Abhasara
rupavacara
Eksistensial
MATERI ALAMI rupa kamavacara
Transendental
Mara/Kal, ...
triloka
Sila
(mahayana?)
Universal
Yama , Saka, ...
svargaloka
Eksistensial
asura? < Bhumadeva
apayaloka
10 ? transendental 3 + universal 3 + eksistensial 3 = 9 ? 9 dimensi mandala di atas + 1 for Indefinitely Infinitum ( Realitas Aktual Transenden > Fenomena Formal Immanen dari personal laten deitas ) for humbling in progress to mystery. Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran Link video : Dhammadipateyya (Paradigma Berpandangan : Dhamma-Oriented ) Bhante Pannavaro Link video : Arogya parama labha (kesehatan adalah keuntungan utama) Pencerahan Magandiya Sutta Bhante Pannavaro Well, Salut kepada Buddha yang menempatkan synthesis keswadikaan di atas thesis kebahagiaan untuk pencerahan kebebasanNya dari antithesis dukkha kesemuan "penderitaan".
dari : Gnosis for Seeker Berikut adalah tabel alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi etika pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?)No
Level
(peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan)
Sila revised
(pakati + pannati : varita & carita)
(Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian
Kebijaksanaan
Dhamma Vihara
(Kelayakan terniscayakan)
Prior Input
Final Output
1
Elementary
Suta maya paññā (intelek)
Pancasila
Diba Vihara (surga ?)
Padaparama dihetuka
Neyya tihettuka
2
Intermediate
Cintā maya paññā (intuisi)
Atthasila
Jhana (lokiya & lokuttara)
Brahma Vihara (Ilahi?)
Vehapala (rupa + arupa?)
Gotrabu Anuloma
3
Advance
Bhāvanā maya paññā (insight)
Samanasila
Magga & Phala (irreversible ?)
Ariya Vihara (murni?)
Sekha
Asekha ?
Mengenai cara penempuhan sudah banyak referensi yang diberikan bagi realisasi ini. Para Seeker bisa menanyakan langsung pada para Bhante atau Guru spiritual /Pemandu Meditasi yang bukan hanya lebih berkompeten namun juga sesungguhnya ini wilayah mereka yang sudah sepantasnya bagi kita yang di luar sasana untuk tahu diri, tahu malu dan tahu sila untuk tidak 'tranyakan' melanggar bukan hanya area kewenangan mereka namun juga wilayah kesemestaan bersama yang beragam ini. Walau sebagai seeker kita telah memahami akan proses saddha KM4/ JMB 8 dalam triade sila-samadhi-panna untuk dijalani,. semisal : chart Pa Auk Sayadaw, etc (juga : Ajahn Chah, Bhante Punnaji, Bhante Vimalaramsi, dsb) Harusnya terbalik urutannya dari logika proses penempuhannya & by product peniscayaannya (Sila- Samadhi-Panna untuk Vihara kelayakannya ).
2020-10-05 22:04 | 95205 | ||
2020-10-05 22:04 | 379636 |

Wilayah | 1 | 2 | 3 | |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 | |
Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 | |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) | |
Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) | |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
Astral Surgawi | Yakha (Cãtummahãrãjika) 4 | Saka (Tãvatimsa) 5 | Yama (Yãma)6 | |
Materi Eteris | Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3 |
Dimensi | Tanazul Genesis KeIlahian ↓ | Taraqi Eksodus Pemurnian ↑ | Simultan progress Triade | ||
Transendental | ESENSI MURNI ? ! . | Transendental | ajatam | abhutam | Panna (theravada?) |
Universal | akatam | asankhatam | |||
Eksistensial | Asekha ? | Nibbana | |||
Universal | ENERGI ILAHI nama brahma | Transendental | Anagami | suddhavasa | Samadhi (vajrayana ?) |
Universal | Anenja | arupavacara | |||
Eksistensial | Vehapala > | rupavacara | |||
Eksistensial | MATERI ALAMI rupa kamavacara | Transendental | Mara/Kal, ... | triloka | Sila (mahayana?) |
Universal | Yama , Saka, ... | svargaloka | |||
Eksistensial | asura? < Bhumadeva | apayaloka |
No | Level | (peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan) | Sila revised (pakati + pannati : varita & carita) | (Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian Kebijaksanaan | Dhamma Vihara (Kelayakan terniscayakan) | Prior Input | Final Output |
1 | Elementary | Suta maya paññā (intelek) | Pancasila | Diba Vihara (surga ?) | Padaparama dihetuka | Neyya tihettuka | |
2 | Intermediate | Cintā maya paññā (intuisi) | Atthasila | Jhana (lokiya & lokuttara) | Brahma Vihara (Ilahi?) | Vehapala (rupa + arupa?) | Gotrabu Anuloma |
3 | Advance | Bhāvanā maya paññā (insight) | Samanasila | Magga & Phala (irreversible ?) | Ariya Vihara (murni?) | Sekha | Asekha ? |
SITA HASITUPADA See : Sita Hasitupada (harus tanggap tidak asal tangkap, ya?) https://maxwellseeker.blogspot.com/2020/04/sita-hasituppada.html
Tersenyum seperti Buddha (Smile like a Buddha ... not as a Buddha ? ) Be Realistics to Realize the Real
Tersenyumlah seperti Buddha walau itu memang masih 'fake' (semu) dan tidak 'real'(nyata).Ini bukan dimaksudkan untuk 'memotivasi' diri bagi kesombongan pencitraan diri dengan melagakkan seakan pencapaian keniscayaan telah terjadi hanya dengan cara itu.Ini dimaksudkan untuk mengarahkan diri untuk kebijaksanaan penyadaran diri dengan melayakkan peniscayaan keniscayaan yang secara murni dan alami seharusnya terjadi.Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif.
Bagi Dia yang sudah terjaga itu ekspresi authentik Bagi kita yang belum terjaga itu exercise holistik
Tersenyum seperti Buddha JMB 5karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritualKecakapan Pandangan benar akan mengarahkan fikiran benar (kesadaran notion batin)Kecakapan fikiran benar akan mengarahkan tindakan bajik (ketulusan dana sila etc)Kecakapan tindakan bajik akan mengarahkan asset mulia (kemurnian punna kusala )Dhamma indah pada awalnya dengan terlampauinya tataran eksistensial diri(harmoni dunia - terhindar apaya - terlayakkan surga = Dibba Vihara )
Tersenyum mengarah Buddha JMB 8karena tercapai secara meditatif acinteya hakekat kenyataan spiritualPaska asset mulia terus lanjutkan Adhi-Sila (alobha -adosa - amoha : tihetuka)Paska Adhi-Sila terus lanjutkan Adhi-Citta (Samma Samadhi : Jhana Brahma )Paska Adhi-Citta terus lanjutkan Adhi-Panna (Samma Vipasana: Gotrabu Nana?) Dhamma indah pada pertengahannya dengan terlampauinya tataran universal diri(harmoni batin - terlampaui moksa - terlayakkan magga = Dhamma Vihara )
Tersenyum sebagaimana Buddha JMB 10karena terbukti secara insight advaita desain labirin permainan spiritualDengan masaknya Adhi-Panna layaklah Realisasi Keterjagaan (nibbana: pemurnian magga/phala )Dalam Realisasi Keterjagaan layaklah Realisasi Kebijaksanaan (panna: sabbanutta/ patisambhida?)Dalam Realisasi Kebijaksanaan layaklah Realisasi Ketercerahan (kiriya: kusala non karmik?)Dhamma indah pada akhirnya dengan terlampauinya tataran transendental diri (harmoni - terbuka nibbana - terlampaui samsara = Ariya Vihara )
Dhamma akan melindungi siapapun yang menempuhnya dengan benar, tepat dan sehat.Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasiJalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi.Layakkan diri sebagaimana kaidah Niyama Dhamma meniscayakan pelayakannya secara alami.Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.
Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan
Note : Wacana di atas itu bahasa sastra, bro/sis. Jangan diterima wantah. (payah, deh?). Memang ada tehnik terobosan meditasi smile dari Bhante Vimalaramsi yang menggunakan metta bhavana sebagai alternative anapanasati umumnya. Smile digunakan untuk mengembangkan metta, ketenangan dalam kearifan batin, relax tidak tegang terobsesi mengharap hasil instan, etc. "Senyum kiriya" yang autentik & holistic tentu saja jika itu murni & alami sebagai asekha. Well, sekedar gambaran tambahan. Buddha factor (keberadan Buddha) yang sabbanutta atas pelayakan metode atas kemasakan indriya para savakaNya memang krusial. Sesungguhnya tidak hanya 40 kammathana yang dibabarkan. Saat ini memang ada banyak metode selain peta baku spiritualitas Buddhisme Realisasi penempuhan JMB 8 untuk pencapaian kualitas arahat 10 yang digunakan bagi para samana selain versi Myanmar,(Pa Auk Sayadaw, Mahasi Sayadaw ,etc ) ada juga metode terobosan lainnya yang kreatif kontemporer demi proses pelayakan umat dengan tetap tidak meninggalkan pakem ajaran semisal metode bertahap Ariya Magga mendiang bhante Punnaji , metode TWIM bhante vimalarmsi bahkan locally ada juga dari Bhante Gunasiri, MMD Hudoyo belum lagi dari Tibetan Vajrayana / Mahayana / Zen bahkan yang dianggap kontroversial semacam Dhammakaya dlsb. (Lihat dan nilai uji sendiri referensi upload kami ). Apapun itu semua hendaklah dihargai sebagai upaya samvega spiritualitas para Neyya Buddhism dalam merealisasikan ajaran ... walau mungkin beda di permukaan namun semoga di kedalaman akan mecapai level pencerahan yang sama / setara juga (tentu saja jika dasar pengetahuan, penempuhan dan penembusannya benar, tepat dan sehat dalam kemurniannya ). Sebagai padaparama dihetuka di luar sasana kami ungkapkan ini dengan tanpa maksud intervensi "mengompori" keharmonisan sasana dengan mana pembenaran kesombongan untuk membela/meninggikan yang satu apalagi dengan mencela/merendahkan lainnya.
1b. Talenta :Transformasi Kecakapan Talenta berkaitan dengan bakat zarah Bhavana untuk bawaan selanjutnya Merealisasi talenta keberdayaan Kecakapan Intelgensi , dst
Intelgensia kecerdasan tidaklah sebatas fitrah naluri ego belaka namun juga nurani ke-Esa-an ... tidak sekedar instink, ataupun sebatas intelek belaka (cogito ergo sum, Rene Descartes ? ) namun membentang luas dan dalam (intuisi, insight, etc). Sejumlah manusia (tanpa menafikan para ariya & anariya di dimensi lainnya : asura, dewata, brahma, dsb ) walau dalam keterbatasan & pembatasannya sebagai mikrokosmos bagian dari Living Makrokosmos yang tidak sekedar eksistensial namun juga universal bahkan transendental mampu bukan hanya mengalami namun juga menguasai bahkan melampaui level ini . Tentang prakata kecakapan intelgensi sudah kami utarakan pada posting sebelumnya.
Sekedar gambaran saja kecakapan intelgensi manusia sesungguhnya sangatlah luas tidaklah sederhana sebagaimana yang umumnya kita gunakan selama ini. Terma kami mungkin agak berbeda dengan pandangan pakar (Henry Bergson?), intuisi tidak sama dengan instink … intuisi meng”esa” merendahkan hati menyatu dalam keseluruhan dan menemukan pentingnya kebenaran sedangkan instink meng”aku” memisah dari keseluruhan meninggikan diri demi mencari pembenaran kepentingan… sementara itu intelek walau berusaha mencari kebenaran (pembenaran?) namun dia memisahkan diri … walau memang sangat berguna bagi kepentingan pragmatis eksistensialitas kita namun kadang bahkan sering kurang memadai untuk menumbuh-kembangkan spiritualitas diri.(para filsuf perenealis pasti menyadari ini dan praktisi meditator pasti mengakuinya juga). Well, maaf … jika Lao Tse ada mengatakan :”Jika kamu hanya pintar, kamu sesungguhnya masih bodoh.” Ini bukan pernyataan yang mencela kita yang terbiasa dan sering konyol berbangga dengan kemampuan intelektualitas yang dimiliki/dicapai namun ini adalah kenyataan yang seharusnya kita akui. Ada 3 tiga kelemahan intelek fikiran terutama untuk penempuhan spiritulitas yang akhirnya kami sadari hingga saat ini. Fikiran hanya lihai mengulas namun kurang bijak dalam memecah masalah. Fikiran cenderung berfokus spasial tidak menjangkau global. Fikiran terkadang juga memperdaya diri dikarenakan kebiasaannya yang cenderung mengamati dengan meninggi dari menara pengamat maka dia cenderung untuk menghakimi tidak sekedar memahami yang diamati (kewajaran arogansi alamiah para intelektual?). Orientasi berfikir yang konsentratif dalam pengamatan fenomena juga bertentangan dengan penghayatan Realitas kemurnian meditasi (Perengkuhan Realitas bukan Dualitas Pemisahan ?). Sejujurnya,saya iri (bukan dengki) pada mereka yang bersahaja namun justru malah diterimaNya. Seorang Mistisi Senior pernah menyatakan kepada saya atas keluhan senantiasa gagalnya saya ber-“meditasi” (tepatnya mencapai keberadaan meditative), beliau berkata : “karena kamu terlalu pintar.” Jawaban ini mengagetkan saya. Ini memang bukan celaan dari beliau (karena Saddhamma memang tidak membolehkan perendahan atas lainnya… untuk tidak menjatuhkan levelnya sendiri dalam ahamkara kesombongan dan melanggar kaidah kasih universal untuk senantiasa menghargai, menerima dan mengasihi segalanya) namun juga jangan ge-er 'gede rasa' dan secara konyol menganggap ini sebagai pujian atas diri sendiri (dalam penempuhan bukan hanya keahlian daya tangkap yang perlu ditingkatkan namun kepekaan daya tanggap juga perlu dikembangkan termasuk atas ‘sindiran’ halus yang terpaksa harus dilakukan atas kenyataan impersonal obyektif yang ada x keberadaan personal subyektif lainnya). Secara tersirat beliau menceritakan para Bhakta /Sadhaka yang sederhana pemikirannya justru malahan lebih mampu bahkan sangat cepat ‘masuk’ karena kepolosan dan ketulusannya daripada para orang yang (merasa/tampaknya) terlalu pintar. Dengan tanpa menafikan pentingnya referensi intelektual untuk ‘pemuasan akal’ /’kesiapan diri’ agar mantap dalam kepercayaan dan keberdayaan perjalanan untuk kemudian bersegera dalam penempuhan keberdayaan secara autentik, meditasi sebagaimana elemen spiritualitas lainnya sesungguhnya sangatlah murni …tidak mengharuskan (tepatnya mungkin secara impersonal : tidak memperdulikan atau bahkan tidak menginginkan) anggapan “ke-sudah-sempurna-an” ide dari ego (mana … kesombongan subyek atas pemahaman intelektual referensi) dan harapan “ke-ingin-sempurna-an” ego atas ide (tanha… perolehan obyek capaian instan sesuai keinginan). Segala sesuatu akan sesuai sebagaimana aslinya dan segala sesuatu tetap ada waktunya. Setinggi apapun anggapan kelayakan dan sebesar apapun keinginan kita … tinggalkan dulu selama sessi itu (tidak penting malah justru menghambat, membebani dan menghalangi). Jalani saja segalanya secara sadar dan sikapi secara wajar .. apapun itu. Segalanya akan terakumulasi, tersinkronisasi dan terrealisasi pada saatnya. Puluhan tahun yang lalu ketika saya singgah belajar di perpustakaan Vihara Mendut seorang Bhikkhu menasehati : Jalani saja semuanya (maksud beliau : tisikkha secara murni) jika samadhi sudah kokoh segalanya akan datang dengan sendirinya. (Nostalgia Seeker Tempo Doeloe .... ribet, bro.. tidak seperti sekarang. Dulu sering dicurigai dari lingkungan awal dikira murtad dan ketika di komunitas tujuan malah disangka mau jihad... capek, dech. Cari data lebih repot lagi... blusukan dulu, masuk komunitas, serap data kemudian sebagaimana datangnya perginya juga harus baik-baik juga. Sekarang via internet sudah berlimpah. Sayang sudah usia senja ... akomodasi mata , intelgensi otak dsb sudah semakin surut menurun walau data berkelimpahan namun hanya sedikit yang bisa sempat dibaca ) Well … lega juga ... saya sudah jujur mengakui kami hanyalah pemerhati yang belum berlevel meditator tihetuka handal ... dihetuka padaparama istilah 'teknis'-nya ... mentok di wawasan & stagnan ke level tataran kelanjutannya, namun semoga sharing pengalaman dan refleksi pengetahuan ini cukup berguna. Tambahan bagi sesama Padaparama lainnya: Taoist mengungkapkan saran intuitif yang terdengar agak paradox: “berfikirlah dengan hatimu karena otakmu sesungguhnya hanya menara pengamat.” Dari Esoteric Psychology Osho ( source link-nya sekarang ‘zonk’ ?) menyatakan ketika seorang bertanya kepada rahib Zen Buddhism darimana anda berfikir ? dia akan meletakkan tangannya di pusar perutnya… jawaban insight yang mungkin terdengar ‘gila’ atas 3 dantien sentra kesadaran manusia. Jangan marah namun tersenyumlah ini hanyalah candaan kosmik atas kekonyolan kita selama ini yang tidak berkembang dan kurang berimbang.
well, ini saja sebagai acuan pembuka (eneagram intelgensi 9 + 1) sinkron dengan orientasi kesadaran awal ... puluhan tahun lalu karena belum tahu inti kasunyatan yang seharusnya juga selaras dengan kemurnian Intelgensi Intelgensia Transenden Universal sehingga bebas berimaginasi untuk memuaskan sensasi kemauan & fantasi keakuan (walau tidak semuanya ). Yap, coba inferensikan lagi. (buat tabel triadenya dulu) plus data referensinya (walau ini ilmu baru toh sejumlah orang sudah share data pemicunya juga ). Berikut Table intelgensia kecakapan Z (Eneagram 9 + 1= 10 ?) untuk dikembangkan
No
Level
Dimensi
Tantien pusat
Tantien hati
Tantien otak
Z
1
Elementary
3 tataran intelek
1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/,
2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/,
3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/;
123
2
Intermediate
3 wawasan intuisi
6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/;
5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/,
4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/,
654
3
Advance
3 penembusan insight
7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah
8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/,
9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/)
789
dari : http://teguhqi.blogspot.com/2014/07/pilpres-jokowi-2014.html // http://teguhqi.blogspot.com/2014/05/3-pribadi-inspiratif-2013.html dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain
No | Level | Dimensi | Tantien pusat | Tantien hati | Tantien otak | Z |
1 | Elementary | 3 tataran intelek | 1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, | 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, | 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; | 123 |
2 | Intermediate | 3 wawasan intuisi | 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; | 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, | 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, | 654 |
3 | Advance | 3 penembusan insight | 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah | 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, | 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) | 789 |
Tentang kesaktian metafisik dalam penempuhan kemurnian spiritual :
SINERGI = EVOLUSI + HARMONI
Well, godaan & cobaan Ego dalam pemurnian kesejatian sadhaka adalah dalam kemelekatan (apalagi keserakahan) dengan perolehan kesejahteraan (duniawi/surgawi) & keperkasaan (kesaktian/keilahian?) walau niatan yang tidak benar, bijak & bajik dalam kemurnian itu memang memungkinkan untuk terjadi bagi para yogi meditator handal sekalipun (kelihaian memanfaatkan mekanisme kaidah sistem kosmik demi kepentingan pribadi) . Bukan untuk niatan menghibur diri sebagai padaparama dihetuka jika kami jujur mengatakan : jangankan untuk melampaui untuk menguasai / memiliki saja sulit .... nggak bisa, hehehe. Setiap level memiliki prasyarat & labirin jebakannya sendiri ... semakin dalam, semakin berat. Inilah seninya kembali murni dalam kesejatian yang anatta .... kawan & lawan setiap diri adalah dirinya sendiri (asava internal bukan dunia eksternal ... sebagaimana di kedalaman bukankah demikian juga di permukaan ?). Singkat kata, kemurnian haruslah ditempuh dengan, dalam & untuk kemurnian juga ... walaupun kesaktian & perolehan kecakapan/ kemapanan/ kekuasaan lainnya memang bisa didapatkan karena memang ada korelasi antara kemurnian sila, samadhi & panna dalam mandala kesunyataan ini. Dalam asivisopama sutta Buddha men-simile-kan kecenderungan kita ini sebagai pencuri (bagi pemegahan semu) bukanlah kebijaksanaan penempuh (demi kebenaran sejati) ? (See : keteladanan Buddha untuk melampaui di bawah)
Kutipan lengkap komentar Bahiya : DATA 01022021/PRIOR/KOMENTAR VLOG TQ SD 13012020 LAGI.pdf p.6
Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta ini setelah Asivisopama sutta lalu
PROLOG Untuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).STATISTIK ? Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).BAHIYA SUTTA ? Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).EPILOGDalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).
Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana.
Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta ini setelah Asivisopama sutta lalu
PROLOGUntuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).STATISTIK ?Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).BAHIYA SUTTA ?Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).EPILOGDalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).
Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana.
1c. Visekha: Visekha berkaitan dengan hisab karmik Sila untuk bawaan berikutnya Kutipan : 31 Alam Kehidupan Samsarik & Nirvanik https://www.sariputta.com/artikel/ajaran-dasar/konten/31-alam-kehidupan-menurut-ajaran-agama-buddha/1012atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini
Wilayah
1
2
3
Transendental
Nibbana ‘sentra’ ?
Belum diketahui ? 7
Tidak diketahui ? 8
Tanpa diketahui ? 9
Nibbana ‘sigma’?
Belum mengakui ? 4
Tidak mengakui ? 5
Tanpa mengakui ? 6
Nibbana ‘zenka’ ?
Arahata 1
Pacceka 2
Sambuddha 3
Universal
Brahma Murni (Suddhavasa)
Anagami 7 (aviha Atappa)
Anagami 8 (Sudassa Sudassi)
Anagami 9(Akanittha)
Brahma Stabil (Uppekkha )
jhana 4 (Vehapphala)
Asaññasatta 5 (rupa > nama)
Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )
Brahma mobile (nama & rupa)
Jhana 1 (Maha Brahma)
Jhana 2 (Abhassara)
Jhana 3 (Subhakinha)
Eksistensial
Trimurti LokaDewa
Vishnu 7 (Tusita)
Brahma 8 (Nimmãnarati)
Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti)
Astral Surgawi
Yakha (Cãtummahãrãjika) 4
Saka (Tãvatimsa) 5
Yama (Yãma)6
Materi Eteris
Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)2 Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3
Tentang Paska Kematian / Aneka Keberadaan tsb see 3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam Sebagaimana dimensi samsarik lainnya ( apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun), dunia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya.
Wilayah | 1 | 2 | 3 | |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 | |
Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 | |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) | |
Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) | |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
Astral Surgawi | Yakha (Cãtummahãrãjika) 4 | Saka (Tãvatimsa) 5 | Yama (Yãma)6 | |
Materi Eteris | Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3 |
2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajaranData lama :
2021-01-17 22:51
65255
2021-01-17 22:51
430203
Pembumian : kecakapan - kemapanan - kewajaran BE WISE : bijaksanalahN Keberadaan Eksistensial - Kesemestaan Universal - Kasunyatan Transendental
2021-01-17 22:51 | 65255 | ||
2021-01-17 22:51 | 430203 |
BE WISE : bijaksanalahN Keberadaan Eksistensial - Kesemestaan Universal - Kasunyatan Transendental
Link video ? Tersenyum dengan kesucian Buddha dan atau Menari dalam kearifan Shiva Aneh juga, setiap kali kami ingin meninggalkan unit ini (agar segera dapat melanjutkan ke unit selanjutnya demi men-segerakan ketuntasan posting .... jujur saja, capek juga, bro/sis ) senantiasa berbalik ke sini lagi. Well, tampaknya memang masih ada yang perlu digenapi untuk keberimbangannya. Tampaknya kami perlu juga mengutarakan dimensi yang relatif lebih kompleks lagi ketimbang Buddhisme yang walau intelectually relatif tidak mudah difahami & dijalani dalam pengetahuan, penempuhan & penembusannya namun intuitively relatif lebih jelas arah laju desain perkembangannya demi sukacita melampaui samsara untuk mencapai lokuttara sebagai suatu evolusi pribadi bagi kesadaran para True Seeker. .... relatif logis scientifik untuk milestone penempuhannya. Tampaknya kami perlu melengkapinya juga (walau dengan keterbatasan akan kebijaksanaan yang ada) agar tetap mampu juga menerima dengan sukarela kearifan menerima samsara yang juga dapat menjatuhkan dalam lokantarika sebagai harmoni dimensi bagi para Truth Seeker.
2a. kecakapan, Video : identitas kosmik vidhyarambam 10'05'survival, financial, universal kecakapan :kemapanan, :kewajaran :Merealisasi talenta keberdayaan Kecakapan Intelgensi , dst Intelgensia kecerdasan tidaklah sebatas fitrah naluri ego belaka namun juga nurani ke-Esa-an ... tidak sekedar instink, ataupun sebatas intelek belaka (cogito ergo sum, Rene Descartes ? ) namun membentang luas dan dalam (intuisi, insight, etc). Sejumlah manusia (tanpa menafikan para ariya & anariya di dimensi lainnya : asura, dewata, brahma, dsb ) walau dalam keterbatasan & pembatasannya sebagai mikrokosmos bagian dari Living Makrokosmos yang tidak sekedar eksistensial namun juga universal bahkan transendental mampu bukan hanya mengalami namun juga menguasai bahkan melampaui level ini . Tentang prakata kecakapan intelgensi sudah kami utarakan pada posting sebelumnya. Prakata Dharma Sekha http://kalamadharma.blogspot.com/2018/11/blog-post.html Sekedar gambaran saja kecakapan intelgensi manusia sesungguhnya sangatlah luas tidaklah sederhana sebagaimana yang umumnya kita gunakan selama ini. Terma kami mungkin agak berbeda dengan pandangan pakar (Henry Bergson?), intuisi tidak sama dengan instink … intuisi meng”esa” merendahkan hati menyatu dalam keseluruhan dan menemukan pentingnya kebenaran sedangkan instink meng”aku” memisah dari keseluruhan meninggikan diri demi mencari pembenaran kepentingan… sementara itu intelek walau berusaha mencari kebenaran (pembenaran?) namun dia memisahkan diri … walau memang sangat berguna bagi kepentingan pragmatis eksistensialitas kita namun kadang bahkan sering kurang memadai untuk menumbuh-kembangkan spiritualitas diri.(para filsuf perenealis pasti menyadari ini dan praktisi meditator pasti mengakuinya juga). Well, maaf … jika Lao Tse ada mengatakan :”Jika kamu hanya pintar, kamu sesungguhnya masih bodoh.” Ini bukan pernyataan yang mencela kita yang terbiasa dan sering konyol berbangga dengan kemampuan intelektualitas yang dimiliki/dicapai namun ini adalah kenyataan yang seharusnya kita akui. Ada 3 tiga kelemahan intelek fikiran terutama untuk penempuhan spiritulitas yang akhirnya kami sadari hingga saat ini. Fikiran hanya lihai mengulas namun kurang bijak dalam memecah masalah. Fikiran cenderung berfokus spasial tidak menjangkau global. Fikiran terkadang juga memperdaya diri dikarenakan kebiasaannya yang cenderung mengamati dengan meninggi dari menara pengamat maka dia cenderung untuk menghakimi tidak sekedar memahami yang diamati (kewajaran arogansi alamiah para intelektual?). Orientasi berfikir yang konsentratif dalam pengamatan fenomena juga bertentangan dengan penghayatan Realitas kemurnian meditasi (Perengkuhan Realitas bukan Dualitas Pemisahan ?). Sejujurnya,saya iri (bukan dengki) pada mereka yang bersahaja namun justru malah diterimaNya. Seorang Mistisi Senior pernah menyatakan kepada saya atas keluhan senantiasa gagalnya saya ber-“meditasi” (tepatnya mencapai keberadaan meditative), beliau berkata : “karena kamu terlalu pintar.” Jawaban ini mengagetkan saya. Ini memang bukan celaan dari beliau (karena Saddhamma memang tidak membolehkan perendahan atas lainnya… untuk tidak menjatuhkan levelnya sendiri dalam ahamkara kesombongan dan melanggar kaidah kasih universal untuk senantiasa menghargai, menerima dan mengasihi segalanya) namun juga jangan ge-er 'gede rasa' dan secara konyol menganggap ini sebagai pujian atas diri sendiri (dalam penempuhan bukan hanya keahlian daya tangkap yang perlu ditingkatkan namun kepekaan daya tanggap juga perlu dikembangkan termasuk atas ‘sindiran’ halus yang terpaksa harus dilakukan atas kenyataan impersonal obyektif yang ada x keberadaan personal subyektif lainnya). Secara tersirat beliau menceritakan para Bhakta /Sadhaka yang sederhana pemikirannya justru malahan lebih mampu bahkan sangat cepat ‘masuk’ karena kepolosan dan ketulusannya daripada para orang yang (merasa/tampaknya) terlalu pintar. Dengan tanpa menafikan pentingnya referensi intelektual untuk ‘pemuasan akal’ /’kesiapan diri’ agar mantap dalam kepercayaan dan keberdayaan perjalanan untuk kemudian bersegera dalam penempuhan keberdayaan secara autentik, meditasi sebagaimana elemen spiritualitas lainnya sesungguhnya sangatlah murni …tidak mengharuskan (tepatnya mungkin secara impersonal : tidak memperdulikan atau bahkan tidak menginginkan) anggapan “ke-sudah-sempurna-an” ide dari ego (mana … kesombongan subyek atas pemahaman intelektual referensi) dan harapan “ke-ingin-sempurna-an” ego atas ide (tanha… perolehan obyek capaian instan sesuai keinginan). Segala sesuatu akan sesuai sebagaimana aslinya dan segala sesuatu tetap ada waktunya. Setinggi apapun anggapan kelayakan dan sebesar apapun keinginan kita … tinggalkan dulu selama sessi itu (tidak penting malah justru menghambat, membebani dan menghalangi). Jalani saja segalanya secara sadar dan sikapi secara wajar .. apapun itu. Segalanya akan terakumulasi, tersinkronisasi dan terrealisasi pada saatnya. Puluhan tahun yang lalu ketika saya singgah belajar di perpustakaan Vihara Mendut seorang Bhikkhu menasehati : Jalani saja semuanya (maksud beliau : tisikkha secara murni) jika samadhi sudah kokoh segalanya akan datang dengan sendirinya. (Nostalgia Seeker Tempo Doeloe .... ribet, bro.. tidak seperti sekarang. Dulu sering dicurigai dari lingkungan awal dikira murtad dan ketika di komunitas tujuan malah disangka mau jihad... capek, dech. Cari data lebih repot lagi... blusukan dulu, masuk komunitas, serap data kemudian sebagaimana datangnya perginya juga harus baik-baik juga. Sekarang via internet sudah berlimpah. Sayang sudah usia senja ... akomodasi mata , intelgensi otak dsb sudah semakin surut menurun walau data berkelimpahan namun hanya sedikit yang bisa sempat dibaca ) Well … lega juga ... saya sudah jujur mengakui kami hanyalah pemerhati yang belum berlevel meditator tihetuka handal ... dihetuka padaparama istilah 'teknis'-nya ... mentok di wawasan & stagnan ke level tataran kelanjutannya, namun semoga sharing pengalaman dan refleksi pengetahuan ini cukup berguna. Tambahan bagi sesama Padaparama lainnya: Taoist mengungkapkan saran intuitif yang terdengar agak paradox: “berfikirlah dengan hatimu karena otakmu sesungguhnya hanya menara pengamat.” Dari Esoteric Psychology Osho ( source link-nya sekarang ‘zonk’ ?) menyatakan ketika seorang bertanya kepada rahib Zen Buddhism darimana anda berfikir ? dia akan meletakkan tangannya di pusar perutnya… jawaban insight yang mungkin terdengar ‘gila’ atas 3 dantien sentra kesadaran manusia. Jangan marah namun tersenyumlah ini hanyalah candaan kosmik atas kekonyolan kita selama ini yang tidak berkembang dan kurang berimbang. well, ini saja sebagai acuan pembuka (eneagram intelgensi 9 + 1) sinkron dengan orientasi kesadaran awal ... puluhan tahun lalu karena belum tahu inti kasunyatan yang seharusnya juga selaras dengan kemurnian Intelgensi Intelgensia Transenden Universal sehingga bebas berimaginasi untuk memuaskan sensasi kemauan & fantasi keakuan (walau tidak semuanya ). Yap, coba inferensikan lagi. (buat tabel triadenya dulu) plus data referensinya (walau ini ilmu baru toh sejumlah orang sudah share data pemicunya juga ). Transformasi Kecakapan Berikut Table intelgensia kecakapan Z (Eneagram 9 + 1= 10 ?) untuk dikembangkanNo
Level
Dimensi
Tantien pusat
Tantien hati
Tantien otak
Z
1
Elementary
3 tataran intelek
1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/,
2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/,
3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/;
123
2
Intermediate
3 wawasan intuisi
6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/;
5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/,
4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/,
654
3
Advance
3 penembusan insight
7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah
8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/,
9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/)
789
Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya. Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada. Dia adalah Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.) Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). 2b. kemapanan, 4. Aktualisasi Kemapanan Aktualisasi memastikan persada kesiagaan dalam membumi untuk mandiri , dengan santuti dan mampu berbagi. Memastikan persada kesiagaan ( kemapanan ekonomi , sosial, etc ) untuk mandiri , santuti dan berbagi. mandiri : kemantapan subsistensi mandiri, kontribusi sesama & emergency daruratbekerja, berusaha hingga walaupun tetap mau & mampu menjalani ibadah lumrah bekerja namun sesungguhnya telah berada dalam level asset yang mantap dimana tidak perlu lagi bekerja (sudah mampu mencukupi kebutuhan, meluangkan kontribusi dll dari assset deposit/benefit dirinya - kuadaran kecerdasan finansial kiyosaki 4) bukan karena tidak mau bekerja karena kemalasan (walau ada kesempatan) atau sudah tidak mampu lagi bekerja karena keterbatasan (usia tua, sakit dll)ataupun bagi yang sedang & sudah menjalani Samana Dhamma sebagai pabajita ataupun ordo pelayanan monastik & humanistik lainnya. (sudah terjamin dalam kontribusi umat, warga, dsb) santuti = bersahaja (sederhana sebatas kebutuhan>keinginan>ketamakan) Well, dunia kehidupan ini sesungguhnya mampu mencukupi semuanya dengan kelimpahan, kedamaian & kebahagiaan namun tidak akan mampu untuk memenuhi keserakahan, kesombongan dan kesewenangan seorang manusia sekalipunberbagi (caga/dana) = kesediaan melepas, berbagi & memberi Orang lain (lebih luas makhluk lain) adalah diri kita sendiri yang kebetulan saja saat ini menjalankan peran yang berbeda 2c. kewajaranKewajaran Membumi dalam kesadaran Saddhamma :
No | Level | Dimensi | Tantien pusat | Tantien hati | Tantien otak | Z |
1 | Elementary | 3 tataran intelek | 1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, | 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, | 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; | 123 |
2 | Intermediate | 3 wawasan intuisi | 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; | 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, | 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, | 654 |
3 | Advance | 3 penembusan insight | 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah | 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, | 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) | 789 |
I say that madness is the first step towards unselfishness. Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,” The purpose of life is to bring us closer to those secrets, and madness is the only means. Be mad, and remain a mad brother to your mad brother. "Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri. Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa". Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan. Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnya, Mikhail Naimy. Ulasan :(sadar terjaga namun wajar bersama ) (ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini)
Harmonisasi kebersahajaan dalam membumi bersama lainnya. dengan empati, dalam harmoni dan tetap sinergi.
simak & rehat ( masih cari time stampnya, bro/sis ... ?) dari Vlog ELA (eling lan awas) tentang kedewasaan psikologis spiritual dalam/untuk membumi
kemantapan terindividuasi kehandalan beraktualisasi
Untuk 2 yang terakhir (kemapanan & kewajaran) adalah memang mengupayakan mapannya keberadaan dan menerimanya dengan wajarnya pemantasan atas kelayakan realisasi pemberdayaan 3 yang awal (kesadaran , kearhatan, kecakapan) dalam dimensi manapun sebagai pribadi apapun siapapun kita sekarang atau kelak nantinya.
ini aja yang agak lucu , hehehe ... agak guyon.bukan black humour, bro .... ini tidak untuk mentertawakan diri orang lain (peremehan ide & pelecehan ego lainnya = pelaziman kezaliman ? ..... kebodohan / kewajaran yang tentu saja bersama effek kosmik & dampak karmiknya dengan realitas keabadian yang berpotensi untuk layak diterima keniscayaannya..); ini untuk mentertawakan kekonyolan diri kita sendiri dalam drama internal universal dalam vitalitas fenomena kehidupan eksistensial
https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=3m&12s tetapi integritas kesadaran internal ini tetap harus diperhatikan sebagai keselarasan penyeimbang fleksibilitas kewajaran pembumian (ndagel patut > mbacut mbadut ) Kesadaran Nekhama (induktif penempuhan) demi kearhatan spiritual? BUDDHA Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni Ini perlu serius lagi, bro/sis .... 
https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=19s

Kewajaran Pembumian (deduktif pengetahuan)dengan kecakapan spiritual ?SHIVAVitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata Kesadaran Nekhama (induktif penempuhan) demi kearhatan spiritual? BUDDHA Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni


https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35s
https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=32m57s
kearifan internal untuk kebaikan eksternal (Walau memang) anda tidak bisa melakukan apa yang anda inginkan apapun (dengan seenaknya) tetapi anda bisa hidup (tetap bahagia) seperti yang anda inginkan – /3m12s/ aksi haruslah sesuai dengan yang dituntut situasi /4m41s/ berlatih hidup dalam satsang untuk hadapi kenyataan hidup /5m21s/
Memahami aksi yang diperlukan Semua yang anda lakukan adalah aksi tindakan /5m35s/ Apakah anda melakukannya dengan sadar consciously (aksi tindakan berkesadaran ) atau melakukannya secara kompulsif (secara bodoh seakan jebakan nyata ) adalah pilihan / 5m41s/ Lakukanlah aksi dengan sadar maka hidup akan indah /6m10s/ Hidup bukan jebakan pintu keluarnya selalu ada terbuka lebar tidak untuk dihindari /6m17s/ Apapun yang anda fikirkan, rasakan & lakukan adalah aksi anda /7m11s/
Menentukan aksi sesuai cara hidup Jika anda menetapkan cara diri anda, maka apapun yang anda lakukan hanya tergantung dari situasinya. Tergantung dari situasi apa yang ada, sesuai dengan itu kita bereaksi /8m3s/ Aksi sesuai dengan situasi tuntutan dan tawaran (namun) cara hidup (tetaplah) milik anda /8m30s/ Jika anda telah memutuskan cara hidup , hiduplah secara itu , lakukan aksi sebagaimana diperlukan /8m39s/
Pengetahuan & Penempuhan Dhamma Pengetahuan Dhamma tidak lah identik /jaminan pasti akan praktek penempuhan nyata pribadi/prilaku seseorang /19s / Kesulitan belajar Buddha Dhamma karena pembandingan dengan system lain & proses pencapaian nyata / 11m/ Pembelajaran Dhamma bertahap tidak sekaligus & sesuai kemampuan penerima /14m11s/ Kebajikan memberi (x meminta) karena cinta kasih persahabatan kehidupan universal & respek penghormatan /16m13s/ Memberi bukan pilihan tetapi keniscayaan dalam kehidupan /19m9s/bahkan kewajiban moral Dhamma untuk berbagi /21m49s/Pengendalian diri untuk tidak berprilaku buruk mengacau /22m49s/ Kebaikan walau memang berdampak baik juga namun tanpa perlu kepamrihan harapan /25m31s/apalagi bebas dari kemalangan ? Tetapi /26m45s /.. jarang dengar dhamma /30m57s/
Melengkapi inner strength kesadaran Menjalani Dhamma saja tidak cukup harus ada pengetahuan kebijaksanan /32m57s/ agar tidak sombong /36m9s/ benci kesal /37m/ /41m51s /melengkapi inner strengrth kekuatan mental di dalam untuk hindari jebakan kesombongan, kebencian /44m57s/ kesadaran mendeteksi fikiran buruk yang muncul
Keterlatihan sikap nekhama (melepas) /45m27s/ dengan kesadaran juga berlatih nekhama melepaskan (tdk harus sebagai bhikkhu) /45m56s/ melepaskan dalam memberi dengan kesadaran tanpa perangkap harapan untuk mendapatkan yang lebih banyak ( bukan hakekat memberi 46m24s) /48m35s/ menjaga sila supaya kotoran batin internal berkurang /49m40s/ latihan melepaskan keinginan /51 m/ tanpa kemampuan sikap melepaskan kita akan menderita karena hal tsb adalah kenyataan alamiah /52m2s/ nekhama sebagai latihan yang tidak bisa dipilih … keniscayaan yang harus dilatih. Keniscayaan melepaskan adalah keniscayaan tetapi sikap untuk melepaskan harus dilatih. Untuk tidak menderita hingga akhir hidup. /52m39s/ kebajikan melepaskan membuat orang bahagia karena tidak bertentangan dengan hokum universal ini
| Kewajaran Pembumian (deduktif pengetahuan) dengan kecakapan spiritual ? SHIVA Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata | Kesadaran Nekhama (induktif penempuhan) demi kearhatan spiritual? BUDDHA Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni |
![]() | ![]() | |
| https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35s | https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=32m57s |
| kearifan internal untuk kebaikan eksternal (Walau memang) anda tidak bisa melakukan apa yang anda inginkan apapun (dengan seenaknya) tetapi anda bisa hidup (tetap bahagia) seperti yang anda inginkan – /3m12s/ aksi haruslah sesuai dengan yang dituntut situasi /4m41s/ berlatih hidup dalam satsang untuk hadapi kenyataan hidup /5m21s/ Memahami aksi yang diperlukan Semua yang anda lakukan adalah aksi tindakan /5m35s/ Apakah anda melakukannya dengan sadar consciously (aksi tindakan berkesadaran ) atau melakukannya secara kompulsif (secara bodoh seakan jebakan nyata ) adalah pilihan / 5m41s/ Lakukanlah aksi dengan sadar maka hidup akan indah /6m10s/ Hidup bukan jebakan pintu keluarnya selalu ada terbuka lebar tidak untuk dihindari /6m17s/ Apapun yang anda fikirkan, rasakan & lakukan adalah aksi anda /7m11s/ Menentukan aksi sesuai cara hidup Jika anda menetapkan cara diri anda, maka apapun yang anda lakukan hanya tergantung dari situasinya. Tergantung dari situasi apa yang ada, sesuai dengan itu kita bereaksi /8m3s/ Aksi sesuai dengan situasi tuntutan dan tawaran (namun) cara hidup (tetaplah) milik anda /8m30s/ Jika anda telah memutuskan cara hidup , hiduplah secara itu , lakukan aksi sebagaimana diperlukan /8m39s/ | Pengetahuan & Penempuhan Dhamma Pengetahuan Dhamma tidak lah identik /jaminan pasti akan praktek penempuhan nyata pribadi/prilaku seseorang /19s / Kesulitan belajar Buddha Dhamma karena pembandingan dengan system lain & proses pencapaian nyata / 11m/ Pembelajaran Dhamma bertahap tidak sekaligus & sesuai kemampuan penerima /14m11s/ Kebajikan memberi (x meminta) karena cinta kasih persahabatan kehidupan universal & respek penghormatan /16m13s/ Memberi bukan pilihan tetapi keniscayaan dalam kehidupan /19m9s/bahkan kewajiban moral Dhamma untuk berbagi /21m49s/Pengendalian diri untuk tidak berprilaku buruk mengacau /22m49s/ Kebaikan walau memang berdampak baik juga namun tanpa perlu kepamrihan harapan /25m31s/apalagi bebas dari kemalangan ? Tetapi /26m45s /.. jarang dengar dhamma /30m57s/ Melengkapi inner strength kesadaran Menjalani Dhamma saja tidak cukup harus ada pengetahuan kebijaksanan /32m57s/ agar tidak sombong /36m9s/ benci kesal /37m/ /41m51s /melengkapi inner strengrth kekuatan mental di dalam untuk hindari jebakan kesombongan, kebencian /44m57s/ kesadaran mendeteksi fikiran buruk yang muncul Keterlatihan sikap nekhama (melepas) /45m27s/ dengan kesadaran juga berlatih nekhama melepaskan (tdk harus sebagai bhikkhu) /45m56s/ melepaskan dalam memberi dengan kesadaran tanpa perangkap harapan untuk mendapatkan yang lebih banyak ( bukan hakekat memberi 46m24s) /48m35s/ menjaga sila supaya kotoran batin internal berkurang /49m40s/ latihan melepaskan keinginan /51 m/ tanpa kemampuan sikap melepaskan kita akan menderita karena hal tsb adalah kenyataan alamiah /52m2s/ nekhama sebagai latihan yang tidak bisa dipilih … keniscayaan yang harus dilatih. Keniscayaan melepaskan adalah keniscayaan tetapi sikap untuk melepaskan harus dilatih. Untuk tidak menderita hingga akhir hidup. /52m39s/ kebajikan melepaskan membuat orang bahagia karena tidak bertentangan dengan hokum universal ini |
Kearifan Shiva Buddha ? intinya sama dengan kesadaran dalam kewajaran (cara pasti tetapi aksi luwes) integritas di kedalaman namun vitalitas di permukaan .walau tetap tampak dalam kewajaran di permukaan namun senantiasa menjaga kesadaran di kedalaman untuk. memberdaya kecakapan, kemapanan & kearhatan (dimanapun ,kapanpun dan sebagai apapun peran keberadaannya)... progressive in progressing. Jika saja proses pemberdayaan ini memang berjalan sehat dan tepat tampaknya kemurnian & kesejatian akan berpotensi segera terealisasi nyata. Wei Wu Wei = Just consciously action x being compulsive actor
kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )
Demikianlah, orientasi kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif). jadi ...ini adalah transformasi mengarahkan diri dengan kesadaran Saddhama dalam kebenaran, kebajikan dan kebijakan ... sama sekali bukan revolusi (mungkin tepatnya : repolusi = pencemaran kembali?) dengan kebodohan, kesalahan dan keburukan. Sudah saatnya spesies manusia tumbuh berkembang dewasa tidak selamanya menjadi kanak-kanak dengan usia keberadaannya yang telah lama menghuni, membebani & menyusahkan planet bumi yang sudah semakin tua ini dengan berpandangan semu , berpribadi naif dan berprilaku liar. Be selfless as it really be (to be one in One ~ not one of the ONE ?) .. Sungguh ini bukan hanya masalah 'selfish' evolusi pribadi eksistensial semata namun juga berkaitan dengan dampak harmoni dimensi universal bagi keseluruhan bahkan hingga effek transendental. Tak perlu lagi recycling daur ulang serial pralaya (dunia - surga - rupa brahma) bagi samsara ini berlangsung berulang-ulang yang bukan karena rejuvenasi perbaikan kerusakan alamiah materi penampungnya namun karena batiniah zenka penghuninya. .
survival, financial, universal
3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam Data lama :
2021-01-17 21:39
33042
2021-01-17 21:39
196619
Link video : Kesadaran Nekhama (induktif penempuhan) demi kearhatan spiritual? BUDDHA Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni
Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.Menghadapi Kematian (racut - bardo - rebirth
2021-01-17 21:39 | 33042 | ||
2021-01-17 21:39 | 196619 |
3a. Racut Lullaby Song of Madalasa Upadesha from The Mārkaṇḍeya Purāṇa … Kidung Nina Bobo Ratu Madalasa kepada puteranya (Rshi Markandeya) Link Data : https://www.thestorygenie.com/blog/the-lullaby/or : https://unboundintelligence.com/madalasa-upadesha/
Verse 1śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// maɱdālasollapamuvāca putram|Madalasa says to her crying son:// “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”Madalasa berkata kepada putranya yang menangis: //“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "Verse 2śuddho’si re tāta na te’sti nāma // kṛtaɱ hi tatkalpanayādhunaiva|//paccātmakaɱ dehaɱ idaɱ na te’sti //naivāsya tvaɱ rodiṣi kasya heto||“My Child, you are Ever Pure! You do not have a name. //A name is only an imaginary superimposition on you.//This body made of five elements is not you nor do you belong to it.//This being so, what can be a reason for your crying ?”“Anakku, kamu Selalu Murni! Anda tidak punya nama.// Nama hanyalah lekatan khayal yang dikenakan pada Anda. // Tubuh yang terbuat dari lima elemen ini bukanlah Anda dan bukan pula milik Anda. // Karena itu, apa yang menjadi alasan Anda menangis? "Verse 3na vai bhavān roditi vikṣvajanmā //śabdoyamāyādhya mahīśa sūnūm|//vikalpayamāno vividhairguṇaiste //guṇāśca bhautāḥ sakalendiyeṣu||“The essence of the universe does not cry in reality. // All is a Maya of words, oh Prince! Please understand this. //The various qualities you seem to have are are just your imaginations, //They belong to the elements that make the senses (and have nothing to do with you).”“Esensi alam semesta tidak menangis dalam Realitas kenyataan. // Semuanya adalah kata-kata Maya, oh Pangeran! Mohon mengerti ini. // Berbagai kualitas yang tampaknya Anda miliki hanyalah imajinasi Anda, // Mereka termasuk dalam elemen yang membuat indra (dan tidak ada hubungannya dengan Anda). ”Verse 4bhūtani bhūtaiḥ paridurbalāni // vṛddhiɱ samāyāti yatheha puɱsaḥ| // annāmbupānādibhireva tasmāt //na testi vṛddhir na ca testi hāniḥ||“The Elements [that make this body] grow with accumulation of more elements, or//Reduce in size if some elements are taken away //This is what is seen in a body’s growing in size or becoming lean depending upon the consumption of food, water etc. //YOU do not have growth or decay.”“Unsur-unsur [yang membuat tubuh ini] tumbuh dengan akumulasi lebih banyak unsur,// atau Kurangi ukurannya jika beberapa elemen diambil // Inilah yang terlihat pada tubuh yang membesar atau menjadi kurus bergantung pada konsumsi makanan, air, dll.// KAMU tidak memiliki pertumbuhan atau kerusakan. "Verse 5tvam kamchuke shiryamane nijosmin // tasmin dehe mudhatam ma vrajethah| //shubhashubhauh karmabhirdehametat //mridadibhih kamchukaste pinaddhah||“You are in the body which is like a jacket that gets worn out day by day. // Do not have the wrong notion that you are the body. //This body is like a jacket that you are tied to, // For the fructification of the good and bad Karmas.”“Anda berada di dalam tubuh yang seperti jaket yang semakin hari semakin aus. // Jangan salah paham bahwa Anda adalah tubuh. // Tubuh ini seperti jaket yang diikat, // Untuk fruktifikasi dari karma baik dan buruk. "Verse 6tāteti kiɱcit tanayeti kiɱcit // aɱbeti kiɱciddhayiteti kiɱcit| // mameti kiɱcit na mameti kiɱcit //tvam bhūtasaɱghaɱ bahu ma nayethāḥ||“Some may refer to you are Father and some others may refer to you a Son or //Some may refer to you as Mother and some one else may refer to you as Wife. // Some say “You are Mine” and some others say “You are Not Mine” // These are all references to this “Combination of Physical Elements”, Do not identify with them.”“Beberapa mungkin menyebut Anda adalah Ayah dan beberapa lainnya mungkin merujuk Anda sebagai Putra atau // Beberapa orang mungkin menyebut Anda sebagai Ibu dan beberapa orang lain mungkin menyebut Anda sebagai Istri.// Beberapa orang mengatakan "Kamu adalah milikku" dan beberapa lainnya mengatakan "Kamu bukan milikku"// Ini semua adalah referensi ke "Kombinasi Elemen Fisik", Jangan identifikasi dengannya. "Verse 7sukhani duhkhopashamaya bhogan //sukhaya janati vimudhachetah| // tanyeva duhkhani punah sukhani //janati viddhanavimudhachetah||“The ‘deluded’ look at objects of enjoyment, // As giving happiness, by removing the unhappiness. // The ‘wise’ clearly see that the same object // Which gives happiness now will become a source of unhappiness.”“Pandangan yang 'tertipu' pada objek kenikmatan, // Seperti memberi kebahagiaan, dengan menghilangkan ketidakbahagiaan. // Orang 'bijak' dengan jelas melihat objek yang sama // Yang memberi kebahagiaan sekarang akan menjadi sumber ketidakbahagiaan. "Verse 8yānaɱ cittau tatra gataśca deho // dehopi cānyaḥ puruṣo niviṣṭhaḥ| // mamatvamuroyā na yatha tathāsmin // deheti mātraɱ bata mūḍharauṣa|“The vehicle that moves on the ground is different from the person in it // Similarly this body is also different from the person who is inside! // The owner of the body is different from the body. // Ah how foolish it is to think I am the body!”“Kendaraan yang bergerak di tanah berbeda dengan orang di dalamnya // Demikian pula tubuh ini juga berbeda dengan orang yang ada di dalam! // Pemilik tubuh berbeda dengan tubuh. // Ah betapa bodohnya menganggap aku adalah tubuh! "
just imageSanskrit : śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// English : “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”//Indonesian :“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "S (Sk) : Maɱdālasollapamuvāca putram|E (Eng) : Madalasa says to her crying son://I (Ina) : Madalasa berkata kepada putranya yang menangis:See : Prakata Agenda Racut : Kecakapan Proyeksi Bersiaga dalam kematian Menyadari dimensi pribadi - Living in Dying - pelatihan kematian etc
3b. Bardo Kecakapan Bersiaga dalam naza kematian alamiah : aware consciously meditatif x neurotic paranoid jaga karma kebiasaan (sila/citta visuddhi dibba /brahma vihara etc) - awas karma menjelang kematian (+ karma lampau produktif ?) tanpa moha kebingungan alami (vs hewan) ; tiada lobha kemelekatan pengharapan semu (vs petta) ; tanpa dosa liar kebencian (vs niraya) dengan keberdayaan atasi bardo hingga level optimal yang mampu dicapai (tepatnya : layak didapat ... dan karenanya memang harus rela diterima) versi Buddhist ? : manusa > svarga < brahma 4 < suddhavasa < lokuttara nibbana video chant ema bardo dihapus ? (video pribadi ?) Hehehe... masih ada.

Teks ini adalah ajaran Padmasambhava, di mana dia mengingatkan kita bagaimana membebaskan diri kita di enam Bardo yang berbeda. Buddhisme Tibet mengacu pada enam Bardo sebagai keadaan transisi; 1. bardo kehidupan ini, 2. bardo dari mimpi, 3. bardo dari meditasi, 4. bardo dari kematian, 5. bardo dari dharmata, dan 6. bardo dari penjadian. Di setiap bardo ada petunjuk yang jelas tentang apa yang harus kita lakukan saat kita mengalami keadaan ini untuk mencapai pembebasan. Syair ayat di sini adalah instruksi singkat dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra Kesempurnaan Agung. Syairnya dimulai dengan Ema yang artinya, "whoa, this is for real! (Wah?, ini /untuk yang/ nyata!").
Google translate modified Bardo Song of Reminding Oneself
translated by Erik Pema Kunsang, melody: Tara Trinley Wangmo, vocals: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers. Lagu Bardo untuk Mengingatkan Diri Sendiri diterjemahkan oleh Erik Pema Kunsang, melodi: Tara Trinley Wangmo, vokal: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers. from the Secret Dakini Training Mother Tantra of the Great Perfection dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra dari Kesempurnaan Agung
Ema! Now that while the bardo of this lifetime is unfolding, I will not be lazy since there is no time to waste. Enter nondistraction’s path of hearing, thinking, training, While it is just now I have the precious human form. Since this free and favored form ought to have real meaning, Emotion and samsara shall no longer hold the reign. Ema! Sekarang sementara bardo dari kehidupan ini sedang berlangsung, Saya tidak akan malas karena tidak ada waktu untuk disia-siakan. Memasuki jalur tanpa gangguan dari pendengaran, pemikiran, pelatihan, Sementara sekarang aku memiliki wujud manusia yang berharga. Karena bentuk yang bebas dan disukai ini hendaknya memiliki makna yang nyata, Emosi dan samsara tidak lagi memegang kekuasaan.
Ema! Now that while the bardo of the dreamstate is unfolding, I will not sleep like a corpse, so careless, ignorant. Knowing everything is self-display, with recognition, Capture dreams, conjure, transform, train lucid wakefulness. Instead of lying fast asleep like animals are sleeping, I will use the Dharma just as in the waking state Ema! Sekarang sementara bardo dari keadaan mimpi sedang berlangsung, Aku tidak akan tidur seperti mayat, begitu ceroboh & bodoh cuek (tanpa tahu) Mengetahui segalanya adalah tampilan diri, dengan pengakuan, menangkap impian, sulapan, pengubahan, pelatihan kesadaran yang jernih. Daripada tidur nyenyak seperti binatang yang sedang tertidur, Saya akan menggunakan Dharma seperti dalam kondisi terjaga.
Ema! Now that while the meditation bardo is unfolding, I will set aside every deluded wandering. Free of clinging, settled within boundless nondistraction, I’ll be stable in completion and development. As I’m yielding projects to the single-minded training, Delusion and unknowing shall no longer hold the reign. Ema! Sekarang sementara meditasi bardo sedang berlangsung, Aku akan mengesampingkan setiap pengembaraan yang memperdaya. Bebas dari kemelekatan, menetap dalam ketidak-teralihkan yang tanpa terbatas, Saya akan stabil dalam penyelesaian dan pengembangan. Saat saya menyerahkan rencana pada pelatihan pikiran terpusat, Delusi dan ketidaktahuan tidak akan lagi memegang kendali.
Ema! Now that while the bardo of the death-state is unfolding, I will cast away attachment, clinging to all things. Enter undistractedly the state of lucid teachings, Suspending as a vast expanse this nonarising mind. Leaving this material form, my mortal human body, I will see it as illusion and impermanent. Ema! Sekarang sementara bardo dari kondisi kematian sedang berlangsung, Saya akan membuang kemelekatan, yang melekat pada segala hal. Masuk dengan tanpa gangguan pada keadaan ajaran yang nyata /jernih, Menangguhkan sebagai suatu hamparan luas pikiran yang tidak lagi muncul ini. Meninggalkan bentuk materi ini, tubuh manusia fana saya, Saya akan melihatnya sebagai ilusi dan tidak kekal.
Ema! Now that while the bardo of dharmata is unfolding, I will hold no fear or dread or panic for it all. Recognizing everything to be the bardo’s nature, Now the time has come for mastering the vital point. Colors, sounds and rays shine forth, self-radiance of knowing, May I never fear the peaceful-wrathful self-display. Ema! Sekarang sementara bardo dari dharmata sedang berlangsung, Aku tidak akan takut , gentar atau panik untuk itu semua. Mengakui segalanya sebagai sifat bardo, Sekarang waktunya telah tiba untuk menguasai poin penting. Warna, suara, dan sinar bersinar, pancaran kesadaran sendiri, Semoga saya tidak pernah takut pada tampilan diri yang penuh amarah dan damai.
Ema! Now that while the bardo of becoming is unfolding, I will keep the lasting goal one-pointedly in mind. Reconnecting firmly with the flow of noble action, I will shut the womb-doors and remember to turn back. Since this is the time for fortitude and pure perception, I will shun wrong views and train the guru’s union-form. Ema! Sekarang sementara bardo penjelmaan sedang berlangsung, Saya akan mengingat tujuan abadi dengan satu tujuan. Berhubungan kembali dengan kuat dengan aliran tindakan mulia, Aku akan menutup pintu rahim dan ingat untuk kembali. Karena inilah waktunya untuk ketabahan dan persepsi murni, Saya akan menghindari pandangan yang salah dan melatih bentuk persatuan (dengan) guru.
If I keep this senseless mind that never thinks of dying, And continue striving for the pointless aims of life, Won’t I be deluded when I leave here empty handed? Since I know the sacred Dharma is just what I need, Shouldn’t I be living by the Dharma right this moment, Giving up activities that are just for this life? Jika saya menyimpan pikiran tidak masuk akal yang tidak pernah berpikir tentang kematian, Dan terus berjuang untuk tujuan hidup yang tidak berarti, Apakah saya tidak akan tertipu ketika saya pergi dari sini dengan tangan kosong? Karena saya tahu Dharma suci adalah yang saya butuhkan, Bukankah seharusnya saya hidup berdasarkan Dharma saat ini, Memasrahkan kegiatan yang hanya untuk hidup ini?
These are the instructions which the gracious guru told me. If I do not keep the guru’s teachings in my heart, How can this be other than myself fooling myself? Ini adalah instruksi yang dikatakan oleh guru mulia itu kepada saya. Jika saya tidak menyimpan ajaran guru di hati saya, Bagaimana dapat ini bisa terjadi lainnya selain diriku yang membodohi diriku sendiri
3c. Alam Alam : Transit Dimensi Prajñāpāramitākebijaksanaan agung prajna paramita
Oṁ! Namo Bhagavatyai Ārya-Prajñāpāramitāyai!Om | Aku memuliakan Sang Ariya Guru Suci yang telah mencapai kebijaksanaan agung prajna paramitaĀrya-Avalokiteśvaro Bodhisattvo, gambhīrāṁ prajñāpāramitā caryāṁ caramāṇo,Sang Ariya Bodhisatva Avalokiteśvara saat itu berdiam di dalam praktik kebijaksanaan agung prajna paramita,vyavalokayati sma panca-skandhāṁs tāṁś ca svabhāvaśūnyān paśyati sma.melihat ke dalam lima skhanda (agregat = pikiran dan tubuh / nama rupa ) dan ternyata mereka kosong dari sifat-diri
Iha, Śāriputra, rūpaṁ śūnyatā, śūnyataiva rūpaṁ;Di sini, Wahai Śāriputra, wujud adalah kekosongan, kekosongan adalah wujud;rūpān na pṛthak śūnyatā, śunyatāyā na pṛthag rūpaṁ;kekosongan tidak berbeda dengan wujud, wujud tidak berbeda dengan kekosongan;yad rūpaṁ, sā śūnyatā; ya śūnyatā, tad rūpaṁ;Segala apapun wujudnya, itu adalah kekosongan; Segala apapun kekosongan yang ada, itu adalah wujud.evam eva vedanā-saṁjñā-saṁskāra-vijñānaṁ.Begitu juga sama halnya untuk perasaan, persepsi, proses kemauan dan kesadaran.
Iha, Śāriputra, sarva-dharmāḥ śūnyatā-lakṣaṇā,Di sini, Wahai Śāriputra, segala dharma bersifat kosong , anutpannā, aniruddhā;Tanpa kemunculan, tiada pula kelenyapan ;amalā, avimalā;Tanpa ketiada-nodaan, tiada pula ketidakmurnian;anūnā, aparipūrṇāḥTanpa adanya kekurangan, tiada pula kelengkapan
Tasmāc Śāriputra, śūnyatāyāṁKarena itu, Wahai Śāriputra, dalam kekosongan ituna rūpaṁ, na vedanā, na saṁjñā, na saṁskārāḥ, na vijñānam;tidak ada bentuk, tidak ada perasaan, tidak ada persepsi, tidak ada proses kehendak, tidak ada kesadaran;na cakṣuḥ-śrotra-ghrāna-jihvā-kāya-manāṁsi;tidak ada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh atau pikiran;na rūpa-śabda-gandha-rasa-spraṣṭavya-dharmāḥ;tidak ada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan, pikiran;na cakṣūr-dhātur yāvan na manovijñāna-dhātuḥ;tidak ada elemen mata (dan seterusnya) hingga tidak ada elemen kesadaran-pikiran;na avidyā, na avidyā-kṣayo yāvan na jarā-maraṇam, na jarā-maraṇa-kṣayo;tidak ada ketidaktahuan, tidak ada kehancuran ketidaktahuan (dan seterusnya) hingga tidak ada usia tua dan kematian,na duḥkha-samudaya-nirodha-mārgā;tidak ada kehancuran usia tua dan kematian; tidak ada penderitaan, kemunculan, lenyapnya, jalan;na jñānam, na prāptir na aprāptiḥ.tidak ada pengetahuan, tidak ada pencapaian, tidak ada non-pencapaian.
Tasmāc Śāriputra, aprāptitvād BodhisattvasyaOleh karena itu, Wahai Śāriputra, karena tiada yang ingin dicapai, Bodhisattva bebas dari segala gangguan pikiran,Prajñāpāramitām āśritya, viharaty acittāvaraṇaḥ,Beliau mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan, dan berdiam dengan pikirannya tidak terhalang,cittāvaraṇa-nāstitvād atrastro,memiliki pikiran yang tidak terhalang dia tidak gentar,viparyāsa-atikrānto, niṣṭhā-Nirvāṇa-prāptaḥ.mengatasi pertentangan, ia mencapai kondisi Nirvāṇa.
Tryadhva-vyavasthitāḥ sarva-BuddhāḥSemua Buddha berdiam di tiga masa denganPrajñāpāramitām āśrityamengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaananuttarāṁ Samyaksambodhim abhisambuddhāḥ.sepenuhnya terbangun menuju Keterjagaan Lengkap Sempurna yang tak tertandingi
Tasmāj jñātavyam Prajñāpāramitā mahā-mantro,Oleh karena itu, Kebijaksanaan Sempurna prajna paramita adalah mantra yang agungmahā-vidyā mantro, 'nuttara-mantro, samasama-mantraḥ,mantra pengetahuan agung, mantra yang tertinggi, mantra yang tak tertandingi,sarva duḥkha praśamanaḥ, satyam, amithyatvāt.Secara tuntas mengatasi semua penderitaan, sebagai kebenaran sejati yang tak mungkin palsu.
Prajñāpāramitāyām ukto mantraḥDalam Kesempurnaan Kebijaksanaan mantra telah diucapkantad-yathā:dengan cara berikut inigate, gate, pāragate, pārasaṁgate, Bodhi, svāhā!pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!
Iti Prajñāpāramitā-Hṛdayam SamāptamDengan demikian Kesempurnaan Kebijaksanaan dari Hati Lengkap disampaikanDATA 01022021/PLUS/DATA/Prajna-Paramitha-Oke.pdf
gate, gate, pāragate, pārasaṁgate, Bodhi, svāhā!pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!
Tentang Paska Kematian / Aneka Keberadaan =
Setiap dimensi samsarik memiliki faktor persyaratan karmik & kehandalan kosmik (untuk mengalami & mengatasinya) Walaupun fenomena mandala ini memang beragam level & labelnya (terpilah > terpisah ?) namun secara realitas terpadu adanya (esensi>energi>materi). Bersedia untuk senantiasa terjaga menjaga berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan & kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?). So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) . Sebagaimana dimensi samsarik lainnya ( apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun), dunia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya. Peluang kesempatan / tanggung jawab sebagai manusia dsb dalam membawa keberkahan diri dan lainnya ... tidak sekedar berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia untuk hanya kembali calon mayit/ demit ?
jadi, inget kata Buddha & para Suci lainnya : kelaziman ( kebodohan atau kewajaran?) kita cenderung menjadikan apaya menjadi rumah tinggal berikutnya (walau sesungguhnya bukan itu sangkaan pandangan & harapan keinginannya ... ironis atau tragis ?) Well, jika tiada faktor non-operative mahakammavibhanga ... walau tidak dimaksudkan sekalipun by product kelayakan pemurnian sila bukan hanya bisa lampaui apaya (alobha x petta, adosa x neraka, amoha x tirachana ... asura ?) namun juga layakan investasi deposito kebajikan untuk digunakan liburan sementara kapling dimensi surgawi jika diperlukan (just refreshing penyegaran atau malah recraving pengumbaran ?) ; yang lebih penting jika mampu pencapaian meditatif bisa bereffek pada peningkatan intelgensi kecakapan yang lebih baik apalagi ditunjang panna kebijaksanan yang berkembang .
AS /IF Petta apaya etc Walau ini dianggap ‘wajar’ bagi lokiya dhamma namun termasuk apaya bagi saddhama (walau tampak ironis namun tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta sebagaimana kemelekatan akan memory figure bhava, obsesi ditthi dan tanha pengharapan status symbol berada di dimensi eteris ditengah ekspansi dewa label jatuhan asura & ekstensi dewa level rendahan yakkha ini) Case : pettavathu Niraya ? jika terdampar di apaya hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara (kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikianannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit. Dalam Buddhisme Apaya adalah kemungkinan MLD ( Moha - hewan tirachana, Lobha - petta kelaparan , Dosa - niraya 'laundry' ) Plus Idea : Barzah eteris juga untuk umat beragama & bertuhan tidak hanya yang sekuler ? karena kemelekatan kehidupan sebelumnya & selanjutnya ?
AS /IF Surga Kamadeva etc Walau ini sangat didambakan bagi lokiya dhamma (walau tanpa perlu alam antara ?) namun (tanpa merendahkan) tidak bagi saddhama ? (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta 'hanya' bisa berada di dimensi astral ini ) Case : jaminan nanda & bhikkhu surga Link Video : 1 & 2 Jika surga & neraka tidak ada akankah Tuhan dipuja dalam kebaktian, kebajikan dan kebijakan ? Bukan karena deficiency atau sekedar transaksi (Sufi wanita Rabiah Adawiyah ... Mahabah cinta kepada TuhanNya bukan hanya mengatasi kecintaan kepada siapapun /Nabi, Surga ?/ namun juga kebencian kepada apapun termasuk kepada /iblis & neraka?/). Plus Idea : Mengapa bisa segera melampaui ke surga tanpa harus penangguhan pralaya dunia ?
AS /IF Brahma etc Walau ini sangat didambakan bagi mystics pantheist namun tidak bagi saddhama (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan bukan hanya kelayakan/kecakapan namun juga kemantapan/kemapanan kamacitta dan samadhi bhavananya) Case : batin mencari & menjadi "tuhan" yang lebih sejati ? , dilemma antara kenyamanan 'transendensi' nama ke anenja (terlelap? alara kalama & Uddhaka ramaputta eks guru dengan tataran ilmu yang telah dikuasainya pra Uruvela ) vs keberadaan 'immanensi' rupa ke samsara (terjatuh? Brahma Baka yang terprovokasi Mara ? ). (Fake story ?) Buddha ditanya keberadaan Tuhan .... Dia menjawab akan keberadaanNya kepada yang mengingkariNya namun menyangkal keberadaanNya kepada yang meyakiniNya. (bukan kepercayaan namun keberdayaan ... memastikan tataran fakta bukti penempuhan/penembusan dalam kemurnian yang utama bukan sekedar meyakini gagasan internal/ wawasan eksternal. Plus Idea : real story Buddha & Tuhan : Brahma Baka , Mara, Tusita , Saka, Yakkha & asura ? (khanda paritta + ratana sutta + Karaniya metta sutta )
AS /IF Nibbana etc
Walau keterjagaan dalam dvaita kesunyataan ini dipandang ‘sangat sempurna’ bagi buddha dhamma namun dalam 'kebersahajaan' akan advaita kesedemikianan ini ‘cukup bijaksana’ bagi saddhama (Holistik melampaui Nivritti negative & harmonis melampaui Pravritti positive ) (Fake story ?) Buddha diam ketika ditanya apakah Dia mencapai Nibbana .... Jika Dia menjawab "Tidak", Dia berdusta akan realisasi pencapaian keterjagaanNya , Jika Dia menjawab "Ya" , Dia berdusta karena Nibbana mustahil tercapai jika masih ada 'keakuan" samsarik. Plus Idea : real story : kepada pertapa Upaka , Panca Vagiya (Dhammacakka ~ 'patanjali astanga yoga?' + anattalakkhana sutta !) sakshin : Bahiya & Malunkya ( panduan taktis Mahasatipathana & risalah teknis Abhidhamma ) Ovada pattimokkha ke 500 asekha arahat ?(keterjagaan level vs kelengahan label spiritual materialism magga phala arahat ?)
Sanatana Dhamma dalam kompleksitas Realitas Fenomena a. Transendensi Keabadian UniversalTerjagalah ! Transendensi kehadiran demi keabadian : vs niyama dhamma via mediasenantiasa ada dampak dari pandangan, tindakan dan capaiantataran pencapaian > progress penempuhan > kefahaman pengetahuanb:Harmonisasi Keberadaan EksistensialMenjagalah ! Harmonisasi dalam kehidupan : vs peran eksistensialsedaka sutta : menjaga diri & orang lainanjali/namaste : menghormati esensi murni didalam > segalanya interconnected (orang lain adalah diri kita sendiri dalam peran yang berbeda) demikian juga alam dsb. Untuk layak mekarnya bunga transendental ,kemantapan akar eksistensial sila dan batang kasih universal harus tumbuh berkembang baik menunjang dahan bhavana penembusan dan pencerahan di internal dan juga ke eksternal.c. Eskatologi Kelanjutan SpiritualBerjagalah ! Eskatologi untuk kematian : vs bardo (1 chikhai - 2 conyid - 3 sidpa bardo)Kehidupan tidak pasti, kematian pastipencerahan masih mungkin diusahakan kala kematian (pandangan Mahavira jainisme bukan Guru Padmasambhava Tibetan Buddhism... maaf ~ AK).Inilah pentingnya kemurnian brahma vihara yang bukan hanya memurnikan dana sila Dhamma Vihara sepanjang kehidupan dan (plus desana) menumbuh kembangkan potensi tihetuka (alobha adosa amoha) yang akan juga menunjang kecakapan penembusan meditatif pemurnian batin Ariya Vihara dalam menyambut kematian. Naza : awas nimitta bhavanga 3 (Bardo proses umum non meditator : Sial, umumnya tidak bisa melintasi jhana brahma bardo 1 ; (bardo 2 liburan kesurga ? belum cukup murni berlimpah akumulasi deposito karma baik + banyak tanggungan kredit karma buruk /miccha ditti ?) ; bardo 3 beruntung lahir kembali sebagai manusia atau harus terlempar keapaya (dampak MLD) atau terdampar di alam penantian hingga rebirth baru/ pralaya dunia ?proses khusus meditator (mystics, Buddhist, etc) :selamat berjuang hingga tujuan yang mungkin lebih baik untuk bisa dicapai ; (salam dari padaparama dihetuka bagi neyya tihetuka / yogi meditator ) Nextjika terdampar di apaya hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara ( kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikiannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.jika hidup di surga hidup sbg dewa maka dengan upekha kembangkan karuna (welas asih berbagi bahagia) & potensi tihetuka (alobha adosa amoha prasyarat meditator Jalan Kesucian); tidak mengumbar nafsu , dusta & sengketa (issa machariya-serakah mendengki apalagi membenci tidak juga menghalangi/ menyesatkan) (termasuk tridewa Mara- yama - asura atas triloka tusita ,tavatimsa,dunia ?) walau juga sulit. Wilayah kamavacara memang corrupted, Saka... bukan hanya pemenuhan kebutuhan, sekedar keinginan diri namun juga kekuasaan atas lainnya. Walau potentially segalanya akan berdampak jika telah masak/layak, Samsara memberikan kebebasan bukan hanya bagi Dhamma namun juga addhamma, tidak hanya agar terbebas dari jeratnya namun juga tetap tersekap didalamnya…. Itulah kenyataan sesungguhnya dari semuanya tanpa perlu menyalahkan atau membenarkan siapapun/apapun saja. Jika hidup di brahma jangan terlelap dalam kebahagiaan yang lebih dalam dari kenikmatan indrawi/ kehikmatan laduni tetap terjaga,menjaga dan berjaga untuk pengembangan kelanjutannya. walau juga sulit.Jika bisa tiba di wilayah kesadaran non samsarik alam antara suddhavasa selesaikan perjalanan pulang kerumah sejati atasi delusi mimpi citta 'aku' di halte ini.walau juga sulit.Jika telah tiba di wilayah kesadaran non alam samsarik nibbana... congrats. Selamat atas keterjagaan dari perjalanan tidur panjang penuh mimpi. selamat datang di rumah sejati esensi murni.Sikapi "Kebebasan" ini sebagai kebenaran pencerahan berkelanjutan bukan perayaan ke"aku'an untuk lengah terlelap lagi. Walaupun karena magga phala meniscayakan keberadaan & tindakan kiriya yang suci (selama belum parinibbana khanda Ariya Buddha tetap tidak terbebas dari 12 dampak karmik buruk kehidupan lampauNya juga Bhante Moggalana. Bhikkhu arahata sekalipun tetap bisa melakukan kesalahan (terinjaknya serangga oleh arahata karena buta, peraturan vinaya sanghadisesa merukunkan duniawi ?) walau tanpa sengaja/ tak diketahui. Namun totally, inilah realisasi dambaan neyya buddhist untuk terbebas dari dukkha .... terjaga dari mimpi samsarik. Pulang kembali ke rumah sejati. Hanya yang telah melampaui (ariya nibbana) bisa menghadapi kembali (samsara) dengan lebih baik lagi (kiriya x karma) dan karenanya wilayah samsara ini tidak lagi tepat bagi yang telah lulus/ lolos darinya. Keswadikaan nyata yang bukan hanya melampaui penderitaan namun juga kebahagiaan. (magandiya sutta)By the way, just kidding ... ada versi/type samsara baru di wilayah ini ? samsara ini saja yang walau hanya delusif tidak chaotik sudah cukup menyusahkan kita dalam memahaminya apalagi layak menembus dan melampauinya. Niyama Dhamma memang cukup mantap menjaga kaidah kosmik secara impersonal transenden... namun ketidak-segeraan dampak karmik, keterlupaan memory pra rebirth terlebih lagi tampak begitu 'rea'l-nya delusif fantasi keberadaan attha pada nama figur mimpi & sensasi kebahagiaan akan rupa (sulit untuk parichedanana?) benar-benar melengahkan dan menyesatkan (dan bahkan karena ketidak mengertiannya tidak sengaja apalagi terencana bukan hanya tidak mencerahkan namun bahkan saling menyesatkan lainnya walaupun dengan kepolosan, ketulusan dan kesadaran ).Dalam senyum holistik di rupang keBuddhaanMu intuisi saya mengatakan masih ada. Namun mungkin biarkan dia tersirat sebagai rahasia. Kebijaksanaan (bukan kesempurnaan) adalah mahkota akhir bagi kita semua. Setidaknya Realitas Nibbana sebagai rumah sejati bagi esensi murni dari drama kosmik Fenomena Samsara telah kembali ditemukan dan bisa direalisasikan lagi (walau sulit ... terutama bagi saya tentunya. padaparama diluar sasana yang masih naif dan liar. perokok berat pecandu kopi lagi ... avijja & tanha masih kuat ).Panna Phasa Kedukkhaan bukan tanha vedana kebahagiaan Realistics thesisnya, keaniccaan proses perubahan bukan kekekalan masif Real antithesisnya, keAnnataan Panca khanda bukan keberadaan" figure delusif" Realize synthesisnya. Intinya kita hanya dan harus melampaui internal individualitas diri sendiri ... asava kilesha diri bukan yang lain. Itulah (mungkin... saya harus tahu malu , tahu diri dan tahu sila pada autoritas wilayah acinteya yang belum saya capai) puncak kebijaksanaan nirvanik yang melampaui drama kosmik mimpi delusif samsara.Sedangkan .... maaf ini agak nekat ('gila'-istilah Khalil Gibran) tentang kesempurnaan walau saya seharusnya lebih tahu malu, tahu diri dan tahu sila pada Realitas wilayah advaita yang mustahil dicapai. Advaita Taoisme lebih menyukai istilah keberimbangan holistik untuk dinamis berkembang ketimbang kesempurnaan absolut yang sangat stagnan. Advaita vedanta dalam Brahma Vidya menterminologinya dalam istilah saguna -niskala (? saya lupa istilahnya ... sudah sarat memory otak tua ini). Atau simple-nya (istilah pakar komputer) sistem keamanan jika berjalan 100 % sempurna maka dia (malah) tidak akan bisa jalan. Newton (semoga saya tidak salah mengingat referensi buku lama) seorang scientist namun saat itu dia mengatakan agak filosofis tentang keteraturan kosmik yang perlu "Tuhan" yang direferensikan sebagai pengaturnya (walau jika ternyata Diapun .. maaf ...tidak ada) . Buddha-pun mengistilahkan ini sebagai "ajatang, abuthang, dst " (udana ) yang memungkinkan terjadinya pencerahan diriNya sehingga terbebas dari samsara ini.(Pakar Buddhism menyatakan Nibbana adalah Realitas transendent yang Impersonal ...bukan atta pribadi atau yang bisa dianggap/ mengklaim sebagai "diri" karena magga phala pencapaian "wilayah" kesadaran diri ini harus dicapai melalui kesadaran "tanpa diri " (sakayadithi pancakhanda - diri samsarik dst) ... Susah, ya? saya sendiri bingung mau mengatakan apa. Mudahnya demikian ... anggaplah sesorang ( katakanlah A) lelah terjaga kemudian tertidur, pulas hingga bermimpi. Dalam mimpi tersebut dia memerankan figur berbeda bisa jadi multi peran dan aneka peristiwa (walau yang bermimpi A namun bukan A yang terjaga ... jadi katakanlah A' A aksen .... A yang bermimpi ). Ketika bangun terjaga dia mendapatkan keberadaan yang berbeda lagi dengan mimpinya. Samsara bisa dipandang sebagai mimpi tersebut. Figur A' - A aksen dengan segala atribut peran mimpinya itu disebut 'diri" untuk Figur A yang real dan sudah terjaga (tidak lagi A aksen tadi). Bingung, ya .... cobalah anda ganti A dan A aksennya. (Itu hanyalah cara pandang hal yang sama namun dengan sudut yang berbeda dari tanazul - taraqqi : kejatuhan dalam keterlelapan dan keterjagaan dari keterlelapan dst )Intinya demikian pandangan kami tentang kesempurnaan yang tidak hanya acinteya namun advaita untuk dibahas. kebijaksanaan Nibbana mungkin adalah batas akhir yang bisa secara bijak dicapai (Buddha dan juga lainnya) dalam melampaui samsara yang tidak diketahui awalnya (secara individual ) dan kapan berakhirnya (secara universal) ...pengakuan autentik Buddha. (mengapa ?). Ini dicapai dalam progress simultan dan berkaitan melampaui individualitas diri (eksistensial,universal hingga transendental )Lantas ... bagaimanakah kesempurnaan advaita tersebut ? secara hipotetis ini baru bisa dicapai jika terlampaui tidak hanya universalitas diri (bukan individual tetapi universal ..... bayangkan wilayah nama tanpa rupa "batin tanpa materi" hanya ada Anenja Brahma, suddhavasa dan Nibbana tidak ada lagi alam dunia, apaya, surga , rupa brahma) namun juga trandentalitas diri (bayangkan wilayah dvaita nibbana dan advaita itu sendiri tiada samsara imanen lagi). Demikian analogi gambaran saguna -niskala mandala ini. Ini gambaran Dia yang belum terjaga dari dvaita samsara nibbanaNya. Bagaimana jika Dia terjaga dalam advaita dan melampaui nibbana (samsaraNya) ? dst. (Pusing ya .... karena jelas kita yang masih "ndagel" dalam peran samsarik di dunia ini tidak mungkin ada disana maka kita cukupkan disini saja)
kutipan : (tanggap paradoks intuitif > linear intelek ?) akan fakta experiential acinteya sabbanutanana pencerahan lokuttara Buddha yang sesungguhnya sebagai saddhamma adalah holistik universal untuk mampu ditempuh siapapun juga (walau tentu saja mungkin dalam keterbatasan output sesuai pembatasan inputnya) Saddhamma ini secara intuitif sederhana bersahaja (senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya. Namun demikian seperti mentari dalam biasan pelangi Saddhamma ini memang sangat kompleks kedalaman, kehalusan dan keragaman labirin warnanya yang tidak sekedar hitam putih sehingga memang akan susah bagi yang telah terjaga untuk segera membangunkan yang tertidur dari keterlelapan mimpinya. Penempuhan keterjagaan/keterarahan kode etik sila universal atau vinaya monastik ekslusif Sangha Samana plus metode penembusan intensif dibentuk demi tujuan tersebut secara bertahap. Idea & metode paedagogis simsapa pembabaran paradigma teparinama DhammaNya terkadang perlu nivritti negative 'lokiya' karena faktor audience-nya ( misalnya terma nibida /kejijikan?/ untuk mengatasi upadana /kelekatan/ walau kita tanggap itu hanya trick bijak untuk sadar swadika melampaui kecenderungan tanha samsarik tidak untuk picik menjauhi dengan kebencian yang justru akan berdampak kontraproduktif bukan hanya bagi proses holistik universalisasi transenden nsmun juga harmoni eksistensialitas keberadaannya ... well, problem adalah internal (asava) bukan eksternal (dunia). Landasan Spiritualitas idealnya adalah kedewasaan aktualisasi murni yang sadar difahami dan disikapi sebagai wajar dijalankan untuk meniscayakan bagi keniscayaan pelayakannya bukan kepatuhan karena intimidasi ketakutan, kepamrihan karena transaksi keinginan ataupun sekedar/termasuk juga kerisihan untuk tidak dipermalukan / khouf, roja, haya ~ hiri, otapa, ? / walaupun demikian metode `lokiya` bisa dimaklumi jika digunakan dikarenakan faktor audience-nya (walau tidak dibenarkan pada kemurnian akhirnya namun mungkin juga tidak disalahkan pada kecenderungan awalnya ? ) Intinya : No (fake) Ego ... Just be IN One .... Do as Ariya be
IMPERSONAL REALITY : Case : No Ego (level > label, 'tan-diri' > 'diri', 'tan-alam' > 'alam'). Intinya : No (fake) Ego ... Just be IN One .... Do as Ariya be LEVEL IMPERSONAL > LABEL PERSONAL keniscayaan kesedemikianan > pengharapan penganggapan perlu kelayakan > kesadaran > kefahaman : acinteya ariya - panna kiriya Keswadikaan pemurnian kesejatian : dari MLD (moha - lobha - dosa) /asava (anusaya- nivarana- kilesha vs panna- samadhi- sila ? ) kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )
Impersonal Reality : keselarasan kesadaran berpandangan taransendental, kelayakan berpribadi universal dalam kewajaran berprilaku eksistensial menatap Buddha Rupang reversed inference (Empati kosmik < Direct Insight?) Dibalik Sita Hasitupada Rupang Buddha : Apa arti senyumMu, Tathagata ? Dilemma Acinteya Simsapa Buddha Gautama : Aku (sesungguhnya) tidak pernah menyusahkan dunia namun dunia ini (sewajarnya?) akan selalu menyusahkan aku. Apakah yang seharusnya dilakukan ? secara transendental (sebagai zenka swadika ) JMB 10 Apakah yang sebetulnya dilakukan ? secara universal ( sebagai media semesta ) JMB 8 Apakah yang sepatutnya dilakukan ? secara eksistensial (sebagai figur persona ) JMB 5 Dalam shunyata permainan keabadiaan dualitas ini bhava samsara terdelusi keakuan & kemauan faktisitas/vitalitas keberadaan diri dan cenderung “kegeden anggep & kakehan karep’ (membesarkan kebanggaan eksistensialitas diri & mengejar kebahagiaan eksternalitas) biarlah kusadarkan mereka dengan dengan sisi lain dualitas permainan ini dengan idea simsapa kenyataan dukkha derita pelekatan tanha akan anicca segala proses perubahan kemenjadian yang ada di segala sesuatu atas delusi samsarik pemeranan diri yang anatta ....untuk KEBIJAKAN ADDUKHA DEMI KEBENARAN ANICCA BAGI KEBAJIKAN ANATTA. So, Just be Impersonal
3. Synthesis : THE REAL (capaian yang nyata) Bersedia untuk senantiasa terjaga menjaga berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) .
kutipan posting akhir Dhamma Sekha : http://kalamadharma.blogspot.com/ Intinya begitu berharganya kehidupan sebagai manusia (tanpa menafikan sebagaimana juga lainnya), bro. Dengan tidak terlalu mengumbar kebebasan menurutkan kecenderungan nafsu (wille zur macht .. keinginan akan kekuasaan?) dan justru mengarahkan diri dengan kebijaksanaan maka akan ada kebajikan bagi semuanya (kedewasaan berpribadi dan dampak potensi kewasesaan yang akan mengikutinya). Segalanya akan dan seharusnya menjadi lebih baik dan semakin baik. Jadi tolonglah jika tidak mencerahkan janganlah menyusahkan apalagi menyesatkan dan menghancurkan. Sungguh anda (tepatnya: kita) tidak tahu dengan siapa sesungguhnya kita senantiasa berhadapan .... hidup ini tidak sekedar interaksi antar figur personal namun ini permainan kompleks media impersonal dimana segalanya jeli terawasi, akurat terkalkulasi dan potentially akan berdampak .... sebagaimana gema suara, apa yang kita lakukan akan kembali juga kepada arus kesadaran kita ... baik ataupun buruk, saat ini ataupun nanti , di sini ataupun di sana dalam peran/sikon apapun kemudian ... (dampak metafisis, sociologis & psikologis ?). Bagaikan sigma kuanta cahaya pelangi yang saling melengkapi dalam keberagamannya walau dalam label dan level berbeda namun tetap dipandang setara dalam Kasih Universal ... ada kesedemikianan Dhamma yang walau Impersonal tidak menuntut pengakuan namun secara Transenden kaidahnya berlaku di setiap wilayah immanenNya secara homeostatis, interconnected, equilibirium.
Be Truth Lover whoever & wherever we are ... (Jadilah pecinta kebenaran siapapun dan dimanapun kita) karena itu adalah keniscayaan nyata yang (memang?) harus kita terima .
Kutipan :
Be Realistcs to Realize the Real .....Untuk kesekian kalinya, apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan … karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya juga .... jadi 'sami mawon' / sama saja ). Hidup dalam kebenaran seharusnyalah hidup dengan kebenaran juga. Tidak perduli apakah nanti akan ada kemanunggalan dalam pencerahan ataupun kemusnahan untuk keseluruhan, tetaplah konsisten dalam transformasi spiritualitas yang harmonis autentik & sinergis atas kesemestaan baik eksistensial (diri pribadi), universal (alam kehidupan bersama) dan transcendental (sentra keberadaan segalanya). Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama) siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan, untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini.
Keselarasan dalam Saddhamma .... Inilah cara untuk menjalani kebenaran itu dengan tanpa syarat apapun Well, bukan hanya "sekedar' demi membawa level evolusi pribadi yang lebih baik (eksistensial), menjaga harmoni dimensi yang semakin kondusif (universal) namun karena memang demikianlah amanah keselarasan yang ditetapkan untuk dijalani (transendental).... sinkronisasi peniscayaan berkah yang memang seharusnya dilakukan atas keniscayaan berkah yang sudah digariskan pada keberadaan, dalam kesemestaan oleh dari kesunyataan Impersonal Transenden ini. Perlu kebijaksanaan Saddhama demi addukha (amoha, alobha, adosa) yang semakin intensif levelnya dalam kedewasaan eksistensial, untuk kesemestaan universal, hingga pencerahan transendental ..... So, Quo Vadis ? Dengan tanpa menafikan untuk selalu tetap empati, harmoni dean sinergi dengan kepantasan tanggung jawab dagelan nama rupa kita ( terutama dengan semakin selaras dalam sinkronisasi atas kaidah Saddhama di level eksistensial, universal & transendentalnya) , Be genious ... janganlah terlalu terbawa obsesi internal (walau mulia?) apalagi ambisi eksternal (demi ego pengakuan, kekuasaaan) apalagi bermalasan seenaknya (malah semakin naif liar mengumbar) hingga hanyut tenggelam dengan sensasi/fantasi figur eksistensial yang sudah, sedang dan akan kita perankan selama ini. Dihadapan Realitas Kasunyatan kita sesungguhnya hanyalah media impersonal tanpa inti (anatta) dalam proses timbul lenyapnya cittakhana agregat kesadaran akan keberadaan nama rupa (anicca) yang jika karenanya kita moha terbodohi sebagai entitas 'keakuan' maka kita akan cenderung lobha melekati (menyenangi untuk apa yang menyenangkan ego kita saja) dan dosa membenci (kesal dengan apa yang mengesalkan ego kita saja) dan mengakibatkan rangkaian papanca kecenderungan MLD (moha-lobha-dosa) yang semu, naif dan liar akan penderitaan (dukkha). Perlu kebijaksanaan Saddhama demi addukha (amoha, alobha, adosa) yang semakin intensif levelnya dalam kedewasaan eksistensial, untuk kesemestaan universal, hingga pencerahan transendental
Kita adalah media impersonal dengan berbagai peran eksistensial dalam arena universal di segala wilayah immanen Hyang Transenden. sadari & jalani permainan peran / amanah tugas ini dengan selaras pada kaidah keniscayaan kebenaran saddhamaNya dengan senantiasa terjaga , menjaga & berjaga Be realistics to realize the Real Be True, Humble & Responsible as one (existensial figure) in One (Universal immanent ) of ONE (Esensial Transendent ) Just as it is
Tampaknya ada yang kurang, ? Bagaimana dengan tujuan ideal kebahagiaan ? Well, kebahagiaan adalah suatu keberadaan natural untuk sadar, cakap & layak dalam menerima segalanya sebagaimana apa adanya dan menjalani keselarasan sebagaimana wajarnya (seharusnya tanpa syarat bukan karena sekedar kemelekatan akan pengharapan ataupun keterpaksaan akan faktisitas keberadaan yang diamati, dialami dan diatasi) .... suatu sikap batin kesuka-citaan atas hal positif, yang mungkin diperoleh ataupun kesuka-relaan atas hal negatif yang memang didapatkan Uraian tentang pencapaian level swadika, pemantapan bakat talenta dan pelayakan hisab visekha (untuk Menghadapi Keabadian ) ; pengupayaan skill kecakapan, asset kemapanan dan style kewajaran ( dalam Menghadapi Kehidupan ) serta kemampuan racut, kemahiran bardo dan kesiagaan alam (ketika Menghadapi Kematian ) adalah /atau mungkin tepatnya hanyalah ~ agar tidak justru terlalu meresahkan obsesi / ambisi sebagai keharusan / parameter standar untuk lebih memberdayakan diri dalam melayakan peniscayaan yang sebaiknya terjadi. Bukankah orientasi setiap keberadaan adalah pemberdayaan demi kebaikan dan perbaikan segalanya ( sebagai zenka pemeran eksistensial pribadi pada sigma universal kebersamaan dengan lainnya dari Sentra Hyang Esa sumber transendental segalanya) sebagai kesunyataan homeostatis yang dinamis saling berhubungan (interconnected) dalam harmoni keselarasan keseluruhan (equilibirium) .... sesuai dengan kaidah kosmik yang sedemikian adanya (Realitas kebenaran pada fenomena kenyataan ). KUN SAIDAN Anissah May dari Hamka - Tasauf Modern.pdf
EPILOG = PROCESS PROGRESS : tentang keniscayaan ( THE REAL )FKONSIDERAN
Menghadapi = Menerima (eksistensial) - mengasihi (universal) - melampaui (transendental)

Sadhguru Yasudev quote : If you have eyes to see, if you have sensitivity to feel life inside you & ouside of you, everything is a miracle Jika anda memiliki mata untuk melihat, jika anda memiliki kepekaan untuk merasakan kehidupan di dalam anda & diluar anda, semuanya adalah keajaiban. Ini adalah empati, harmoni & sinergi kosmik bagi keteraturan, keselarasan & keterarahan Saddhama Panentheistics (secara filosofis/psikologis yang dalam penempuhan esoterisnya para yogi mistisi menembusnya secara pantheistic dan dalam pembumian kebersamaan eksoteris kita menerimanya sebagai faham monotheistics (terkadang agnostics ........guardian personal god ?)
Clip Sadhguru Yasudev : ts = speech 18s sd 1m5s. Welcome to Mahashivaratri 2020 Selamat datang ke Mahashivaratri 2020Living death is not a morbid idea Kematian dalam kehidupan bukanlah gagasan mengerikan It is a realityIni adalah kenyataan.We are all living death.Kita semua adalah kematian yang hidup.We can say we are living or we can say we are dying and it’s not different.Kita dapat mengatakan kita sedang hidup atau kita dapat mengatakan kita sedang mati (dan) itu bukanlah hal yang berbeda.They’re just two different words for the same process.Mereka hanyalah dua kata yang berbeda untuk proses yang samaDeath is not an event that happens once.Kematian bukanlah suatu peristiwa yang terjadi satu kali.Death is happening. It’s a process.Kematian adalah kejadian. Dia adalah suatu proses.One day it will be complete.Suatu hari ini akan terlengkapi.the most beautiful thing about life is nobody fails, everybody shall pass .(hal paling indah tentang kehidupan adalah tak seorangpun gagal, /namun demikian/ setiap orang hendaklah melaluinya /bertahan & berjuang hingga berhasil .?/ )
Well, penerimaan keterbatasan diri ini tidak dimaksudkan sebagai logical/illogical fallacy cari aman untuk rasionalisasi peninggian ide & irasionalisasi pembenaran ego bagi dalih kemalasan / pengalihan namun ini memang cara aman untuk menjaga kewaspadaan dari keterpedayaan. Membangun keseimbangan & keberimbangan dengan kebijaksanaan bukan hanya untuk tetap realistis dalam membumi namun juga untuk tetap merealisasi transformasi diri.
Finally , Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikira Jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya (Dhammapada : 183). Itulah paradigma (yang walau tampak terdengar "sederhana" namun sesungguhnya sangat sempurna / bijaksana ) wejangan para Buddha untuk bukan hanya melalui namun juga melampaui samsara menuju Nibbana yang direalisasikan dalam keterarahan /keselarasan simultan triade pemurnian Sila - Samadhi - Panna. Jadilah media kebaikan yang murni x media keburukan yang kacau bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini baik transendental, universal, eksistensial . senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya..... tetap orientasi berpandangan, berpribadi, berprilaku ariya apapun peran, dimanapun dimensi dan kapanpun situasi kondisinya. Menerima tanpa perlu kebencian, mengasihi tanpa perlu pelekatan , melampaui tanpa perlu merendahkan. So, jika keniscayaan pembebasan/ pencerahan/ pemberdayaan belum mampu tercapai, keselarasan tertib kosmik yang holistik, harmonis dan sinergik akan kebenaran, kebajikan dan kebijakan masih terjaga .... bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini.
REST FILE
Well, bahkan jikapun kemudian kami memang harus berperan sebagai petta apaya di lembah barzah (ataupun bahkan niraya lokantarika sekalipun) kami tetap berharap memory file ini kelak akan kembali selalu mengingatkan, menyadarkan & menguatkan kita dalam hikmah kebijakan atas kebajikan Kasih Tuhan pada kebenaran Mandala DhammaNya demi pertumbuhan perkembangan kebaikan & perbaikan selanjutnya ... untuk inilah segalanya dalam sisa hidup ini kami persembahkan bagi semua (termasuk diri kami juga tentu saja). Sejujurnya walau kami memang seharusnya mencintai kebenaran (atau lebih tepatnya : memang harus menerima kebenaran dalam kenyataan apapun juga itu) namun kami memang belum sepenuhnya melayakkan diri dalam menjalaninya (so ... apapun juga termasuk yang terburuk sekalipun bukankah juga layak jika kami /sebagaimana juga kita & mereka semua tentunya/ menerima keniscayaan sebagaimana adanya.) Memang sungkan & riskan harus jujur menyatakan idea kebenaran yang belum tentu memang demikian adanya (Well, seeker perlu bukti faktual kepastian yang nyata tidak sekedar peyakinan kepercayaan rasional dogmatis belaka ... semacam keberdayaan magga phala bagi ariya?) dan belum mampu juga dilayakkan dengan penempuhan apalagi memang terbuktikan dengan pencapaian & pencerahan yang diharapkan. Well, lagipula jika saja terjadi ada kesalah-fahaman ini bukan hanya bisa 'melukai ?' keberadaan/ kepentingan lainnya namun juga diri sendiri ... bukan hanya effek kosmik saja namun juga dampak karmik juga, lho. Terakhir , untuk kembali membumi lagi .... tanpa harus teralienasi obsesi internal & tiada perlu lagi ambisi eksternal ..... karena segalanya adalah keniscayaan yang harus dilayakkan dalam pemberdayaan (tidak sekedar kepercayaan apalagi pengharapan belaka) dan apapun juga itu adalah kebijaksanaanNya yang terbaik bagi kebaikan kita semua

Sadhguru Yasudev quote : this is a time to stand up - not just as one nation but as humanity Inilah saatnya untuk bangkit - tidak hanya sebagai satu bangsa tetapi sebagai satu umat manusia .
Just Simple Words to Begin and Fade Away (Hanya Kata-kata Sederhana untuk memulai dan kemudian Berlalu) Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ RumiKeheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan, tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan..... Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan, namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya, namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya.
Silence is the language of God.All else is poor translation. ~ RumiKeheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya ungkapan terjemahan semu belaka
Tiada kata yang seharusnya dipercaya (termasuk / terutama dari kami ) selain fakta (yang memang terjadi )(No Fact - No Truth - No Faith)tanpa dusta akan kebenaran sejati, tiada perlu duka untuk disesalkan nanti
BE RESPONSIBLE bertanggung jawablah
BE HUMBLE (dalam) kerendah-hatian BE TRUE (untuk menjadi) sejati
(Sekian)TAMPAKNYA MEMANG SUDAH CUKUP
TAMPAKNYA MEMANG SUDAH CUKUP
Nothing Else Matters | MetallicaISo close, no matter how farBegitu dekat, tak peduli betapapun jauhnyaCouldn't be much more from the heartTak mungkin bisa jauh dari hatiForever trust in who we areSelamanya percaya pada diri kitaDan yang lain tidaklah penting
II Never opened myself this wayTak pernah membuka diriku seperti iniLife is ours, we live it our wayHidup ini milik kita, kita jalani dengan cara kitaKata-kata ini tak hanya kuucapAnd nothing else mattersDan yang lain tidaklah penting
IIIKucari rasa percaya dan kutemukan di dirimuEvery day for us something newTiap hari kita temukan hal baruOpen mind for a different viewBuka pikiran untuk pemandangan baruAnd nothing else mattersDan yang lain tidaklah penting
IVNever cared for what they doTak pernah peduli dengan apa yang mereka lakukanNever cared for what they knowTak pernah peduli dengan apa yang mereka tahuBut I knowNamun aku tahu
Back to I, IV, II, III, IV, I
Finally ,
Be True, Humble & Responsible(x fake, identificative & manipulative )Jadilah Sejati (sebagaimana nyatanya), Rendah hati (sebagaimana harusnya) & Bertanggung jawab (sebagaimana pastinya)
dengan kebijaksanaan akan penicsayaan keniscayaan dalam keseimbangan harmonisasi kewajaran membumi untuk keberimbangan transendensi kesadaran mendakibagi kecakapan, kelayakan & kewajaran untuk direalisasi
Video Music : Two Steps From Hell - Victory (Battle Cry)ts=4s Music makes you braver ? Musik membuat anda berani ?
Hiduplah secara perwira sebagai Pemberdaya kehidupandan matilah sebagai ksatria tanpa terpedaya kematian Itulah persembahan kesejatian terbesar spesies manusiadalam keberadaan, kesemestaan dan kesunyataansebagai pecinta kebenaran
bukan hanya demi kemegahan duniawi untuk kekuasaan semu ingin dipujabukan sekedar demi pengharapan surgawi untuk balasan kebaikan sematabukan juga demi kebebasan tertinggi untuk kelayakan pemurnian belaka
karena memang demikianlah equilibirium homeostatis interconnected dalam Keselarasan Saddhamma memang niscaya selalu terjadi dan akan terus terjadidari keazalian, hingga keabadian Kebenaran Sang EsaHyang Nyata, Hidup, Murni (triade : wujud-kuasa-kasih)dalam mungkinnya keberadaan maupun ketiadaan diri
Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan iniSemoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadiSemoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima
Amor Dei, Amor Fati(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.) Dhammo have rakkhati dhammacarim (Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha (lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)Appamadena Sampadetha (berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya) Wei Wu Wei (Just flow .... being totally conscious process ... action without actor & acting)Que Sera Sera ... Pantha Rei (Apapun yang terjadi terjadilah .... Biarlah semua mengalir apa adanya) So, inilah waktu kami untuk berhenti & melepas Que sera sera. Pantha Rei. Apapun yang terjadi terjadilah. Biarkan semua mengalir apa adanya. Gitu aja koq repot ... nggak usah "meng-ada-ada" ("meng-ada" saja sudah susah)dianggap selesai ya .... posting & sharing silakan lengkapi sendiri (buang - revisi atau ... terserah )
MAAF JIKA ADA CONTENT BLOG / VLOG KAMI YANG MEMBUAT ANDA TIDAK BERKENANTERIMA KASIH ATAS DUKUNGAN , PERHATIAN & KUNJUNGANNYASALAM
Terakhir, Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan iniSemoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima
Well, apa yang sudah ditetapkan sudah cukup maksimal dijalankan, apa yang memang mampu dilakukan sudah cukup optimal dikerjakan, apa yang memang kebelum-fahaman/ ketidak-cakapan kami nyatanya toh juga sudah sejujurnya diungkapkan .... So, What's next ? Que Sera Sera ... Pantha Rei.
Penutup :Semoga wabah corona setelah menjalankan tugasnya merehat sejenak kehebohan duniawi kita akan berlalu dan membuat kita lebih bijak dan bajik lagi dalam memandang perspektif kehidupan dan keabadian ini secara lebih meluas dan mendalam sehingga pribadi lebih terarah dan prilaku tidak lagi tranyakan karena mulai memandang dengan tidak picik /dangkal lagi. Semoga semua makhluk berbahagia menerima segalanya, cukup bijaksana untuk tetap seimbang dan berimbang memberdayakan spiritualitas individualitas/ universalitas diri & lainnya dalam penempuhannya. Kehidupan adalah episode Drama kosmik keabadian yang perlu kebijaksanaan agar senantiasa sadar terjaga dengan segala kemungkinan yang ada, mengembangkan keberdayaan kecakapan dan meningkatkan kebijaksanaan untuk setiap situasi dan kondisi yang terjadi ....segala kebajikan murni dijalani dan kelayakan wajar diterima sebagaimana adanya …. Menerima, mengasihi dan melampaui segalanya tanpa perlu lobha dan dosa (karena memang tiada yang perlu terlalu dilekati apalagi harus dibenci dalam 'dagelan' internal universal ini), tanpa perlu kesombongan dan kedengkian (karena walau berbeda dalam labeling /leveling keberadaannya segalanya berpadu setara bersama untuk melengkapi keragaman posisi pada mandala keabadian living kosmik yang sama), tanpa perlu avijja pembodohan diri dan asava pembodohan lainnya (karena akan senantiasa ada dampak impersonal transenden dari segala kecerobohan individual /pelanggaran universal yang personal imanen ) dalam kelanjutan permainan keabadian ini....bahkan jikapun akhirnya nanti ada kemungkinan mahapralaya total (seluruh mandala ini sirna karena sunyata keterjagaan atau bahkan niskala kebinasaan sentra yang meliputi segalanya). Setiap keakuan/kesombongan akan menjatuhkan, ketagihan/ ketamakan akan menjerat dan kekesalan/ kezaliman akan menghancurkan (walau mungkin bisa berakibat pada lainnya namun pastilah mengenai dirinya sendiri saat itu dan dampak karmik selanjutnya ) demikian pula sebaliknya.
inget penutup : http://teguhqi.blogspot.com/2014/07/pilpres-jokowi-2014.html Baiklah, segenap idea tampaknya sudah tersingkap – seluruh kata tampaknya juga cukup terungkap. Sementara perjalanan kehidupan belum selesai , penjelajahan keabadianpun belum juga usai. Masih banyak pekerjaan yang tertunda, begitu banyak kegiatan yang belum dikerjakan. Saya kira tidak ada lagi yang perlu dikatakan walau masih banyak yang ingin dibicarakan. Adalah Haq untuk menyatakan seperlunya saja sesuai kehendakNya dari kemungkinan hak untuk mengatakan semua yang diinginkan belaka.
Jika ada kebaikan itu dari Tuhan karena Dialah sumber dari segala keberadaan, kebenaran dan keindahan yang Haq dimana setiap makhluknya hanya dapat memantulkan kemuliaanNya hanya sebatas keterbatasannya (Dimuliakan Tuhan Hyang Maha Sempurna di atas segalanya – sehingga tiada haq bagi kita untuk sedikitpun berbangga di hadapanNya). Jika ada kesalahan dalam artikel ini maka ini sepenuhnya kekhilafan saya dalam menafsirkan dan memantulkan pengertian dari pembelajaran keabadian yang diberikanNya dalam pemberdayaan kehidupan ini (Dan untuk itu izinkan saya istighfar dan mohon maaf atas kekurangan ini.)Ya, Tuhan. Begitu luas dan dalamnya hikmah kebenaran ilmu-Mu (yang sangat transcendental, transrasional dan translingual – melampaui fananya keberadaan, terbatasnya penalaran dan jangkauan kebahasaan). Setiap saat keterbatasan intelek dan intuisi menjelajahi cahaya ilmu-Mu, Kau bukakan gerbang ilmu lainnya yang lebih luas untuk kembali dijangkau sebagai fakta, direngkuh dalam idea, dan diungkap dengkap kata. Dan demikian selalu berlanjut (walau memang harus diakui ada kegairahan jiwa yang ingin dewasa untuk berusaha menyibaknya dalam kegelisahan hati untuk merengkuhnya dalam mandala global idea pada keterbatasan akal untuk mengungkapkannya dalam rangkaian linear kata agar bisa dilaksanakan melalui tindakan nyata.)(Well, tampaknya sebagaimana karya yang lain, artikel ini mungkin memang tidak akan pernah tuntas selesai walau deadline sudah habis dan diperpanjang terus – menerus ….. Jadi, yah, diterima, dimaklumi dan dianggap selesai saja. Gitu aja koq repot).Wasalam. 
- DARI : LANJUTAN BAHASAN
LANJUTAN BAHASANLANJUTAN BAHASANcoba style :

- DARI : LANJUTAN BAHASAN
Be Realistics to Realize the Real Bersikap realistis untuk merealisasi yang real NDAGELE SAKMADYO WAEjalani drama kehidupan ini sewajarnya saja Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan.
Well, mungkin inilah saatnya bagi kami untuk berbagi bukan lagi sebagai "persona" sebagaimana figur yang seharusnya diperankan (sebagai seorang manusia yang lahir dan hadir di dunia ini dengan segala atribut eksistensial yang ada) namun sebagai sesama zenka "seeker" yang terbang menjelajahi cakrawala pengetahuan keabadian dalam kehidupan ini dengan dua sayap paradoks keterbukaan dan keterjagaan atas dualisme kenyataan menjaga keberimbangan, menjalani keswadikaan dan menggapai kebijaksanaan sebagaimana harusnya ….Sayang sekali walau mungkin cukup sarat akan wawasan pengetahuan namun sangat minim dalam penempuhan sehingga tiada layak dalam tataran penembusan yang seharusnya bisa dicapai. Ini tidak hanya membuat kami risih namun juga riskan. Apalagi bahasan spiritulitas ini tentuna akan menyerempet (melanggar ?) masalah yang bukan hanya sangat krusial namun juga sangat sensitive bukan hanya bagi para Neyya Buddhist namun juga umat agama lain termasuk (terutama?) saudara muslim kami. Disamping kami harus menjaga logika, bahasa dan etika dalam penyampaiannya tampak sangat perlu moderasi keterbukaan pengertian untuk tidak salah faham akan orientasi niatan kami dan juga sikap kritis keterjagaan penalaran anda semua jika memang ada kesalahan pandangan yang kami ajukan. Ini hanyalah kontribusi pandangan untuk memperluas pandangan kita dengan tanpa maksud sama sekali untuk meng-konversi diri sendiri ataupun orang lainnya ke suatu ajaran tertentu namun sekedar masukan wawasan untuk kembali mentriangulasikan paradigma cara pandang kita bukan hanya dalam kehidupan duniawi ini dengan segala problematika figure eksistensial kita yang multi peran namun juga demi keberlanjutan kita mensiagakan diri dengan segala keberdayaan yang diperlukan untuk menghadapi segala dilematika kemungkinan yang ada (bahkan jika itupun ternyata berbeda sama sekali dengan yang telah kita yakini dan persiapkan selama ini). Pada intinya nanti walau dalam leveling pemilahan memang perlu adanya kebaikan untuk melayakkan taraqqi yang lebih baik namun dalam labeling tidak ada yang perlu merasa direndahkan/ ditinggikan karena memang demikianlah desain keberadaan kasunyatan ini memang harusnya/nyatanya tergelar. Segalanya terlingkup sebagai aneka dvaita pelangi kenyataan dari cahaya advaita mentari kebenaran dalam living kosmos kesemestaan homeostatis tunggal yang sama … amala, avimala (prajna paramita hrdaya sutra).
Sadhguru Yasudev Quotes : Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.OKAY ...Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan) dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara: Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.
Sadhguru Yasudev Quotes : Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menempuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah merekaSUCHNESS PHILOSOPHY = PARAMA DHARMA , MANDALA ADVAITA & FORMULA SWADIKA ?singkatnya begini ... Adalah Sentra Dhyana bak Wujud mentari keber-Ada-an yang memunculkan Parama Dharma azali corona energi (jadi inget term pandemi kemarin, ya ? ) maka tergelarlah dalam keniscayaan ketiadaan murni azali menjadi samudera sigma kuanta materi cahaya dalam segala layer dimensi wilayah mandala advaita demikianlah kesedemikianan itu tergelar sebagai desain sistem yang homeostatis interconnected equilibirium bagi setiap diri cahaya tersebut untuk beraktualisasi sesuai di dalamnya atau untuk pulang kembali dalam kemurnian azalinya dalam formula swadika yang tepat. KOK RIBET BEGINI GAMBARANNYA
DESAIN FORMAT PRAKATAPROLOG MONOLOG EPILOG PENUTUP
FORMAT PRAKATADIBLOK LANJUT
Aneka Kutipan penting & Istilah Akhir Dari kutipan terakhir :https://just2share4seekers.blogspot.com/2023/06/sketsa-lampau-kutipan-3-posting.html Tiada maksud njarak atau tranyakan jika kami agak mempertanyakan mengapa posting Rekap Idea pada blog ini tidak diblokir komunitas blogger sebagaimana file sejenis lainnya ( main idea, rest idea, quo vadis ?) https://just2share4seekersall.blogspot.com/2022/12/rekap-idea-sd-11122022.html
Well ... tampaknya kami harus peka & tanggap , nih ... Terima kasih, mungkin memang posting tersebut memang tidak tepat untuk audiens, waktu & tempatnya. Namun setidaknya kami sudah menuntaskan janji kami sejak awal pandemi lalu (Sebagaimana kami tidak mengharapkan piutang kosmik semoga saja juga tiada hutang karmik .... walau pastinya akan terniscayakan juga ?) . Well, mohon maaf atas kesalahan tsb & terima kasih atas perhatiannya. Saatnya rehat, rekap & relax. Begitu banyak yang masih harus diselesaikan ... semoga tetap bisa bertahan dan berjalan hingga akhir bukan hanya melaluinya namun juga melampauinya
REHAT FINAL BLOG SD 25032023/IDEA/JUST2SHARE4SEEKERS EFI 13032023 DINAS TK 2023.docx
6957026
REHAT FINAL BLOG SD 25032023/IDEA/JUST2SHARE4SEEKERS EFI 13032023 DINAS TK 2023.pdf
6865635
Tiada maksud njarak atau tranyakan jika kami agak mempertanyakan mengapa posting Rekap Idea pada blog ini tidak diblokir komunitas blogger sebagaimana file sejenis lainnya ( main idea, rest idea, quo vadis ?)ARSIP KE 333 REKAP REHAT RELAX SD 07052023 REV/IDEA/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 333 SD 06052023 OKE.docx
3233730
REKAP REHAT RELAX SD 07052023 REV/IDEA/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 333 SD 06052023 OKE.pdf
39336500
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE by BLOGlisting of REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE.zipfile
size
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/ANEKA IDEA/YES IDEAS/
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/ANEKA IDEA/YES IDEAS/GALAU CORONA/
650873
668759
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/ANEKA IDEA/YES IDEAS/KONSIDERAN/
412540
797693
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/MAIN IDEA/
5080358
3919704
5014548
3595961
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/NEXT IDEA/
4849817
4183577
4774995
3562725
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/QUO VADIS/
8329761
7992615
8171386
6898957
1851550
1388854
8296052
7839686
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/REST IDEA/
2732090
2519668
2722165
2304895
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/VIA SBNR SBAR/
1176001
1218278
1177466
1405827
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/Kebijakan Konten Blogger OKE.docx
27538
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/Kebijakan Konten Blogger OKE.pdf
43969
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/Kebijakan Konten Blogger REV.docx
26924
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/Kebijakan Konten Blogger REV.pdf
43558
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/IMG/
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/IMG/2023-03-14_015911.jpg
165535
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/IMG/2023-03-14_021537.jpg
158252
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/IMG/2023-03-14_021735.jpg
170731
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/DHAMMA MANTRA/
605106
732634
641903
849036
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/HALAL BI HALAL/
1078952
1423104
1069096
1357632
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/KOMENTAR VLOG/
257651
840863
135526
669552
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/POSTING AWAL/
213297
1296210
180360
1170812
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/BLOG/
1451996
3614667
51851
204221
602203
520637
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/DINAS/
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/DINAS/33 TOPIK Pelatihan Mandiri UPDATE 06052023.docx
5481898
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/DINAS/33 TOPIK Pelatihan Mandiri UPDATE 06052023.pdf
431686
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/HADITS ARBAIN 40 42 SD 50.docx
110197
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/HADITS ARBAIN 40 42 SD 50.pdf
1025557
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/KATAMAN QURAN REVISEDKU.doc
25559552
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/KATAMAN QURAN REVISEDKU.pdf
28661676
plusREKAP REHAT RELAX SD 07052023 REV/IDEA/33 TOPIK Pelatihan Mandiri UPDATE 17042023.docx
6264884
REKAP REHAT RELAX SD 07052023 REV/IDEA/33 TOPIK Pelatihan Mandiri UPDATE 17042023.pdf
842663
Mungkinkah kami agak paranoid (su'u zhon = buruk sangka) atas kebijaksanaan tersebut seperti pada garapan PMM dulu. REKAP PMM TK SD 19032023 OKE/24 TOPIK/MBUH/
223487
308893
Kalau tidak diblokir ... berarti memang boleh diteruskan. Seeker SBNR (juga SBAR?) tampaknya nunggu sharing idea lanjutannya, sudah kami perkirakan sebelumnya ... Bisa jadi ini akan menjadi gelombang liar pengertian yang akan memporak-porandakan kemapanan lautan yang tenang ... hening dalam kesemuan, mapan dalam ketidak-mengertian bahkan kokoh dengan bangunan kepalsuannya.Walau memang terlihat 'mbulet' untuk harus tahu diri,tahu malu dan tahu sila dalam semesta kebersamaan. Well, harusnya anda sudah dapat mensintesakan sendiri (melahirkan paradigma kebijaksanaan self gnosis wisdom exodus baru ) berdasarkan pancingan antitesa masukan kami atas thesis pandangan anda semula. So, sementara browsing blog/ vlog lainnnya dulu, yakami rekomendasikan vlog psikologi transpersonal ( YF La Kahija - Eling lan Awas )120525
525651
atau vlog filsafat populer ( Fahrudin Faiz - MJS UIN) ... baru tahu vlog bagus ini dua minggu yang lalu (padahal sudah 10 tahun yang lalu eksis ... ke planet mana saja saya selama ini, hehehe ... padahal ini juga bisa untuk referensi dulu harusnya). Jangan paranoid curigaan, lho. Tiada maksud dakwah konversi dikarenakan kami Muslim. Vlog ini 'walau' memang islami namun moderat universal, bro. Masih terus download dan simak masukan, nih.
RELAX 21052023/DATA/LINK NGAJI FILSAFAT 387 MJS 21042013 SD 30032023.pdf
600830
RELAX 21052023/DATA/LINK NGAJI FILSAFAT 387 MJS 21042013 SD 30032023.xlsx
121064
Well, ternyata banyak sekali intelektual spiritualis (Doktoral lagi) walau relatif lebih muda dari kami namun lebih dewasa & tidak sekedar pemerhati namun juga penempuh di Indonesia saat ini. Untuk Buddhism ada juga Bhante Santacitto, Ashin Kheminda, dsb. itu dulu saja, ya ?Buat playlist, ah.. FILSAFAT FAHRUDIN FAIZ (MJS)PSIKOLOGI HANS (ELA)ASHIN KHEMINDABHANTE SANTACITTO
Selamat hari raya Trisuci Waisak 2567 BE/2023 M. Appamadena sampadetha“Handadani bhikkhave amantayami: vayadhamma sankhara, appamadena sampadetha’ti, ayam Tathagatassa pacchima vaca.” Yang artinya “Kini, para bhikkhu, Kusabdakan padamu: segala yang berbentuk akan lenyap kembali, berjuanglah dengan tekun (mencapai pembebasan), inilah sabda Sang Tathagata yang terakhir” (Digha Nikaya, 16), demikian yang dinyatakan guru agung Buddha menjelang beliau Parinibbana. Well ... akhirnya selesai juga download all files Vlog MJS (Ngaji Filsafat - Bapak Fahrudin Faiz). Hampir satu bulan penuh (File rar (audio, file ) & video ) 389 sejak 10 tahun lalu besar juga (82 GB ?). Namun demikian terima kasih atas input masukan yang di-share-kan. Sudah tiga minggu ( hampir satu bulan) posting Rekap Idea tidak diblokir (Nekat juga, hehehe). Padahal Rekap Idea sejenis diblok semua (termasuk pada blog) ini .Notifikasi (1)Postingan ini tidak dipublikasikan karena melanggar Pedoman Komunitas Blogger. Untuk memublikasikan ulang, perbarui konten agar mematuhi pedoman.Sesungguhnya kami berharap orang lain yang mengajukan Filsafat Kesedemikianan ini. Dilemma juga ... Sebetulnya tetap bungkam tidak bicara memang cara aman dan nyaman tanpa harus salah (dipermasalahkan?) walau seakan membiarkan terhalangnya pemahaman kemungkinan yang perlu (?) dimengerti demi terjaganya keberadaban transendensi spiritualitas (as viator mundi) plus bagi peradaban universalisai eksistensialitas (as faber mundi).
REHAT FINAL BLOG SD 25032023/IDEA/JUST2SHARE4SEEKERS EFI 13032023 DINAS TK 2023.docx | 6957026 |
REHAT FINAL BLOG SD 25032023/IDEA/JUST2SHARE4SEEKERS EFI 13032023 DINAS TK 2023.pdf | 6865635 |
REKAP REHAT RELAX SD 07052023 REV/IDEA/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 333 SD 06052023 OKE.docx | 3233730 |
REKAP REHAT RELAX SD 07052023 REV/IDEA/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 333 SD 06052023 OKE.pdf | 39336500 |
file | size |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/ANEKA IDEA/YES IDEAS/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/ANEKA IDEA/YES IDEAS/GALAU CORONA/ | |
650873 | |
668759 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/ANEKA IDEA/YES IDEAS/KONSIDERAN/ | |
412540 | |
797693 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/MAIN IDEA/ | |
5080358 | |
3919704 | |
5014548 | |
3595961 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/NEXT IDEA/ | |
4849817 | |
4183577 | |
4774995 | |
3562725 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/QUO VADIS/ | |
8329761 | |
7992615 | |
8171386 | |
6898957 | |
1851550 | |
1388854 | |
8296052 | |
7839686 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/REST IDEA/ | |
2732090 | |
2519668 | |
2722165 | |
2304895 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/VIA SBNR SBAR/ | |
1176001 | |
1218278 | |
1177466 | |
1405827 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/Kebijakan Konten Blogger OKE.docx | 27538 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/Kebijakan Konten Blogger OKE.pdf | 43969 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/Kebijakan Konten Blogger REV.docx | 26924 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/Kebijakan Konten Blogger REV.pdf | 43558 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/IMG/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/IMG/2023-03-14_015911.jpg | 165535 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/IMG/2023-03-14_021537.jpg | 158252 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/IMG/2023-03-14_021735.jpg | 170731 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/DHAMMA MANTRA/ | |
605106 | |
732634 | |
641903 | |
849036 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/HALAL BI HALAL/ | |
1078952 | |
1423104 | |
1069096 | |
1357632 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/KOMENTAR VLOG/ | |
257651 | |
840863 | |
135526 | |
669552 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/POSTING AWAL/ | |
213297 | |
1296210 | |
180360 | |
1170812 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/BLOG/ | |
1451996 | |
3614667 | |
51851 | |
204221 | |
602203 | |
520637 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/DINAS/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/DINAS/33 TOPIK Pelatihan Mandiri UPDATE 06052023.docx | 5481898 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/DINAS/33 TOPIK Pelatihan Mandiri UPDATE 06052023.pdf | 431686 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/HADITS ARBAIN 40 42 SD 50.docx | 110197 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/HADITS ARBAIN 40 42 SD 50.pdf | 1025557 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/KATAMAN QURAN REVISEDKU.doc | 25559552 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/KATAMAN QURAN REVISEDKU.pdf | 28661676 |
REKAP REHAT RELAX SD 07052023 REV/IDEA/33 TOPIK Pelatihan Mandiri UPDATE 17042023.docx | 6264884 |
REKAP REHAT RELAX SD 07052023 REV/IDEA/33 TOPIK Pelatihan Mandiri UPDATE 17042023.pdf | 842663 |
REKAP PMM TK SD 19032023 OKE/24 TOPIK/MBUH/ | |
223487 | |
308893 |
120525 | |
525651 |
atau vlog filsafat populer ( Fahrudin Faiz - MJS UIN) ... baru tahu vlog bagus ini dua minggu yang lalu (padahal sudah 10 tahun yang lalu eksis ... ke planet mana saja saya selama ini, hehehe ... padahal ini juga bisa untuk referensi dulu harusnya). Jangan paranoid curigaan, lho. Tiada maksud dakwah konversi dikarenakan kami Muslim. Vlog ini 'walau' memang islami namun moderat universal, bro. Masih terus download dan simak masukan, nih.
RELAX 21052023/DATA/LINK NGAJI FILSAFAT 387 MJS 21042013 SD 30032023.pdf | 600830 |
RELAX 21052023/DATA/LINK NGAJI FILSAFAT 387 MJS 21042013 SD 30032023.xlsx | 121064 |
Sadhguru Yasudev Quotes : Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menempuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah merekaBaiklah digenapi satu bulan sekalian saja (mungkin kelupaan belum diblok ?) ... tuntaskan tugas dulu, sambil simak tayangan vlog & blog lainnya.RELAX , REKAP & REHAT DULU
MASIH ADA ? ( sudah genap satu bulan tidak diblok ... Nekat juga ... baiklah lanjutkan )https://just2share4seekersall.blogspot.com/2023/05/why-not.html JUST2SHARE4SEEKERS Senin, 15 Mei 2023 WHY (NOT) ?Sudah melewati sebulan (bahkan hampir satu minggu lebihnya, bro). Well, tanpa niatan mengkhianati amanah atas komitmen janji semula namun sungguh masih repot / ribet nih ... masih tuntaskan tugas eksternal plus tunggu tayangan video pak Hans ELA + pak Faiz MJS akhir minggu ini (untuk slides) & file Pure Dhamma terkini lagi. Liburan minggu depan semoga bisa, nggih ? Sementara ini dulu via Google Drive ... kalau sudah lengkap nanti via Archive.Org seperti biasanya ... plus posting. Capek & mbulet gaya induktif bidan socrates ... so, nanti kita coba deduktif langsungan saja walau riskan juga namun untuk mempermudah dioperasi caesar saja bayi pandangan tersebut (susah harus mengingat/ mencari pijakan referensi autentik akuratnya, sih ...). Namun tampaknya banyak tayangan yang arahnya ke sana juga ... jadi nggak ewuh lagi sekarang. Well, walau mungkin bungkam memang aman & nyaman tidak perlu menyusahkan diri sendiri saat ini namun bisa jadi justru akan membiarkan rusak kecenderungan keseluruhannya termasuk bagi kelanjutan diri dan lainnya nanti (bukan hanya paska pralaya kematian individual namun bisa jadi yang lebih besar dari itu semua ... jika inferensi pandangan ini benar. Walau mungkin tidak mudah difahami dan susah dijalani toh kita nantinya harus arif menerima jika itu terjadi .... jadi, ya ... Amor Dei, Amor Fati ..... Que sera sera - Pantha Rei ). Kok jadi lebai serius amat sih ... segalanya memang harus tetap mengalir begini dalam peniscayaan kesedemikianannya (baik terungkap maupun tidak .... tanpa peduli diterima atau ditolak ... tanpa masalah dijalankan atau diabaikan). Well, Semoga nantinya saya bisa tidak asal ngomong namun bisa ngemong tanpa harus mencela ide / ego lainnya untuk dianggap/menganggap mulia .... tanpa berlagak seakan berlabel demikian yang justru akan menjadikan diri terniscayakan nista adanya dalam hakekat di saat ini dan dampak lanjutnya nanti . Bukan dalam busa ego seakan uebermensch , rausyan fikr, atau aneka label megah lainnya ... namun hanya sebagai sesama air belaka di semesta materi keberadaan, dalam samudera energi keilahian dan bahkan esensi kesunyataan yang sama ... (tetap berusaha) tanpa buih untuk sekedar berbagi.... tanpa niatan menjaring hati, membentuk opini dan mencari legitimasi untuk menghibur diri, mencari kuasa dan saling menyesatkan (seakan mencerahkan?) diri dan lainnya. Meminjam terma tokoh agama Abrahamik tanpa merasa semulia Musa yang walau tetap harus dalam kelembutan menghadapi Firaun (QS 20 : 44 = khotib ulama vs Al Makmun , Cak Nun vs Jokowi ?, etc) karena ini lebih seperti Yunus yang merasa tidak pantas (karena level diri atau zhon lainnya ?) namun tetap merasa perlu bicara sekedar menuntaskan amanah dan menghindarkan diri dan lainnya dari bencana yang mungkin akan namun tidak perlu terjadi dan untuk kebaikan yang mungkin perlu dijalani dan mampu dicapai. Ah ... kok jadi ikutan berlagak sebagai/ seperti lainnya ... Just Be yourself (Cukup jadi dirimu sendiri saja ... seburuk / serendah apapun itu karena memang hanya itu saja yang nyata autentik untuk diarahkan peniscayaan kelayakan nantinya). Dan ini bukan manuver politik lho (pemilu 2024 ? ... apa perlu golput lagi agar tiada yang berghibah & memfitnah lagi (inget dampak lanjut, bro ... vires (pandemi) atau cures (musnah) mauNya ... agar bisa ndemit bersama di alam barzah hingga qiyamah? tidak masalah .. bahkan maaf, kalaupun kami memang ternyata mampu berbelok diitikungan, Ashin ... itu tidak akan kami lakukan karena kami merasa perlu bahkan patut untuk singgah ke sana juga bahkan hingga apaya lokantarika bersama para badut kosmik lainnya paska mahapralaya wilayah pecandu sensasi kebahagiaan eksternal kamavacara tanpa balance keberdayaan internal brahmanda apalagi tiada keterjagaan azaliah esensial lokuttara hingga bentukan mandala semesta baru untuk romantika pagelaran kisah kasih nama rupa baru di sini atau di lokadhatu lainnya ? )keceplosan lagi ? ah .... biar saja. Kalau diblok lagi kan ada alasan untuk kembali bungkam ?playlist LINK CAESAR PLUS CAESAR plus antitesisnya juga, ya (sebagai penyeimbang, pengujian dan pengutuhannya)Agung Webe sepertinya adalah rekan seeker kami puluhan tahun yang lalu (paska reformasi pra menikah) yang sehari bersama ke Anand Ashram dan bersama adik pernah bermalam di rumahnya /pramugara MNA dari Bekasi? ..... Atau mungkin ini orang yang beda. / .... Well, By the way ... kami cukup tanggap akan ketulusan niatan baik dibalik rhetorika provokatif dalam memerankan dirinya sebagai gadfly ala Socrates atau Osho saat ini karena memang susah membangunkan kita yang masih tertidur dan lelap bermimpi ? /jadi inget istri yang terpaksa harus keras 'bernyanyi' bangunkan suami & putera-puterinya yang semuanya hobi suka begadang dan baru ambruk tertidur larut malam /menjelang pagi hingga selalu bangun kesiangan./ hehehe... nggak semuanya lelap tertidur, bro ... bahkan ada yang sudah terjaga untuk kemudian juga menumbuh-kembangkan kefahaman/ kesadaran / kelayakan dirinya walau memang kebanyakan masih seperti kami ... masih kacau kewalahan, galau kelayapan dan sakau bermalasan ditengah kerepotan eksternal/ keribetan internal dari episode keabadian yang bernama kehidupan hingga kematian nanti (?). .... Hanya berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia saja ? Harusnya tidak. Link Data Google Drive REKAP SD 22062023Wah ... macet (offline ?) ... kelamaan, nih ... apa di Archive sekalian saja, ya ?wah ... kok katut terbawa file titip pribadi .... belum dicheck, sih. Ganti ini saja.Well... walau agak terlambat .... minimal janji walau memang belum tuntas memadai namun sudah mulai tergenapi... sementara ini dulu, ya ?
Apa yang harus/ perlu (boleh?) diungkapkan, cara (framework paradigma, style format, etc), sasaran audience (hanya SBNR atau juga SBAR?) ... Corat coret dulu saja sambil rekap data idea yang sudah ada (Google Drive dulu baru Archive .Org jika sudah pasti, lengkap dan memadai ?) Update periodik / check & recheck/REKAP SD 24062023SUCHNESS PHILOSOPHY = PARAMA DHARMA , MANDALA ADVAITA & FORMULA SWADIKA ?singkatnya begini ... Adalah Sentra Dhyana bak Wujud mentari keber-Ada-an yang memunculkan Parama Dharma azali corona energi (jadi inget term pandemi kemarin, ya ? ) maka tergelarlah dalam keniscayaan ketiadaan murni azali menjadi samudera sigma kuanta materi cahaya dalam segala layer dimensi wilayah mandala advaita demikianlah kesedemikianan itu tergelar sebagai desain sistem yang homeostatis interconnected equilibirium bagi setiap diri cahaya tersebut untuk beraktualisasi sesuai di dalamnya atau untuk pulang kembali dalam kemurnian azalinya dalam formula swadika yang tepat. KOK RIBET BEGINI GAMBARANNYA
CAPEK BERALIH ANTAR AKUN ..... KE AKUN INDUK SAJA (REKAP & POSTING)
KUTIPAN : https://share4seekers.blogspot.com/2023/06/coba-sketsa-mozaik-lagi.html
MASIH NEKAT ... (dasar mental petaruh ... sudah tahu pasti dikalahkan & disalahkan tetap maju terus, hehehe) . Di akun induk saja, capek & ribet bolak balik alih 7 akun. Berbagi (sebagai media kosmik) walau tanpa niatan menguntungkan sama sekali bahkan sesungguhnya malah menyusahkan diri pribadi saja sebenarnya tidak akan rugi demi peniscayaan inner growth di dalam walau mungkin tidak dipuji (aleman/ anggepan amat, bro) bahkan bisa saja malah dimaki lainnya (semoga tidak terlalu tranyakan kulak perkoro) , hehehe.
https://just2share4seeker.blogspot.com/2023/06/mozaik-sketsa.html
Apa yang harus / perlu (boleh?) diungkapkan, cara (framework paradigma, style format, etc), sasaran audience (hanya SBNR atau juga SBAR?) ... Corat coret dulu saja sambil rekap data idea yang sudah ada (Google Drive dulu baru Archive .Org jika sudah pasti, lengkap dan memadai ?) Update periodik / check & recheck/
REKAP SD 24062023 https://drive.google.com/drive/folders/1hirldKsPvYSC_dyQwezZ0tiBJyteXxLQ?usp=sharingGANTI = REKAP SD 28062023
MASIH NEKAT ... (dasar mental petaruh ... sudah tahu pasti dikalahkan & disalahkan tetap maju terus, hehehe) . Di akun induk saja, capek & ribet bolak balik alih 7 akun. Berbagi (sebagai media kosmik) walau tanpa niatan menguntungkan sama sekali bahkan sesungguhnya malah menyusahkan diri pribadi saja sebenarnya tidak akan rugi demi peniscayaan inner growth di dalam walau mungkin tidak dipuji (aleman/ anggepan amat, bro) bahkan bisa saja malah dimaki lainnya (semoga tidak terlalu tranyakan kulak perkoro) , hehehe.
https://just2share4seeker.blogspot.com/2023/06/mozaik-sketsa.html
Apa yang harus / perlu (boleh?) diungkapkan, cara (framework paradigma, style format, etc), sasaran audience (hanya SBNR atau juga SBAR?) ... Corat coret dulu saja sambil rekap data idea yang sudah ada (Google Drive dulu baru Archive .Org jika sudah pasti, lengkap dan memadai ?) Update periodik / check & recheck/
kutipan lainnya :
TANAZUL TARAQQI Plus: hipotesa teoritis 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara).. .... mungkin tepatnya state keberadaan. (apalagi tidak hanya laten deitas personal samsarik) . Dari secret data lama kami (maaf ... dulu memang lebai masih naif & liar .... sekarang ? makin parah & payah, hehehe ) Gnosis Publik p.7
Dhyana Dharma Keberadaan :Fase 1 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! )Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )Dharma Dhyana Keberadaan :Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )Well, ini hipotesa teoritis dari 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara). 1.Mandala Tiada Samsara, ( Fase hanya Dhyana > Dhamma ) Transenden = Transendental - Universal - Eksistensial (Esa - yang ada hanya Dia Sentra Yang Esa ) 2. Mandala Dengan Samsara, (Fase dalam Dhamma < Dhyana )Transenden = Transendental , Universal , Eksistensial (Segalanya ada karena Dia Sentra Yang Esa) Tanazul Genesis = emanasi , kreasi , ekspansi ? 2.1. Awal : Mandala Pra Samsara Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana Universal : keterlelapan energi / nama Brahma : arupa & rupa , Eksistensial : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya 2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya Dunia : sd pralaya Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya : sd pralaya ( lokantarika ?) - Brahma : sd pralaya ( abhasara etc Nibbana : sd advaita ? 2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? ) Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3 (mengapa ?)Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 untuk kemudian 3 - 2 ( abhasara ) Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya) What's next ? - Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecualilokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... Asaññasatta ?) - atau... kembali ke fase 1 (kemanunggalan azali karena pencerahan keseluruhan/& keterjagaan Dia Sentra Yang Esa) - atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia Sentra Yang Esa ) 3. Mandala Tanpa Samsara (Fase tanpa Dhamma - tiada Dhyana ) tiada Eksistensial - Universal - Transendental (Segalanya tiada tanpa Dia Sentra Yang Esa ) Adakah Sentra dengan sigma & zenka lain ? Maha Sentra Utama ? dst dsb dll
Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud ) Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao Laisa kamitsilihi syai'un Masihkah kita (diri yang hanya personal immanen) ingin (tepatnya: layak) bersaing untuk menyamai, menjadi bahkan melampaui Tuhan (Hyang juga Impersonal Transenden) ? hantu abadi atau tuhan abadi, Taoist ?
2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) : prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan) 1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ? → kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan) 2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme) 3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan ?®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan (kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah) epilog : keimanan ?ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha Swadika : Talenta, : Visekha: 2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajaran kecakapan : kemapanan, : kewajaran : 3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam Racut : Bardo : Alam :
Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan
Aneka Kutipan penting & Istilah Akhir Dari kutipan terakhir :https://just2share4seekers.blogspot.com/2023/06/sketsa-lampau-kutipan-3-posting.html Tiada maksud njarak atau tranyakan jika kami agak mempertanyakan mengapa posting Rekap Idea pada blog ini tidak diblokir komunitas blogger sebagaimana file sejenis lainnya ( main idea, rest idea, quo vadis ?) https://just2share4seekersall.blogspot.com/2022/12/rekap-idea-sd-11122022.html Kalau diblokir lagi .... ya, nggak usah 'kulak perkoro' ... wasalam saja. Well ... tampaknya kami harus peka & tanggap , nih ... Terima kasih, mungkin memang posting tersebut memang tidak tepat untuk audiens, waktu & tempatnya. Namun setidaknya kami sudah menuntaskan janji kami sejak awal pandemi lalu (Sebagaimana kami tidak mengharapkan piutang kosmik semoga saja juga tiada hutang karmik .... walau pastinya akan terniscayakan juga ?) . Well, mohon maaf atas kesalahan tsb & terima kasih atas perhatiannya. Saatnya rehat, rekap & relax. Begitu banyak yang masih harus diselesaikan ... semoga tetap bisa bertahan dan berjalan hingga akhir bukan hanya melaluinya namun juga melampauinya. Kalau tidak diblokir ... berarti memang boleh diteruskan. Seeker SBNR (juga SBAR?) tampaknya nunggu sharing idea lanjutannya, sudah kami perkirakan sebelumnya ... Bisa jadi ini akan menjadi gelombang liar pengertian yang akan memporak-porandakan kemapanan lautan yang tenang ... hening dalam kesemuan, mapan dalam ketidak-mengertian bahkan kokoh dengan bangunan kepalsuannya. Walau memang terlihat 'mbulet' untuk harus tahu diri,tahu malu dan tahu sila dalam semesta kebersamaan. Well, harusnya anda sudah dapat mensintesakan sendiri (melahirkan paradigma kebijaksanaan self gnosis wisdom exodus baru ) berdasarkan pancingan antitesa masukan kami atas thesis pandangan anda semula.)
Hidup adalah pilihan. Sebagai seeker kami memang memilih pandangan panentheistic ini untuk menjaga arah pandangan yang relative lebih benar, bijak & bajik dalam keseluruhan untuk senantiasa true, humble & responsible selaras dengan realitas kenyataan yang terjadi. prinsip keesaan = memandang kesedemikianan dalam keseluruhan kedewasaan pencerahan untuk menerima kenyataan, mengasihi kesedemikianan & melampaui keseluruhan. mata orang hanya melihat apa yang ingin dilihatnya tapi foto bisa merekam keseluruhan dari suatu tempat di waktu yang sama trigger drakor not musics, seeker ? 





Konsep : 1. Be Realistics : kefahaman perspektif kesedemikianan yang menyeluruh 2. To Realize : kesadaran integritas untuk tulus menuju pemurnian kesejatian 3. of Real : kelayakan pencapaian yang sesuai bukan candu memabukan untuk perubahan bukan racun mematikan bagi keberadaan namun spirit bagi kedewasaan pencerahan mulai dari diri di sini saat ini dengan paradigma cara pandang bijak tidak sekedar idea pandang impersonal reality memperluas tanpa melepas menempuh tiada menjauh
Be Realistcs to Realize the Real .....Untuk kesekian kalinya, apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan … karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya). Tidak perduli apakah nanti akan ada kemanunggalan dalam pencerahan ataupun kemusnahan untuk keseluruhan, tetaplah konsisten dalam transformasi spiritualitas yang harmonis autentik & sinergis atas kesemestaan baik eksistensial (diri pribadi), universal (alam kehidupan bersama) dan transcendental (sentra keberadaan segalanya).Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama) siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan, untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini.
Selain sesumgguhnya memang tanpa perlu lobha kemelekatan & dosa kebencian pada apapun/ siapapun juga .. yang perlu dihindari lagi adalah adalah moha kebodohan beraku pembandingan diri mana kesombongan atas kesetaraan segalanya
Mungkin ada yang bertanya dalam hati, ya ? apa kaitannya sampah game juga komik dimasukkan … bukankah hikmah spiritualitas lebih bermanfaat dan mendesak untuk diajukan. (ini sungguh tidak mencerahkan bahkan bisa saja justru menyesatkan ?).Ya … inilah seninya spiritualitas universal untuk mampu melampaui tanpa harus menjauhi. Kehidupan ini juga bisa dipandang sebagai permainan keabadian yang sering menjebak dan menyekap kita dengan keasyikannya. Saya sering tersenyum geli kekonyolan masa lalu atas kepenasaran bermain game dan menuntaskannya demi sensasi kepuasan dan fantasi keakuan yang sebetulnya naïf, liar bahkan semu …. Waktu, tenaga ,fikiran terbuang percuma demi mendapatkan kebahagiaan dan kebanggaan tersebut … walau ada keberdayaan tapi sesungguhnya ada juga keterpedayaannya. Cheat Engine akhirnya terpaksa saya gunakan untuk mementahkan obsesi naïf dan ambisi liar tersebut … bisa menang (walau memang jujur saja dengan cara curang ?) namun setelah itu menjadi hambar untuk kembali memainkan game yang sudah bisa ‘diatasi’ tsb … dan kecanduan bermain game tersebut hilang memudar dan ketagihan mencoba game lain berkurang atau bahkan tidak kepikiran juga .Lalu bagaimana dengan reupload komik anak-anak seperti Kenji dan Chimni-Kungfu Boy ?Cobalah untuk tidak merendahkan sesuatu demi meninggikan lainnya (ide atau bahkan ego diri) Untuk beranjak dari eksistensial menjadi transcendental kita harus bersikap universal. (Universalisasi diri sesungguhnya kunci gerbang pertama dan utama spiritualitas transenden) Fahamilah trick rasionalisasi pembenaran / irrasionalitas perendahan yang walau terkadang diakui sebagai kecakapan yang mengagumkan dan menguntungkan bagi sebagian besar kita dalam komunitas kebersamaan namun sesungguhnya dalam pandangan Saddhamma – Dhamma Sejati itu adalah upaya pembodohan yang sangat parah bahkan kebodohan yang amat payah … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). Dalam posting Sita Hasitupada … apakah anda mengira Buddha Gautama tersenyum karena dia bangga akan telah tercapainya kebebasan pencerahannya dan memandang rendah mereka yang masih belum terjaga bahkan lelap bermimpi dalam keterbatasan panna kebijaksanaannya? Kami memandangnya tidak demikian… Dia tidak mungkin transendental mencapai nibbana jika masih ada naifnya keakuan untuk berbangga menyombongkan diri atas lainnya apalagi karena merasa bahagia atas derita makhluk lain yang belum terjaga (malah level eksistensial tidak universal?). Itu adalah senyum murni kearifan sakshin (istilah mistik “penyaksi”?) atas kesedemikianan Realitas Dhamma atas fenomena dhamma yang internal/eksternal – individual/universal – eksistensial/transcendental. Dalam Prajna Paramita Hrdaya Sutra (Mahayana ?) Buddha Avalokitesvara memandang segalanya walau memang beda namun setara tanpa perlu memperbandingkan dualitas pembeda (amala – avimala … suci – tidak suci). Desain advaita memang sedemikian adanya tanpa perlu mana kesombongan identifikasi semu pengakuan diri apalagi autorisasi untuk memanipulasi lainnya sehingga .universalisasi kasih eksistensialitas ‘diri’ para Ariya itu kiriya non karmik .. murni apa adanya sebagai aktualisasi kewajaran (karena memang keterjagaannya) tidak lagi sekedar pelayakan kesadaran (karena perlu keterarahannya) apalagi deficiency pencitraan (karena demi kepamrihannya).
Lagipula komik Chimni dan Kenji walau bersetting martial art sama sekali tidak mengajarkan kita untuk menjadi berandalan tengik yang tranyakan memamerkan kenakalan untuk mencari perhatian atau memaksakan keinginan atas lainnya dengan kemampuan yang dimilikinya. Chimni mengisahkan kecerdasan dan ketaktisan seorang pemberdaya autodidak mengatasi permasalahan yang dihadapinya dengan segala keterbatasan yang dimilikinya. Kenji disamping memberikan referensi aneka teknik martial art juga filosofi yang menarik terutama di akhir kisahnya…
Edwin Arnold : Orang yang tidak mengejar apa-apa akan mendapatkan segalanya. Dan ketika ia membuang ego, alam semesta itulah yang menjadi egonya.
A man said to the Buddha, “I want Happiness.” Buddha said, first remove “I”, that’s ego, then remove “want”, that’s desire. See now you are left with only Happiness. Seorang pria berkata kepada Buddha, "Saya menginginkan Kebahagiaan." Buddha berkata, pertama hapus "aku", itu ego, (atta ?) lalu hapus "menginginkan", itu keinginan. ( tanha?) Lihat sekarang Anda hanya tersisa dengan Kebahagiaan.
Pandangan paramatha ini mungkin terasa sangat filosofis( tidak praktis /positivist ?) Being Nobody for in deserving (but and transcending!) everything Menjadi impersonal (tak seorangpun/ bukan siapa-siapa) dalam untuk melayakan (dan melampaui) segalanya Daripada Being somebody for having (but attaching?) something Menjadi personal (seseorang ) untuk memiliki (tetapi melekat) pada sesuatu Mungkin harus diganti preposisi for dengan in.(dikarenakan ini adalah keberadaan meditatif bukan tindakan reflektif ) Namun esensinya adalah jangan terlalu mengumbar keakuan juga keinginan untuk menjadi berdaya dan bahagia. Kebahagiaan tidak identik dengan berlimpahnya perolehan tetapi juga terutama mensyukuri penerimaan. Kesejahteraan akan positif jika disikapi dengan santuti kecukupan dan saling berbagi namun negative jika malah menjadikan tamak serakah bahkan kikir . Demikian juga keberdayaan tidak identik dengan pencapaian keberdayaan saja tetapi juga dibarengi dengan pencerahan kebijaksanaan juga.
Kontribusi Data Thesis juga tidak kami maksudkan untuk pamer … itu dimaksudkan memberikan masukan bagi para mahasiswa paska bukan hanya bagi berhasilnya penuntasan tugas akademis mereka, namun juga perlu dikembangkan juga kecakapan akademis (“kelihaian” pakar?) dalam mengeksposisi (“mengeksploitasi”) data dan idea… sentra kami sesungguhnya bukan hanya pada kemasan naskah namun dari kreasi multi-link preview formula excel yang terpaksa harus dibuat (diruwat?) demi sinkronisasi data statistic (setelah sekian banyak trial-error dan mencoba masukan lain saya baru bisa membuatnya sekitar tiga bulanan …. walau cukup akurat namun harus kami akui masih belum memadai kesempurnaan pola data rendering-nya. Seandainya saja anda merasakan kesulitan para mahasiswa yang kurang flexible dalam pendekatan interactive personal dengan autoritas kampus & dosen pembimbing. Untuk menjadi pakar .. maaf (terpaksa buka kartu juga nih) …kita perlu bisa nguntul (mengikuti – skripsi deskriptif S1) ngentul (menyesuaikan – thesis kuantitatif S2) dan ngentel (mengajukan – disertasi kualitatif S3 ?) karya ilmiah yang diperlukan berdasarkan eksposisi data dan argumentasi idea yang terpilih. Tiada maksud kami untuk mencela … karena sesungguhnya senantiasa ada hikmah yang positif yang diberikan dari hibrah yang negative sekalipun … Melalui media pembelajatan/pemberdayaan tersebut, bukan hanya IQ (kepandaian intelektual) yang berkembang namun juga EQ (keluwesan emosional) menjadi tumbuh dan AQ (Adversity Quotient – ketegaran psikologis untuk tahan banting tidak mengenal menyerah dalam menghadapi dan mengatasi masalah) semakin terasah. Kecakapan on process by product ini akhirnya juga sangat membantu dalam tugas professional kedinasan dan aktualisasi kemasyarakatan (formula Excel) untuk Pemilu,dsb. link : Thesis link : Excel
Bagaimana dengan input masukan agama Islam? Apa ada yang salah dengan hal itu ? kami memang lahir dan hadir dibesarkan dalam lingkungan keluarga muslim dan sayapun walau mungkin dipandang moderat (?) tetap setia hingga akhir pada tradisi agama keluarga saya. Well… saya sudah berjanji pada Almarhum kedua orang tua saya dalam kehidupan mereka dan setelah kewafatan merekapun … merpati tidak akan ingkar janji. Akan banyak disharmoni eksistensial yang malah akan sangat kontraproduktif jika saya melanggar komitmen personal ini (keluarga, masyarakat, dsb) . Jadi … walaupun saya tetap menghargai masukan lainnya namun saya tetap berada disini … sebagai seeker saya bukannya tidak faham ajaran atau sadar dampak lanjut namun inilah komitmen yang harus saya buat (dengan tanpa maksud meng-konversi yang lain untuk perlu masuk atau kembali lagi karena senantiasa ada plus minus dari ketetapan/kesesuaian yang telah kita terima/buat … walau memang levelling bukan labelling yang diperhatikan oleh Sentra Dhamma ini). Ada maksud (hutang karmic) yang harus saya terima dan jalani pada setiap episode perjalanan keabadian ini termasuk juga dalam kehidupan saat ini. Oh, ya … sampai lupa ditengah pandemic Corona inipun sebagaimana lainnya (waisak Buddhist, paskah Kristiani dsb) kegiatan ibadah Ramadhan para muslimpun menjadi terbatasi juga. Kebijakan social distancing untuk menjaga bukan hanya diri sendiri namun juga lainnya. Bekerja, belajar bahkan beribadah di rumah saja tampaknya perlu juga dihargai (walau terkadang kami juga sering nekat demi kepantasan social eksistensial yang memang perlu dijalani). Ini tambahan data untuk agama Islam. untuk Ied dsb coba googling YouTube misal : Sholat Idul Fitri 1436 H (17-07-2015) Masjid Istiqlal Jakarta Imamnya dari Masjid Istiqlal KH Sinaga … kualitasnya professional tidak amatiran (‘pocokan’) seperti kami, bro. Harusnya memang demikian melantunkan surat Alqur’an (tidak sekedar mengikuti makna tapi harus juga selaras iramanya lebih mengena tumakninah kekhusyuan nuansa religiusnya …. Nafas harus panjang … perokok berat seperti saya susah tidak akan sampai apalagi tidak punya seni qiroat yang baik… puasa saja ibadahnya banyak pasif tidur daripada aktif beramal, bro… ketahuan lemahnya pecandu, kan … rokok dan kopi mungkin memang tidak mengurangi/melemahkan kesadaran bahkan bisa jadi malah menguatkan konsentrasi penalaran … tapi setiap doping adalah semu dan terhabituasi factor eksternal jangankan untuk penembusan spiritual yang autentik untuk penempuhan eksistensial yang holistic saja susah …. Dalam segala hal keswadikaan – kedewasaan eksternal & kewasesaan internal - memang factor penentu segalanya … kemampuan untuk mandiri tanpa manja/’aleman’ tergantung perhatian/bantuan/dukungan eksternal dan juga tidak mudah sakau, galau dan kacau karena mudahnya terganggu zazen focus keterpaduan keberimbangan diri dalam kebijaksanaan secara internal ). Wah … tampaknya “ngecap” kami semakin melebar dan meluas nih. Nggak ngira akan jadi sejauh dan sedalam ini. Rencana semula sih ingin segera mengakhiri posting awal kami … selama ini (dari Blog 1 tahun 2014 posting informatika tentang managemen file Ghost , beraneka ragam file postingan dan kemudian kami tutup dengan postingan informatika tentang Ghost All MB). Namun tampaknya sudah terlanjur / kepalang basah …. Agaknya harus buka kartu lebih banyak lagi juga nih. Apalagi akhir pekan ini Reupload kembali dengan specs hardware rendah dan bandwidth wifi lemah di rumah (wah, akan jadi hari-hari yang semakin panjang nih … dan akhirnya memang terjadi juga demikian … selama 3 /tiga/ hari di rumah sisa 7/ tujuh/ file besar Ghost @ 100 mb belum satupun bisa terupload). Baiklah jika memang harus demikian. Disela akhir Ramadhan di tengah masih social distancing pandemic Corona kontribusi pandangan akan juga kami tuntaskan … mungkin saja seumur kehidupan (dan bahkan sepanjang keabadian perjalanan spiritualitas kita) bisa jadi ini kesempatan satu-satunya bagi kita untuk saling berbagi tema ini. Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara: Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri. Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan) dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Link Video : Keswadikaan pemurnian kesejatian : dari MLD (moha - lobha - dosa) /asava (anusaya- nivarana- kilesha vs panna- samadhi- sila ? ) kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )
PLUS :
Kutipan : Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya). Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak & tersekap dalam keterpedayaan yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi. Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya. Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa) Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ... terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental. Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini. Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri. Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu.. Link : video there is no truth Bhante Punnaji.
intinya : Spiritualitas adalah masalah aktualisasi .autentik meniscayakan kesedemikianan dalam keseluruhan. beragama ? beragamalah namun tidak tereksploitasi apalagi mengeksploitasi. Ingat ada kaidah kebajikan universal untuk harmoni. bermistik ? bermistiklah namun tidak teridentifikasi apalagi mengidentifikasi. Ingat ada kaidah kebijakan transendental untuk evolusi. berdharma? berdharmalah namun tidak teralienasi apalagi mengalienasi. Ingat ada kaidah kebenaran eksistensial untuk sinergi. Atheisme, Agnostisme , dst ? jika alergi dengan terma dogmatis varnatmak "Tuhan" dan sejenisnya ganti saja dengan istilah filosofis 'Dhunyatmak' Causa Prima (sebab awal keazalian) , Sentra segalanya (Inti utama keberadaan) atau Orientasi destinasi (asymptot tujuan akhir kesejatian abadi) atau lainnya. Ini bukan masalah kepercayaan namun keberdayaan, tidak sekedar pengharapan atau penganggapan belaka namun murni masalah pemberdayaan peniscayaan kesedemikianan ... just idea (etika bukan dogma). Ini bukan agama dan seharusnya tidak dipandang sebagai dogma dan sebaiknya selanjutnya juga tetap disikapi / difahami demikian sebagai idea saja adanya. Tidak ada figur sesembahan yang baru, kredo keimanan yang beda ... hanya share idea pengetahuan (imaginasi inferential filosofis ?) & etika penempuhan (realisasi experiential ? sebatas referensi belum realisasi ... jujur saja masih padaparama dihetuka, hehehe ) Sesungguhnya kami tidak nyaman untuk jujur mengakui ini ... kami sebetulnya faham dan cukup tanggap bukan hanya akan silogisme tersirat namun juga fakta kenyataan di lapangan ....ini tidak sekedar tuduhan pembangkangan mereka bagi pengumbaran vitalisme neurotik saja namun terkadang autentik memang dikarenakan pandangan kebijaksanaan demi altruisme holistik yang diidealkan . Singkatnya, kehidupan berkeagamaan ,berketuhanan (dsb) kita memang sering tidak sesuai dengan evolusi, harmoni & sinergi yang seharusnya (ber-etika, bermartabat dan memberkahi dunia ini ) bahkan seringkali justru sebaliknya (menyesatkan, menyusahkan & mengacaukan bukan hanya sekedar diri sendiri namun juga orang lain, komunitas kebersamaan bahkan ke segala dimensi keberadaan hidup ini) apalagi jika memang ada celah hujjah untuk melegitimasi pembenaran kepentingan pelaziman kezaliman tersebut (trium falisme - standar ganda - pembenaran addhamma diri bagi lainnya ?). Bukan maksud kami mengacaukan permainan peran (dagelan nama rupa) yang tengah berlangsung (sudah, sedang dan akan demikian juga nantinya) dengan mengungkapkan realitas kebenaran & fenomena kenyataan (pembabaran Dharma ... sungkan, bro? ... introspeksi level spiritualitas diri :padaparma dihetuka) apalagi kebodohan internal & pembodohan eksternal (pembeberan Avidya ... riskan, lho ... harmonisasi label eksistensialitas diri : umat beragama & berTuhan) untuk share idea yang relatif agak berat, luas & mendalam ini bagi orang kebanyakan. Kami cukup faham dan juga sadar akan keniscayaan konsekueensi penempuhan yang memang tidak selalu selaras bahkan terkadang sering kali justru tidak sejalan dengan kebijaksanaan pengetahuan kami sendiri tersebut. Semula kami menujukan share ini bagi kita insan beragama untuk minimal membawa kebaikan & perbaikan bagi semua (diri, alam & sesama lainnya) karena di alam dimensi manapun kita (dunia saat ini atau alam nanti) sebagai apapun kita (manusia, hewan, petta, yakha, asura , niraya etc... dewa, mara, brahma, ariya dsb) kebaikan & perbaikan kualitas diri dan alam tsb harus tetap terjaga & dijaga keberkahanNya untuk evolusi pribadi, harmoni dimensi & sinergi valensi keberadaanNya. Namun tampaknya mungkin justru mereka yang akan lebih bebas leluasa tanpa jeratan/ sekapan harmonisasi paradigmatik eksistensial dalam memetik manfaatnya karena akan lebih autentik, harmonis & holistik dalam memahami & mengembangkan bukan hanya kemendalaman / kebijaksanaan pengetahuan namun juga capaian penempuhan dan layaknya keniscayaan selanjutnya. Well, sesungguhnya diperlukan tidak sekedar hanya kebaikan (kamavacara), kearifan (brahmanda) ataupun kesucian (lokuttara) namun juga keutuhan (apa istilah term baru ini ...self term kami : Adhyatama saja, ya ? Maha Diri Azali Hyang Abadi ) sedangkan untuk ke'zero'an selanjutnya tidak kami rekomendasikan (dampak annihilisasi diri zenka bagi alam sigma & inti sentra, labirin paradoks tanazul MLD kejatuhan lagi & terutama level spiritualitas diri ...hanya Asekha diri yang telah murni dari jebakan delusi keakuan/ sekapan tanha kemauan samsarik maka paska nibbana juga advaita & paramatta yang memang layak (tidak asal berlagak ... jadi kita ? ya nggak mungkinlah. Secara autentik kualitas Keakuan kita masih naif apalagi kemauan kita masih liar ... walau mengharapkan pembebasan Nibbana, mendambakan manunggaling kawulo gusti Brahmanda ataupun dijanjikan layak jannah astral namun ... jika saja tidak didukung dengan akumulasi kelayakan yang memungkinkan keniscayaannya tampaknya memang harus barzah eteris dulu karena memang kelayakann/kelaparan akan penganggapan & pengharapan itu atau jika akumulatif MLD memang besar/ sangat tebal akan jatuh lebih rendah lagi dari sebelumnya ) Lanjut ke asymptot ke'zero'an .... namun demikian kalaupun mungkin memang layak dan juga mampu (?) Dia mungkin akan tetap benar, bijak dan bajik untuk tidak menembus keIlahian Inti Hyang tidak hanya personal immanen namun juga Impersonal transenden ini demi kebijaksanaan keseluruhan kesedemikianan ini ... Dalam keswadikaan diri menjadi selaras dalam keseluruhan mungkin memang lebih tepat (tanpa harus hebat ? jumbuhing karso kawulo gusti x manunggaling wujud kawulo gusti ! ) ketimbang sempurna dalam kesemestaan alam & kesendirian inti pada mandala kesedemikianan ini ? (Imaginasi inferential filosofis gila atau gila-gilaan, nih .... hehehe, asal kesadaran tidak gila beneran dan kewajaran masih tampak waras ndagel patut x mbacut mbadut bersama figure peraga lainnya ). Secara pribadi kami tidak memandang tinggi / rendah wilayah karena segalaNya berada dalam mandalaNya dan seharusnya juga kepada segala ego figure/ ide konsep yang memang/ mungkin 'ada' padanya ... terlepas dari preferensi keinginan & hierarki kelayakan yang terjadi.
Dicoba .... Audience , Waktu & tempat ? susah juga .... Audience ? idealnya para pemerhati spiritual yang walau tidak terlalu cakap (faham abhidhamma misalnya) namun perlu moderat (bisa menerima pandangan yang berbeda tanpa harus percaya begitu saja apalagi langsung menyela & mecela jika berbeda ... well, SBNR sekuler tampaknya akan lebih baik namun SBAR pluralis bolehlah jika sudah cukup mampu memandang adanya keselarasan, keterpaduan dan keterarahan pelangi perbedaan akan/atas mentari kebenaran yang sama ... plus kejanggalan penyimpangan untuk dimaklumi/ dihindari & kemungkinan pengembangan melalui/ melampauinya). Mistik kejawen ? okelah ... namun perlu kami tekankan ini adalah masalah pengembangan kesadaran spiritual on process bukan pemanfaatan kecakapan metafisik by product (sebagai padaparama jujur saja kami tidak mampu ... bahkan kalaupun mampu kami seharusnya tetap juga seharusnya tidak perlu tersekap di dalamnya ) Waktu ? seharusnya ini hanya baru akan bisa terungkap di masa depan itupun jika dalam laju lineariras waktu yang dijalaninya manusia sudah tumbuh berkembang secara spiral membaik/maju meningkat tidak siklis berbalik/mundur terjatuh sebagaimana kecenderungan episode samsarik yang walau sebetulnya mampu dilampaui namun susah juga terjadi (apalagi jika ada vandalisme pemaksaan / penyesatan/ kelengahan yang menghancurkan / memundurkan perkembangan proses keberadaban & peradaban yang sedang berjalan baik internal maupun eksternal ?) ... Kebenaran, kebajikan & kebijakan itu walau merupakan keutamaan yang seharusnya secara sadar & wajar dijalani namun dalam bumi kenyataan ini sesungguhnya memang lemah & rapuh (mudah hancur dan dihancurkan oleh keganasan yang semu, naif & liar, Osho ?) apalagi jika semakin rendah layer dimensi semestanya & semakin dangkal level pribadi penghuninya, Tempat ? lokadhatu duniawi saat ini mungkin belum tepat walau tidak terlalu tidak tepat. konsideransi ? kutipan : Keberadaan sebagai manusia di mayapada dunia ini memang tidaklah seindah surga Devata kamavacara atau semulia jhana moksha para Brahma, namun demikian walaupun tidaklah sekondusif wilayah antara suddhavasa tetapi keberadaan mediocre ini justru bisa menjadi effektif bagi pertumbuhan dan perkembangan spiritualitasnya jika cukup reseptif menghayati, menjalani dan melampauinya secara benar , sehat dan tepat … tidak hanyut dalam arus eksistensi namun tidak juga teralienasi. Secara ideal audience, waktu & tempat memang tidak ada dan tidak akan pernah ada bagi evolusi, harmoni & sinergi bagi spiritualitas untuk mudah tumbuh dan berkembang karena kita bukan hanya harus autentuk menerima fakta kenyataan secara sesuai namun juga ada level kebenaran yang harus dilalui secara harmonis dan stage keutamaan yang harus holistik dilampaui . Namun demikian justru karena adanya faktor negatif yang ada tersebut yang postif akan bisa diwujudkan. Lagipula, segalanya memang harus dimulai dari diri kita ini, disini dan saat ini ... apapun level pribadi, situasi & kondisi semulanya. So, Perlu pandangan yang utuh totalitas, pragmatis berguna & konsisten berlanjut dalam mandala yang homeostatis interconnected, equilibirium bagi keseluruhan / keselarasan / kesedemikiannya bagi aktualisasi yang autentik, harmonik & holistik (tidak layak identifikatif , tidak perlu alienatif dan tidak patut eksploitatif). Quantum leap bagi paradigm shift dalam stagnansi keberagaman filsafat & psikologi di era post modern ini dst ? Fase Religius Soren Kierkegard < Positivistik Auguste Comte < .... ? = (estetis-etis-religius)< (teologis-metafisis-positivist) < ... ? langsung saja : Panen-istics atas triade diri , alam & inti ? Panen-ego-istics ? panentheisme Hyang Esa Panen-geo-istics ? panentaoistic Hyang Ika Panen-deo-istics ? panentheistics Hyang Ada Masih, mbulet ya ? rehat dulu lagi saja ... cari familiaritas akurat diksi kata/ wacana idea yang mudah/ tepat agar lebih jelas/dekat sesuai maksud kami).
ikutan agak tricky cari celah demi diterima di Indonesia, hehehe ? (keTuhanan yang Maha Esa, Bhineka Tunggal Ika ... apalagi, ya ? Cahaya Pancasila ? ... wah, kok jadi lebai berlebihan melampaui batas begini ? ... padahal kebenaran sejati itulah yang hakiki selalu terjadi walau tidak butuh diakui atau disetujui siapapun juga ) Jadi inget adaptasi / adoptasi istilah Ashin Jinarakita tentang Keilahian tanpa klaim yang tidak lazim untuk keilahian impersonal Buddhisme di Indonesia sebagai Hyang Adi Buddha atau para Theosofi Sufisme bagi Tuhan Transpersonal yang (tidak mudah namun perlu) dikenal atas Tuhan Personal yang sudah 'akrab' dikenal (Nous = Nur Muhammad etc untuk filosofi Plotinus tentang Logos Tohen bagi desain tanazul taraqqi ekstase atas emanasi penempuhan transendensi keIlahian, Suhrawardi ?). Well ... kami tanggap itu dimaksudkan untuk mensublimasi kemuliaan tidak dalam niatan mendegradasikan atas konsep/ figure yang dimaksud demi transendensi ke wilayah samudera keilahian yang lebih terarah murni tanpa perlu menyimpang (lampaui faktisitas pembatasan atau keterbatasan istilah ?).
atau dari kutipan posting lalu :
Panen-ego-istics ? panentheisme Hyang Esa .... Kasih Jadi turun level agak romantis lagi, nih .... ingat refleksi pribadi "Kun Saidan" (Berbahagialah - Anisah May dari Tasauf Modern Hamka ) ... Just loving the Love. Cintailah Cinta (Sumber Sejatinya bukan sekedar Media Obyeknya). Cintailah Tuhan (baca: Kebenaran) sebagaimana kehendakNya bukan hanya sekedar untuk mengumbar kepentingan ego yang selfish. Karena apapun yang diberikanNya (sekalipun seburuk atau seberat apapun itu tampaknya di permukaan) adalah tetap yang terbaik bagi kita ... karena itu demi kebaikan pemberdayaan kita bukan untuk memperdayakan kita. Atau dalam Mistik Theosofi dikatakan Tuhan menjadikan ini semua dengan cinta oleh karenanya dengan cintalah hendaknya kita menempuhnya untuk memahami dan mencintai kebenaran itu sebagaimana adanya.. 3 dantien = akal - hati - pusat (tidak ada yang salah dari semuanya jika selaras terpadu ?) Wah, agak melantur tampaknya bahasan kearifan samsarik & curhat pribadi ini. Semoga para Neyya (terutama para pabajita) tetap mampu waspada terjaga dan tidak hanyut terbawa arus idea ini. Para Mistisi (Tantrik Osho, Taoism ?) kadang terjebak dan tersekap dalam labirin sex - cinta - kasih ini. Sex atau birahi (kama) bersifat nafsu sensual, cinta (sneha) bersifat personal , sedangkan kasih (metta) bersifat kosmik impersonal. Ini kami ungkapkan bukan hanya karena kami memandang tetap perlunya pembabaran Saddhamma yang walau memang ditempuh secara eksistensial hendaknya juga melampaui universal untuk menjangkau transendental demi transformasi pencerahan spiritual yang dijalani. Alasan lain adalah dikarenakan kami memandang living kosmik ini utuh dalam keseluruhan (katakanlah semacam organisma besar) maka perlu perimbangan kemurnian nirvanik yang arif/kuat mengatasi kecenderungan alami samsarik yang 'naif/liar' untuk membuatnya cukup 'sehat/ tepat' agar tetap mantap bertahan dan lancar berjalan. Jikapun tidak memungkinkannya dalam keterjagaan pencerahan total keseluruhannya minimal tidak membuatnya jatuh terpuruk dalam kehancuran. Meminjam istilah Sadhguru Yasudev (?), Karma samsarik sesungguhnya tidak hanya berdampak sebatas pada pribadi eksistensial pemerannya saja namun juga bereffek pada wadah arena semesta universal yang menampungnya. Atau menganalogikan dalam Mistik Hinduism (day & night of Brahman ) seandainya samsara ini hanya Ke-Esa-an yang terlelap bermimpi, maka jika beliau terjaga semoga senantiasa lebih segar karena kecerahan tidur tanpa "mimpi buruk"nya ....mungkin perumpamaan itu bisa menjadi pemicu baru mengapa transendensi eksistensial evolusi pribadi perlu dijalankan dan transendensi universal harmoni dimensi perlu diusahakan ... (sekedar tambahan terma filsafat theosofist ini : eros - filia - agape ? cinta sensual - altruisme kemanusiaan - kasih keIlahian ) So, Be Selfless (not selfish ? )
INFERENSI DIMENSI = urut dari bawah gradasi vs MLD avijja diri (dampak karmik & effek kosmik)
NO
WILAYAH
LAYER
ORIENTASI
MODE
SIFAT
TERM
TYPE
DIRI ?
TATARAN
1
Kamavacara
Eksistensial
Kebahagiaan
Eksploitasi
Transaksi
Lillah
Persona
Mengaku (sebagai aku)
Personal
2
Brahmanda
Universal
Kesemestaan
Interkoneksi
Harmoni
Billah
Monade
Mengesa (sebagai kita)
Transpersonal
3
Lokuttara
Transendental
Keadvaitaan
Aktualisasi
Sinergi
Fillah
Sakshin
Meniada (sebagai dia)
Impersonal
NO | WILAYAH | LAYER | ORIENTASI | MODE | SIFAT | TERM | TYPE | DIRI ? | TATARAN |
1 | Kamavacara | Eksistensial | Kebahagiaan | Eksploitasi | Transaksi | Lillah | Persona | Mengaku (sebagai aku) | Personal |
2 | Brahmanda | Universal | Kesemestaan | Interkoneksi | Harmoni | Billah | Monade | Mengesa (sebagai kita) | Transpersonal |
3 | Lokuttara | Transendental | Keadvaitaan | Aktualisasi | Sinergi | Fillah | Sakshin | Meniada (sebagai dia) | Impersonal |
Selesai ? masih belum .... orientasi kebijaksananaan kesedemikianan kita adalah keselarasan bukan kesempurnaan, bro (ingat : kode etika 10 Ali Shariati ) Jadi, Gnoti Seauton (Kenalilah dirimu /sebagai makhluk ?/) karena Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu hanya dengan mengenal diri (dengan segala keterbatasan makhlukiyahnya betapapun hebat pencapaian dan megah pengakuannya) maka kita akan mengenal Tuhan (Hyang Maha Sempurna dan SegalaNya). Ini adalah orientasi keyakinan awal dan juga realisasi kebenaran akhir. Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya. Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada. Dia adalah Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.) Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya)
Panen-geo-istics ? panentaoistic Hyang Ika.... Kuasa Bagaimana dengan Tao ? Tao sering didefinisikan sebagai Roh Universal yang berada dalam segalaNya ... Kesempurnaan azali yang terus menyempurnakan kesempurnaan abadiNya. Konsep absurd : Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao. Well ... Paradigma Panen-Tao-istics mungkin bisa juga digunakan SBNR karena ini walau sekuler namun akan lebih ilmiah ketimbang panen-Theis-tics SBNR yang kami ajukan karena lebih autentik & holistik tersentralisasi untuk aktualisasi penjelajahan tanpa terbelenggu sakralisasi ... namun jaga keberimbangan & keseimbangan dalam pertumbuhan perkembangannya agar tetap teraktualisasi sempurna dalam pengetahuan, penempuhan & penembusannya . Wah .. paramitta Boddhisatta 3 layer untuak akselerasi pelayakan keniscayan diri jadi boleh dilakukan bagi evolusi pribadi namun tetap jaga harmoni kebersamaan dan sinergi kesemestaan jika tercapai kelayakan untuk tidak jatuh apalagi menjatuhkan lainnya. Be True, Humble & Responsible ? harusnya lebih tepat/ nekat lagi ... True dimaknai sejati tidak sekedar dalam laku kejujuran namun asli autentik dalam kemurnian, humble menghampa untuk sempurna merengkuh segalanya tidak sekedar merendahkan hati untuk reseptif meninggikan kelayakan diri & responsible karena memang itu keniscayaan yang terjadi, kan ? (Jadi tidak lagi perlu benalu pengharapan yang akan merendahkan kelayakannya apalagi penganggapan konyol keakuan yang justru bukan hanya memandekan namun bisa saja menyesatkan dan menjatuhkan level realitas ... labirin paradoks papanca input karena output ?) Just Wei Wu Wei ... hanya persembahan keutamaan (wah ... termanya lebai banget ... untuk sekedar pengetahuan bolehlah tetapi untuk menghindari klaim penghebohan kepekokan bagi penempuhan untuk penembusan risih juga,nih ... main kepekaan rasa tidak asal klaim idea saja, bro) ... hanya ada tindakan kebaikan tanpa keakuan yang ingin pengakuan apalagi pemujian/ pemujaan dan tiada kemauan untuk mementahkan kelayakan peniscayaan yang seharusnya memang sudah pasti .. Meminjam istilah Panen-Theistics SBAR kami : kita hanyalah ketiadaan murni yang seharusnya selaras mengada dihadapanNya tanpa harus mengada-ada dalam keakuan tiada perlu meng-ada adakan dengan kemauan .... apa yang layak akan terlayakkan pada saatnya karena itu kaidah Dhamma kebenaran di setiap dhamma kenyataan sesuai dengan kepastian Dhamma dari DhyanaNya. SegalaNya (Laten DeitasNya) bermula, berada dan kembali kepadaNya (triade : diri – alam – inti ) Bermula karena katalisasi peniscayaan keberadaan > emanasi keilahian brahman > prokreasi penciptaan ketuhanan Berada dalam kaidah kosmik (Parama Dhamma akan advaita niyama dharma : keutamaan > kebenaran > kenyataan ) Kembali kepada mandala advaita ( segalanya berada dalam sigma kewilayahan yang sama dari ketidak-terhinggaan yang bukan hanya mungkin memang sudah ada namun juga belum ada , akan ada bahkan susah ada karena konfigurasi peniscayaan yang sudah/belum/akan/tidak terpenuhi.) Gradasi tidak hirarki ? karena walau beda level , layer & label keberadaannya berada dalam kealamian, keilahian & kemurnian advaita mandala yang sama Ah ... Susah juga memadukan apalagi mengungkapkan (terlebih lagi merealisasikan) paradigma kebijaksanaan kesedemikianan demi keselarasan bagi keseluruhan. Maaf, Socrates ... terpaksa untuk mempermudah & memperjelas paradigma kesedemikian ini kami ajukan framework deduktif tidak lagi induktif majeutike terus ... walau bukan hanya sungkan, riskan & kompleks rintisan pandangan ini. Berhadapan dengan ketidak-terhinggaan ... bagi setiap pemberdaya ... langit senantiasa tiada batas umtuk senantiasa tumbuh berkembang dalam keberdayaan melampaui segala labirin keterpedayaan & pemerdayaan yang senantiasa ada mengintai dalam setiap evolusi, harmoni & dimensi yang diskenariokanNya. Aktualisasi holistik Kusala Kiriya para Sakshin Ariya tanpa perlu mengalienasi , mengidentifikasi apalagi mengeksploitasi (bukan hanya internal namun juga eksternal ... demi eksistensialitas, universalitas & transendentalitas yang terrniscayakan via kefahaman, kecakapan & kelayakan ... sebagai kesadaran dalam kewajaran sebagaimana adaNya ... lillah, billaah, fillaah .... Wei Wu Wei (Just action .. without acting & actor ?).
Panen-Deo-istics ? panentheistics Hyang Ada.... Wujud MANDALA SEMESTA

Desain kosmik mandala ini memang kelihatan aneh & unik ... banyak paradoks & labirin dalam sistemNya. Well ... mentari Dhamma kebenaran transendental yang tidak hanya translingual namun juga transrasional mungkin memang harusnya demikian agar ada ruang / peluang bagi avidya kebodohan secara semu, naif bahkan liar membiaskan pelangi semu keberagaman ... agar bisa makin mengesankan (juga mengenaskan) kepekokan & lebih mengasyikan (juga mengesalkan) kehebohan dagelan nama rupa samsarik di dalamnya, hehehe . Secara mikrokosmik jika diri bertransendensi semakin ke atas & ke dalam (realisasi> aktualisasi x defisiensi) justru secara makrokosmos semakin luas wilayahnya (bukan hanya memungkinkan kemantapan saat ini namun juga melayakan peniscayaan fase berikutnya disamping melingkupi permukaan yang di bawah & di luar sebelumnya) ... So, triade realisasi evolutif (zenka keberadaan diri), aktualisasi harmonis (sigma kebersamaan alam) dan sinergi holistik (sentra kesedemikianan inti) mutlak secara simultan progresif difahami , dijalani dan dilampaui untuk tidak stagnan tumbuh berkembang tanpa harus tersesat dalam labirin apalagi tergelincir dalam kejatuhan (saran ideal bagi kita yang idiot, bro) Mandala Samsarik Buddhisme (31 alam kehidupan)

atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini Skema Wilayah Tanazul Genesis & Taraqi Ekstasis meniscayakan keterrealisasinya transendensi impersonal bagi evolusi pribadi demi harmoni dimensi
Wilayah
1
2
3
Transendental
Nibbana ‘sentra’ ?
Belum diketahui ? 7
Tidak diketahui ? 8
Tanpa diketahui ? 9
Nibbana ‘sigma’?
Belum mengakui ? 4
Tidak mengakui ? 5
Tanpa mengakui ? 6
Nibbana ‘zenka’ ?
Arahata 1
Pacceka 2
Sambuddha 3
Universal
Brahma Murni (Suddhavasa)
Anagami 7 (aviha Atappa)
Anagami 8 (Sudassa Sudassi)
Anagami 9(Akanittha)
Brahma Stabil (Uppekkha )
jhana 4 (Vehapphala)
Asaññasatta 5 (rupa > nama)
Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )
Brahma mobile (nama & rupa)
Jhana 1 (Maha Brahma)
Jhana 2 (Abhassara)
Jhana 3 (Subhakinha)
Eksistensial
Trimurti LokaDewa
Vishnu 7 (Tusita)
Brahma 8 (Nimmãnarati)
Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti)
Astral Surgawi
Yakha (Cãtummahãrãjika) 4
Saka (Tãvatimsa) 5
Yama (Yãma)6
Materi Eteris
Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)2 Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3
Wilayah | 1 | 2 | 3 | |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 | |
Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 | |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) | |
Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) | |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
Astral Surgawi | Yakha (Cãtummahãrãjika) 4 | Saka (Tãvatimsa) 5 | Yama (Yãma)6 | |
Materi Eteris | Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3 |
Tersenyum seperti Buddha (Smile like a Buddha ... not as a Buddha ? ) Be Realistics to Realize the Real
Tersenyumlah seperti Buddha walau itu memang masih 'fake' (semu) dan tidak 'real'(nyata).Ini bukan dimaksudkan untuk 'memotivasi' diri bagi kesombongan pencitraan diri dengan melagakkan seakan pencapaian keniscayaan telah terjadi hanya dengan cara itu.Ini dimaksudkan untuk mengarahkan diri untuk kebijaksanaan penyadaran diri dengan melayakkan peniscayaan keniscayaan yang secara murni dan alami seharusnya terjadi.Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif.
Bagi Dia yang sudah terjaga itu ekspresi authentik Bagi kita yang belum terjaga itu exercise holistik
Tersenyum seperti Buddha JMB 5karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritualKecakapan Pandangan benar akan mengarahkan fikiran benar (kesadaran notion batin)Kecakapan fikiran benar akan mengarahkan tindakan bajik (ketulusan dana sila etc)Kecakapan tindakan bajik akan mengarahkan asset mulia (kemurnian punna kusala )Dhamma indah pada awalnya dengan terlampauinya tataran eksistensial diri(harmoni dunia - terhindar apaya - terlayakkan surga = Dibba Vihara )
Tersenyum mengarah Buddha JMB 8karena tercapai secara meditatif acinteya hakekat kenyataan spiritualPaska asset mulia terus lanjutkan Adhi-Sila (alobha -adosa - amoha : tihetuka)Paska Adhi-Sila terus lanjutkan Adhi-Citta (Samma Samadhi : Jhana Brahma )Paska Adhi-Citta terus lanjutkan Adhi-Panna (Samma Vipasana: Gotrabu Nana?) Dhamma indah pada pertengahannya dengan terlampauinya tataran universal diri(harmoni batin - terlampaui moksa - terlayakkan magga = Dhamma Vihara )
Tersenyum sebagaimana Buddha JMB 10karena terbukti secara insight advaita desain labirin permainan spiritualDengan masaknya Adhi-Panna layaklah Realisasi Keterjagaan (nibbana: pemurnian magga/phala )Dalam Realisasi Keterjagaan layaklah Realisasi Kebijaksanaan (panna: sabbanutta/ patisambhida?)Dalam Realisasi Kebijaksanaan layaklah Realisasi Ketercerahan (kiriya: kusala non karmik?)Dhamma indah pada akhirnya dengan terlampauinya tataran transendental diri (harmoni - terbuka nibbana - terlampaui samsara = Ariya Vihara )
Dhamma akan melindungi siapapun yang menempuhnya dengan benar, tepat dan sehat.Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasiJalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi.Layakkan diri sebagaimana kaidah Niyama Dhamma meniscayakan pelayakannya secara alami.Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.
Intinya : No (fake) Ego ... Just be IN One .... Do as Ariya be LEVEL IMPERSONAL > LABEL PERSONAL keniscayaan kesedemikianan > pengharapan penganggapan perlu kelayakan > kesadaran > kefahaman : acinteya ariya - panna kiriya Keswadikaan pemurnian kesejatian : dari MLD (moha - lobha - dosa) /asava (anusaya- nivarana- kilesha vs panna- samadhi- sila ? ) kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )
Secara filosofis (hanya inferensi hipotetis, lho) tampaknya masih ada 2 (dua) level tataran keberadaan diri paska Asekha (Arahata, Paccekka, Sambuddha ) yang belum diungkapkan (mungkin akan dicapai) Buddha Gautama di wilayah transenden lokuttara dimana kebijaksanaan Sakshin akan keannattaan diri dari dagelan nama rupa samsarik bukan hanya layak dalam notion berpandangan namun juga dalam pencapaian via realisasi penempuhan tidak sekedar referensi pengetahuan belaka. - Asekha = telah bajik terjaga ( namun dengan klaim mandiri tersucikan ... keakuan azaliah zenka nirvanik ?) See : Aneka Jati (Dhammapada 153 -154) Udana Vatthu - Advaita = telah bijak terjaga (tanpa klaim kesudah-sucian pribadi ... keesaan azaliah sigma mandala ) See : amala avimala ( Prajna Paramitta Hrdaya Sutta ) - Adibuddha : telah benar terjaga See : Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam (Udana 5.3 Parinibbana ) Sudah selesai ? Walau dalam mandala zenka keberadaan diri mungkin sudah cukup namun masih belum untuk wawasan/ tataran kesedemikianan keseluruhan sigma & sentraNya. Memang agak spekulatif jika kita lanjutkan bahasan alternatif multiverse sigma & Maha Sentra. multiverse sigma = Mandala wilayah keberadaan yang kita huni ini mungkin hanya satu dari sekian banyak lokadhatu serupa yang ada. Tidak sekedar dimensi kamavacara bawah dunia fisik ini saja (quantum paralel) namun bahkan hingga seluruh mandala keberadaan spiritual zenka keberadaan diri bahkan hingga lokuttara. Mungkin ada wilayah yang lebih luhur namun ada juga yang lebih parah dari mandala spiritual kita. Yang paling luhur asymptot berada mendekati Maha Sentra Azaliah SegalaNya yang paling parah kualitas kemurnian spiritualitas terlempar menjauh dariNya ( Walau kesemua yang immanen bagiNya tetap terlingkup dalam Wujud, Kuasa & Kasih TransendenNya).
Maha Sentra = Dhamma Dhyana segalaNya Dhyana Dharma Keberadaan :Fase 1 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! )Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )Dharma Dhyana Keberadaan :Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )
Dhamma Dhyana akhir segalaNya ? Dhamma & Dhyana adalah state keberadaan abadi sejak azali Tuhan ? Ini agak susah diungkapkan ... bahkan jujur saja ini imaginasi intelektual yang agak kami paksakan karena sudah terlalu sulit bagi kami meng-inferensikan kemungkinan tertinggi hanya dengan apersepsi pengetahuan tanpa aktualisasi penempuhan apalagi realisasi penembusan. Mungkin agak mirip (tapi harus dengan inferensi kedalam/atas bukan analogi keluar/bawah, lho ... supaya tetap murni naik tidak jatuh karena klaim semu ) dengan Hipotesa Saguna-Niskala pada Brahma Vidya mistik Hinduisme atau ibarat baskom air jernih yang merefleksikan matahari di atasnya seperti mistik kejawen ... Seluruh keberadaan ini adalah refleksi semu belaka dari wujud keberadaan, kehendak dan kasih sayang Causa Prima azali, Sentra Segala Abadi & Destinasi Orientasi dalam kesedemikiananNya (mumkimul wujud atas wajibul wujud Sufisme). Jadi, Tuhan transenden suci dari segala kenaifan, kesemuan & keliaran deifikasi, identifikasi & eksploitasi kita (bahkan seharusnya jika itu hanyalah figure/ konsep laten deitas keilahian immanenNya saja ) dan tidak mungkin bahkan tiada layak bagi kita untuk menjadikanNya ( menjerat /memperalat ?) demi bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya ... Walau Buddha memaklumi keilahian kamavacara (masih mendamba terdefisiensi pada sensasi kebahagiaan eksternal pengakuan kekuasaaan atas lainnya ? yakha , dewata etc... see : ratana sutta & khanda paritta) namun tidak untuk level brahmanda (yang seharusnya sudah stabil mandiri akan kebahagiaan intenal atas fantasi keberdayaan energi ilahiahNya ... see : Brahma Baka ... mengapa ?)namun Beliau respek akan keilahian pada level lokuttaraNya (ajatan, abhutan, ashankata .. Hyang memang seharusnya sudah bukan hanya bijak, bajik namun benar terjaga dalam esensi level murniNya tanpa klaim label keakuan apalagi pengakuan & pemujaan akan dagelan nama rupa kosmik ini ?). Well, kami agak menyayangkan pernyataan sejumlah tokoh (Osho,etc) terkadang terlalu berani mengkritisi term sensitif Tuhan ini yang dideifikasikan dalam sakralisasi agama atau direalisasikan dalam identifikasi kesatuan mistik ... Mohon berempatilah dalam dillema kosmik ini. Janganlah mencela (bahkan kalaupun itu memang tercela apalagi untuk yang tidak sepantasnya dicela .... awas labirin paradoks pengetahuanm penempuhan & penembusan dalam triade evolusi-harmoni-sinergi) .. Terbabarnya Kaidah kosmik yang realistis ini sesungguhnya yang dinanti para genius scientist selama ini (Einstein, dsb). Kaidah Universal bagi semua tanpa ternodai klaim trium falisme (pembanggaan lebih baik dari lainnya hanya karena untuk anggapan sudah terlegitimasi ?) , standar ganda (karena merasa lebih baik maka apapun pandangan/pribadi/prilaku seburuk apapun itu harus diakui baik oleh lainnya) apalagi pembenaran addhamma bagi lainnya (pelaziman kezaliman karena klaim merasa lebih baik berhak melakukan ketidak-baikan kepada yang tidak baik) ... Berempatilah agar tidak tersekap pada logical/ ethical fallacy semacam ini. Desain kosmik sudah hancur sejak dahulu jika Kaidah Kosmik ini diakidahkan apalagi didaulahkan dan didiniahkan kacau seperti ini ... jangankan surga kamavacara (apalagi moksha Brahmanda atau Nibbana lokuttara), dunia manusiapun (bahkan Brahmanda bawah, wilayah kamavacara hingga apaya lokantarika) akan tidak layak baginya walau segala wilayah mandala ini 'terpaksa' tetap harus menerimanya sebagai laten deitas keberadaanNya dengan segala konsekuensi logis beban pralayanya. / Istilah religius SBARnya muflisin yang mustarohun minhu ? Orang fasik yang sudah tidak hanya pailit nol amal kebajikannya namun masih boleh dibangkrutkan lagi karena full noda kejahilan & dosa kezalimannya pada lainnya sehingga di wilayah manapun dia berada menyebabkan setiap diri dan alamnya berharap untuk segera bisa beristirahat dari kesombongan, keserakahan dan kedurjanaannya / Diperlukan Ariya Dhamma bukan apaya Dhamma bagi perbaikan x kejatuhan manusia Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran
https://www.youtube.com/watch?v=tig-9g5RYrc&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=63&t=34m55s Link Data: www.tiny.cc/dhammapada-183: Bro Billy Tan (p. 12 - 20) Jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya (Dhammapada : 183). Itulah paradigma (yang walau tampak terdengar "sederhana" namun sesungguhnya sangat sempurna / bijaksana ) wejangan para Buddha untuk bukan hanya melalui namun juga melampaui samsara menuju Nibbana yang direalisasikan dalam keterarahan /keselarasan simultan triade pemurnian Sila - Samadhi - Panna.

Agama Masa Depan adalah Agama Kosmik (berkenaan dengan Alam Semesta atau Jagad Raya). Melampaui Tuhan sebagai suatu pribadi serta menghindari Dogma dan Teologi (ilmu ketuhanan). Meliputi yang Alamiah maupun yang Spiritual, Agama yang seharusnya berdasarkan pada Pengertian yang timbul dari Pengalaman akan segala sesuatu yang Alamiah dan Perkembangan Rohani, berupa kesatuan yang penuh arti. ”( ALBERT EINSTEIN ) Buddhism sesuai dengan Pemaparan ini. Jika ada agama yang sejalan dengan kebutuhan Ilmu Pengetahuan Modern, maka itu adalah Ajaran Buddha. Promo Buddhism kami hapus ya, bro.... Bukan karena kami berlabel Non Buddhist. Ini sama sekali bukan masalah konversi penganutan agama eksistensial tetapi murni aktualisasi penempuhan Dhamma Universal. Faham , ya ... bahayanya klaim (just idea ... alagadupama sutta ?) Kami berharap kalian SBNR bukan kami yang mengungkapkan berdasarkan bukti realisasi bukan sekedar hujjah sakralisasi apalagi opini referensi belaka (tanggap ya ... mengapa kami tak menjawab 'mengapa' dan 'bagaimana' selama ini). Bukan hanya karena sungkan karena kebelum-layakan level padaparama kami namun yang paling utama riskan untuk mengkhianati keberadaan SBAR kami plus segala dampak resiko yang tetap perwira kami terima . Tanpa kedengkian untuk menghalangi (dan juga bukan manuver untuk mengerjai dalam kejahilan pembodohan eksternal, kefasikan pembenaran memperdaya diri internal apalagi kezaliman untuk menghancurkan keseluruhannya) ... Jika kami SBAR belum bisa atau tampak pasrah saja bukan berarti SBNR juga harus diam tidak perlu bisa, kan ?
rehat dulu ... biasa (nggak fokus lagi internally ... gangguan/ panggilan externally)
atau langsung yang kontroversial & provokatif sekalian seperti ini sebagai awalannya
PROLOG
PARAMA DHARMA : Just Idea ...Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. Well, The Greatest evil is Ignorance Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuanWalau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.KEDEWASAAN PENCERAHAN The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksanaBAHASAN = TENTANG AVIJJA Walau avijja secara etika kosmik adalah penyimpangan keselarasan namun ini membuat keberagaman (seperti biasan pelangi dari cahaya mentari yang sama)Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI .... Triade labirin paradoks diri - alam - inti dalam drama abadi dari fase azali hingga nanti ini (label eksistensial - layer universal - level transendental) dengan 'maha avijja' sebagai skenario samsariknya dan 'parama dhamma' sebagai desain holistiknya memang sangat complicated (jangankan untuk dilampaui dalam penembusan , untuk dijalani dalam penempuhan bahkan difahami dalam pengetahuan saja sulit & rumit ) Sial .. kenapa terasa/ terkesan sombong dan lancang ... padahal ini hanya asumsi filosofis yang berdasarkan inferensi belaka ( bisa jadi hanya imaginasi bahkan halusinasi bukan realisasi empiris sebagaimana harusnya ? ... Tampaknya memang wadah batin ini memang kacau ... sesungguhnya bukan hanya kesungkanan (keresahan karena rendah hati atau mungkin tepatnya rendah diri ... minder akan kualifikasi ideal untuk membabarkan dhamma ) apalagi keriskanan (kecemasan tersudutkan sebagai public enemy bahkan cosmic enemy karena membeberkan avijja) namun disamping ruwet & rumitnya permasalahan banyak kekesalan di dalam (pantas ... baru bicara jika marah rasionalisasi pembenaran karena dibodohi, dijahili & dizalimi ? ... Spiritualitas walau dalam perspektif holistik sesungguhnya memang sederhana namun dalam kerinduan beraktualisasi selaras denganNya tidaklah gampang ... Well, susah juga untuk mukhlish murni , begitu mudah untuk muflis bangkrut nantinya)
rehat lagi , ah .... makin mbulet . Kalau ini jujur saja stuck macet .... murni overthinking internal bukan karena gangguan eksternal sama sekali. zazen batin kacau karena fokus terus beralih ? habis yasinan/ takbiran . (ah ... jangan nyalahin yang di luar karena yang di dalam memang ruwet), REHAT .... Rekap yang ada dulu.... revisi lagi lanjutannya nanti ... jika batin sudah mood untuk flow lagi. Dulu arus idea tampak jelas tertata di dalam ketika harus diungkapkan ke luar selalu berputar tidak karuan begini. Kami bukanlah (atau tepatnya saya walau mungkin cenderung dipandang negatif agak introvert /?/... padahal walau canggung sudah berusaha harmonis, lho .. well, memang terlihat tidak mampu luwes simpatik .. namun sesungguhnya tidaklah terlalu) membenci diri sendiri (self hatred ... karena kesenjangan antara idealitas yang kami fahami dengan yang sudah dijalani apalagi mampu dicapai ) apalagi harus membenci yang lain sesama pendagel yang berperan dalam episode kehidupan abadinya masing-masing (agar senantiasa menerima & mengasihi segalanya demi mampu melampaui faktisitas avidya diri sendiri /bukan untuk membandingkan / mengungguli lainnya, lho ... bumerang mana pembandingan buih air samudera keazalian / bagi layak terniscayanya kesedemikianan dharma ini sebagai kesadaran pandangan yang harusnya dilakukan sebagai kewajaran dalam kesedemikianan yang interconnected demi equilibirium keharmonisan keseluruhan dalam desain kosmik yang homeostatis ini ). Walau harus kami akui agak mencemaskan diri juga ..sejujurnya figur yang kami (dan seharusnya juga yang lain ?) takuti adalah diri kita sendiri ? Kitalah penentu sesungguhnya peniscayaan yang akan terjadi karena segalanya akan berbalik lagi ke diri sendiri ... dikarenakan kita sesungguhnya berada dalam sekian layer tubuh dimensi diri (fisik, eteris , astral, kaustal,monade, kosmik, nirvanik, dst ) yang terpantau berkaitan dalam seluruh wilayah kesemestaan Mandala advaitaNya (tergurat jelas dalam atsar./ antah karana/ alaya vinnana, etc batin kosmik kita untuk sesungguhnya bukan hanya yang dilakukan dalam tindakan aktual fisik, ucapan verbal bahkan terbetik pada benak kesadaran kita di kedalaman ?)... well, jadi fahami & sadari sebenarnya tiada mungkin bagi kita untuk menipu/ menjahili/ menzalimi diri /apalagi lainnya/, meninggikan hati /bukan hanya yang layak dihormati namun juga keberadan lainnnya yang seharusnya tetap kita hargai serendah apapun mereka dipandang/ dan lari dari tanggung jawab / baik yang sudah kita sadari maupun yang belum kita fahami karena level kesadaran kita memang belum mampu mencapainya untuk perlu menghadapi & melampauinya/ akan Parama Dhamma ketentuanNya .... apalagi membandingkan, bersaingan, merasa setara (sok akrab/kuasa agar bisa tranyakan mengeksploiTasi lainnya walau yang pasti dirinya sendiri) atau bahkan jumawa seakan mampu melebihi Wujud Sentra Segala Nya Hyang tidak sekedar personal immanen laten deitasNya namun Impersonal Transenden yang melampaui dan melingkupi seluruh wilayah dan pribadi di dalam kuasa, kasih & wujudNya? ). Well ... sebetulnya memang ada yang perlu saya katakan berkaitan dengan itu semuanya ... episode samsarik yang sudah, sedang dan akan kita jalani jika saja inferensi saya atas segala referensi yang ada ternyata benar ..... walau sesungguhnya saya berharap tidak demikian adanya . Singkatnya (mudahnya tiga ini saja) : 1. Mengapa Buddha ada menyatakan sebagian besar dari kita (baik yang beragama & berTuhan ataupun yang tidak ?) terhalang menuju jangankan Nibanna pembebasan, atau lolos ke Brahmanda Jhana 4 (vs Mahapralaya kamavacara ) bahkan untuk ke surga Kamavacara (vs Pralaya Mayapada dunia) bahkan kemudian susah menjadikan kamavacara bawah (yakha, asura, manusia,) justru malah apaya (hewan.petta , niraya) bahkan lokantarika seakan menjadi hunian layak berikutnya /niyata miccha ditthi?/. 2. Mengapa Buddha perlu menyadarkan Brahma Baka (yang nota bene lebih tinggi level keilahianNya dibandingkan Personal God kamavacara cakkavati di bawahNya) untuk tidak meng-Ilah-kan diriNya dan itupun beliau lakukan dengan sedikit pelanggaran sinergi atas Dhamma Kosmik dengan mengalahkannya dengan abhinna keunggulan adikodrati yang dalam level keterjagaan nirvanikNya beliau sadar sebaiknya tidak di gunakan di wilayah mimpi samsarik (Buddha bahkan sebelum pencerahanNya sudah mampu ke maqom ke"ilahi'an yang lebih tinggi ... tidak hanya mampu berkeseimbangan di rupa Jhana bahkan hingga Arupa Jhana ). 3. Mengapa Buddha harus mengumpulkan & memberikan wejangan ovada patimokha di bulan Magha untuk tetap terjaga,berjaga dan menjaga diri kepada 1250 Arahat (Apakah Magga Phala pencerahan Nirvanik yang sesungguhnya melebihi sekedar Jhana Vasi pencapaian Brahmanda tidaklah permanen & bukan sertifikat garansi kosmik kebebasan ) ? Apa yang akan kami katakan nanti mungkin bisa akan sangat menyinggung semuanya dan bisa jadi akan menyudutkan lainnya ..... Haruskah kami utarakan (tepatnya kita bahas ) untuk melalui batu ujian SBAR yang krusial ini untuk melanjutkan ke tahap berikutnya (Bagaimana melalui & melampauinya ) ? Jangan berprasangka buruk dulu ... ini bukan berkaitan dengan memperdayakan (bahkan kalaupun itu sebelumnya ternyata keterpedayaan) namun untuk segera memberdayakan meniscayakan kesedemikianan dalam keseluruhan tidak sekedar mengandalkan kemungkinan yang secara obyektif /holistik menyimpang adanya..... keperwiraan beraktualisasi merealisasikan yang saling mencerahkan/menguatkan nantinya tidak sekedar defesiensi pembebanan yang saling menyusahkan/ menjatuhkan akhirnya. Ini tegasnya tidak dimaksudkan untuk secara konyol memporak-porandakan kemapanan tatanan yang sudah ada apalagi mengobrak-abrik respek sakralisasi selama ini ... bumerang kamikaze / genosida bagi semua, bro. Ini jelasnya dimaksudkan untuk on ptocess menyelaraskan kembali keberadaban spiritualitas kita yang juga by product akan mengembangkan peradaban eksistensialitas berikutnya....ubah orientasi keselarasanNya saja (selera fashion ~ arah passion) , tak perlu ganti asesories apalagi buat pakaian yang baru (hanya akan ulangi kepekokan & kehebohan lama akan kecenderungan siklus kejatuhan ajaran : Saddhamma > mistik > lokiya > pseudo >addhamma,dst...tidak usah lagi mencari apalagi menjadi 'Tuhan' baru bagi lainnya dengan segala atribut pemikat & penjeratnya/ dogma, agent, power < force < squad etc/ ). Segalanya harus dimulai sebagaimana diri kita disini dan saat ini dengan segala faktisitas keterbatasan yang ada untuk diarahkan .... tanpa harus melagakkan diri seakan diri lain yang sudah berbeda (intinya ulat harus meniscayakan kesedemikianan sebagai kupu-kupu dengan tahapan proses metamorfosis kepompong yang sejati & mandiri tanpa membebankan apalagi menjatuhkan ulat yang memang masih liar bahkan kupu muda yang masih naif tampaknya.) .... Berusaha sebaiknya walau hasil mungkin belum sempurna. Hehehe ..... ini guyonan jangan serius : alien maju dari galaksi / dimensi lain mungkin agak heran memantau kita disini yang begitu lambat nyaris stagnan bahkan cenderung mundur perkembangan evolusi, harmoni & sinergi kosmik kita (keberadaban spiritualitas , keselarasan universalitas & peradaban eksistensialitas) dan senantiasa menyukai, melekati & menikmati dukkha kegalauan, kesakauan dan kekacauannya dagelan kita memerankan diri di planet bumi ini. Sejarah mengajarkan kepada kita satu hal utama bahwa kita tidak pernah belajar dari sejarah ... selalu mengulangi kebodohan, kesalahan dan keburukan yang sama disetiap vatta pembentukan , yuga perjalanan & pralaya penggulungan. Kisah ini semula akan kami kembangkan semacam parodi kiasan namun stuck kemarin (parah!) dan lupa lagi saat ini (payah!) jadi ya ... daripada bicara salah & ndabyah tidak berguna dan malahan membuat resah/sesat lainnya yang otomatis juga mengakibatkan noda batin kosmik diri .maka sementara...Wasalam dulu. alurnya demikian si alien tsb ... pesan moralnya ..... kutipan lampau ...: disimpan di akhir saja ... amrih entuk iwak tanpo butek banyune. (menghindari salah faham karena pandangan yang menyeluruh belum dimengerti ... atau tepatnya tidak mudah disampaikan ). Susahnya jadi introvert pembelajar autodidak visual yang tidak cakap berkomunikasi verbal.
Well ... apa ini saja dulu sebagai awalan pembuka keran ...
Agama = Dilema Junaid al-Baghdadi atas shatahat Mansur al-Hallaj (Ana’l Haqq = akulah kebenaran/Tuhan) : “Berdasarkan syari’at, ia bersalah. Menurut hakikat, Allah Yang Maha Mengetahui.” Al-Junaid dikenal sebagai tokoh sufi yang sangat menekankan pentingnya keselarasan antara praktik dan doktrin tasawuf dengan kaidah-kaidah syari’at. Salah satu ungkapan Al-Junaid tentang ilmu tasawuf yang dikutip oleh al-Kūrânī dalam Itḥâf al-dhakī adalah ucapannya: “pengetahuan kami ini terikat dengan al-Qur’an dan al-Sunnah.” Dengan ini mengindikasikan bahwa ajaran tasawuf menurut Al-Junaid haruslah tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah. Mistik = Simran Panca Nama Sant Mat = zikir respek mantra terhadap 5 "Tuhan" penguasa wilayah rohani kamavacara & brahmanda ? = Niranjan, Om, Soham, Shakti and Rarankar (Alakh Niranjan /surga astral?/ - Omkar /layer kausal = Brahm/mara?) etc ) Dhamma = kutipan lampau (ah ... repot ; mau copas ada di blog akun lain. Di blog akun induk banyak yang diblok, sih ..... Coba kutip lagi saja. Plus file referensi terupdate selama ini di google drive ) .... apa bisa selesai di liburan ini, ya ? Ah... dicoba saja sebisanya. Ini bukan sekedar projek liburan tetapi program seluruh kehidupan bahkan sepanjang keabadian diri. Seharusnya tidak sekedar referensi pengetahuan tetapi realisasi penempuhan. Sesungguhnya tidak hanya diperbincangkan (walau diperlukan?) tetapi harus dilaksanakan (untuk peniscayaan). atau langsung saja ... Tuhan ? Walaupun yang Mutlak memang ada (jika Sentra Sejati yang transenden tidak ada bagaimana mungkin sigma dimensi mandala semesta tergelar dengan aneka zenka keberadaan di dalamnya) namun dalam mandala samsara immanen ini banyak petta, asura, yakha, dewata, brahma bahkan nafs ego yang mengidentifikasi diri berkompetisi, berinteraksi ,bertransaksi saling mengeksploitasi / mengaktualisasi diri. Tuhan (atau ketuhanan tepatnya) adalah konsep bagi samudera energi keberadaan yang kemudian diklaim sebagai entitas figure diri yang disakralisasikan secara personal bagi agama (perlu kebajikan eksistensial untuk perolehan kebahagiaan eksternal) & sebagai keberadaan transpersonal bagi mistisi untuk direalisasikan (perlu kebijakan universal untuk pencapaian keholistikan internal).... bagi Dhamma entitas yang masih berklaim tersebut dipandang masih bersifat samsarik demi transendensi azali nirvanik yang lebih murni (perlu kebenaran spiritual demi pencerahan keterjagaan esensial) ? Dalam pandangan kami konsep/figure Tuhan seharusnya tidaklah sedangkal itu ....kami menggeser tepatnya memperluasnya dalam ketak-terhinggaan yang tidak mungkin terjangkau apapun impersonal infinitum indefinite ( see : bahasan di atas). Bahkan jikapun dalam kenyataannya mungkin demikian kita tetap memerlukan sesuatu yang tak terhingga untuk tumbuh berkembang lebih terarah & terpadu demi sinkronisasi kebenaran dan bagi integrasi keutamaan yang dapat direalisasikan dari, oleh & untuk semua .... paradigma yang terdengar naif untuk didengarkan atau arif untuk dikembangkan ? Mungkin agak nggege mongso walau operasi caesar mungkin memang perlu dilakukan. Agar dari bayi prematur paradigma yang belum tiba saanya ini akan menjadi prototype bagi intelgensi kecerdasan manusiawi kita dalam berfilsafat tidak lagi stagnan & 'mbulet' dan kembali berkembang membaik untuk kehadiran bayi pandangan baru (baca: paradigma sintesa) yang lebih sehat, tepat dan hebat berikutnya. menerima /kenyataan/, mengasihi /kebenaran/ & melampaui /keutamaan/ karena Realitas di kedalaman yang terniscaya sebagai fenomena ke permukaan tsb gradatif (walau memang hirarkis namun tunggal adanya), dinamis (kesempurnaan absolut tidak stagnan namun semakin baik berkembang karena kearifan, kesucian & keutuhanNya) dan integrated (segalanya interconnected demi equilibirium bagi desain kosmik yang homeostasis) keterniscayaan ? prokreasi penciptaan (materi) < emanasi keberadaan (energi) < katalisasi kemungkinan (esensi) Ini memang idea baru yang sama sekali tidak akan pernah menguntungkan ego penganut, penempuh & penembusnya ... tanpa klaim identifikatif/ eksploitatif/ alienatif bagi pembenaran trium falisme, standar ganda dan pembenaran addhama demi kekuasaan eksternal atas lainnya karena .... well, walaupun sebenarnya penyesatan sebagaimana pencerahan memang memunginkan ada sebagaimana juga kesadaran parama dharma dan maha avidya ini namun demikian ..... pengkhianatan terbesar kita sesungguhnya menyangkal kenyataan, mengabaikan kebenaran dan mengacuhkan keutamaan yang digariskanNya bukan hanya demi evolusi, harmoni & sinergi individualitas 'tan-diri' kita namun juga bagi keberlangsungan, keberlanjutan dan kebersesuaian equilibirium bagi kaidah sistem atas desain kosmik yang homeostasis & interconnected mandala semesta ini dan segalanya seharusnya semakin menghampa sebagai ketiadaan murni dari keberadaan sejatiNya. Kenyataan sejati, Kebenaran abadi & Keutamaan azali ini akan selalu terjadi walau kita tidak mampu memahamiNya, walau kita tidak mau mengakuiNya & walau kita berusaha menjauhiNya .
PROLOG
APERSEPSI = PANENTHEISTICS 3Panen-ego-istics ? panentheisme Hyang Esa (Realitas sebagai organisme besar diri ?) .... kesemestaan Panen-geo-istics ? panentaoistic Hyang Ika (Realitas sebagai tatanan agung alam ?) .... keselarasan Panen-deo-istics ? panentheistics Hyang Ada (Realitas sebagai biasan nyata inti ?) .... keterpaduan MONOLOG AKTUALISASI = GNOSIS WISDOM Parama Dharma dalam Mandala Advaita dengan Formula Swadika Beretika atas kesemestaan (Being true , humble, responsible = nobody deserve everything ... just be no fake one in the Real One)Berdaya dengan keselarasan (pengarahan keabadian, pencakapan kehidupan, peralihan kematian)Bersiaga dalam keterpaduan (terjaga sbg esensi transendental, menjaga sbg media universal, berjaga sbg figur eksistensial)EPILOG ANTISIPASI = EPISODE SAMSARIK a quest for secret global ? Be lonely as chickenlish eagle in the trully crowd of eaglelish chicken ... secret in hidden but sincere in real ? ( Bangunlah peradaban eksistensialitas via keberadaban spiritualitas dalam keselarasan universalitas : hitech science empiris / interkoneksi lintas kosmik / bersama saling memberdaya menuju asymptot kesejatian segalanya ) x delusi penguasa semu dunia eksternal tetapi kehilangan segalanya (internal diri sejatinya sendiri) ... harga yang terlalu mahal untuk kedunguan ... walau memang seakan terkesan tampak lebih hebat dari mereka (tepatnya mungkin juga kita semua) yang masih terlelap dalam anggapan naif, harapan liar dan pandangan semu. paradoks terbesar keabadian : nobody really deserve everything meanwhile somebody only possess nothing (keterjagaan > keberdayaan> kebahagiaan)Quo vadis : mendekati yang adibuddha di lokuttara atau memerani 'markandeya' di lokantarika untuk kembali mendagel di samsara, zachner ? ( bersegera dalam keterniscayaan transenden atau masih penasaran dengan penjelajahan universal atau memang kecanduan dengan permainan eksistensial ?)PENUTUPSELESAI
BELUM REVISI, BUANG RESTAN & PLUS IDEA .... ADA PERLU. LANJUT LAGI NANTI, NGGIH ?
REKAP UPDATE BLOG (SD 07072023)KHUSUS = AKAN = NEXT REKAP (07072023)
dari REKAP IDEA SD 07072023 (30072023)
coba style :
Be Realistics to Realize the Real Bersikap realistis untuk merealisasi yang real NDAGELE SAKMADYO WAEjalani drama kehidupan ini sewajarnya saja Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan.
Well, mungkin inilah saatnya bagi kami untuk berbagi bukan lagi sebagai "persona" sebagaimana figur yang seharusnya diperankan (sebagai seorang manusia yang lahir dan hadir di dunia ini dengan segala atribut eksistensial yang ada) namun sebagai sesama zenka "seeker" yang terbang menjelajahi cakrawala pengetahuan keabadian dalam kehidupan ini dengan dua sayap paradoks keterbukaan dan keterjagaan atas dualisme kenyataan menjaga keberimbangan, menjalani keswadikaan dan menggapai kebijaksanaan sebagaimana harusnya ….Sayang sekali walau mungkin cukup sarat akan wawasan pengetahuan namun sangat minim dalam penempuhan sehingga tiada layak dalam tataran penembusan yang seharusnya bisa dicapai. Ini tidak hanya membuat kami risih namun juga riskan. Apalagi bahasan spiritulitas ini tentuna akan menyerempet (melanggar ?) masalah yang bukan hanya sangat krusial namun juga sangat sensitive bukan hanya bagi para Neyya Buddhist namun juga umat agama lain termasuk (terutama?) saudara muslim kami. Disamping kami harus menjaga logika, bahasa dan etika dalam penyampaiannya tampak sangat perlu moderasi keterbukaan pengertian untuk tidak salah faham akan orientasi niatan kami dan juga sikap kritis keterjagaan penalaran anda semua jika memang ada kesalahan pandangan yang kami ajukan. Ini hanyalah kontribusi pandangan untuk memperluas pandangan kita dengan tanpa maksud sama sekali untuk meng-konversi diri sendiri ataupun orang lainnya ke suatu ajaran tertentu namun sekedar masukan wawasan untuk kembali mentriangulasikan paradigma cara pandang kita bukan hanya dalam kehidupan duniawi ini dengan segala problematika figure eksistensial kita yang multi peran namun juga demi keberlanjutan kita mensiagakan diri dengan segala keberdayaan yang diperlukan untuk menghadapi segala dilematika kemungkinan yang ada (bahkan jika itupun ternyata berbeda sama sekali dengan yang telah kita yakini dan persiapkan selama ini). Pada intinya nanti walau dalam leveling pemilahan memang perlu adanya kebaikan untuk melayakkan taraqqi yang lebih baik namun dalam labeling tidak ada yang perlu merasa direndahkan/ ditinggikan karena memang demikianlah desain keberadaan kasunyatan ini memang harusnya/nyatanya tergelar. Segalanya terlingkup sebagai aneka dvaita pelangi kenyataan dari cahaya advaita mentari kebenaran dalam living kosmos kesemestaan homeostatis tunggal yang sama … amala, avimala (prajna paramita hrdaya sutra).
Sadhguru Yasudev Quotes : Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.OKAY ...Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan) dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara: Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.
Sadhguru Yasudev Quotes : Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menempuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah merekaSUCHNESS PHILOSOPHY = PARAMA DHARMA , MANDALA ADVAITA & FORMULA SWADIKA ?singkatnya begini ... Adalah Sentra Dhyana bak Wujud mentari keber-Ada-an yang memunculkan Parama Dharma azali corona energi (jadi inget term pandemi kemarin, ya ? ) maka tergelarlah dalam keniscayaan ketiadaan murni azali menjadi samudera sigma kuanta materi cahaya dalam segala layer dimensi wilayah mandala advaita demikianlah kesedemikianan itu tergelar sebagai desain sistem yang homeostatis interconnected equilibirium bagi setiap diri cahaya tersebut untuk beraktualisasi sesuai di dalamnya atau untuk pulang kembali dalam kemurnian azalinya dalam formula swadika yang tepat. KOK RIBET BEGINI GAMBARANNYA
LINK SEMENTARA GOOGLE DRIVE =REKAP SD 13072023 OKE (108.79 MB )LINK SEMENTARA GOOGLE DRIVE =EBOOK ABHIDHAMMA BUDDHISME INA (DBS, ETC) = 184.01 MB ?ARCHIVE ORG MENYUSULSkip to main content listing of REKAP SD 14072023 REV.zipDESAIN FORMAT PRAKATAPROLOG MONOLOG EPILOG PENUTUP
FORMAT PRAKATADIBLOK LANJUT
BAHASAN LANJUTAN LANJUT ....
JUST SHARE Saling Berbagi Selasa, 11 Juli 2023 LANJUTKAN , SEEKERS
PRAKATALANJUTAN PASKA DIBLOK Selamat datang kembali, phoenix ~ burung yang lahir dan bangkit kembali dari kematian
referensi total & halal (.) = Rekap Idea atau referensi legal & halal (!) = REMIX IDEA PLUSreferensi total (+ haram?) = RESET IDEA PLUS (JUST FOR SEEKER)kalau ini .... referensi (tidak hanya) legal (namun juga) haram ? Hebat ... sedangkan Tuhan seakan membiarkan kenaifan, kesemuan & keliaran kita bebas mewujud dalam kenyataan mengapa upaya sebaliknya justru dihalangi ? SPAG ... Stop playing as God (Berhentilah berlagak seakan menyamai /menyaingi /melebihi Tuhan) jika suara & kata ini memang bukan untuk telinga & mata anda. Sebagaimana kami yang berusaha arif mensikapinya ... semoga anda juga bisa menjalaninya.
LANJUT ....
MASIH ADA ? ( sudah genap satu bulan tidak diblok ... Nekat juga ... baiklah lanjutkan )https://just2share4seekersall.blogspot.com/2023/05/why-not.html JUST2SHARE4SEEKERS Senin, 15 Mei 2023 WHY (NOT) ?
Sudah melewati sebulan (bahkan hampir satu minggu lebihnya, bro). Well, tanpa niatan mengkhianati amanah atas komitmen janji semula namun sungguh masih repot / ribet nih ... masih tuntaskan tugas eksternal plus tunggu tayangan video pak Hans ELA + pak Faiz MJS akhir minggu ini (untuk slides) & file Pure Dhamma terkini lagi. Liburan minggu depan semoga bisa, nggih ? Sementara ini dulu via Google Drive ... kalau sudah lengkap nanti via Archive.Org seperti biasanya ... plus posting. Capek & mbulet gaya induktif bidan socrates ... so, nanti kita coba deduktif langsungan saja walau riskan juga namun untuk mempermudah dioperasi caesar saja bayi pandangan tersebut (susah harus mengingat/ mencari pijakan referensi autentik akuratnya, sih ...). Namun tampaknya banyak tayangan yang arahnya ke sana juga ... jadi nggak ewuh lagi sekarang. Well, walau mungkin bungkam memang aman & nyaman tidak perlu menyusahkan diri sendiri saat ini namun bisa jadi justru akan membiarkan rusak kecenderungan keseluruhannya termasuk bagi kelanjutan diri dan lainnya nanti (bukan hanya paska pralaya kematian individual namun bisa jadi yang lebih besar dari itu semua ... jika inferensi pandangan ini benar. Walau mungkin tidak mudah difahami dan susah dijalani toh kita nantinya harus arif menerima jika itu terjadi .... jadi, ya ... Amor Dei, Amor Fati ..... Que sera sera - Pantha Rei ). Kok jadi lebai serius amat sih ... segalanya memang harus tetap mengalir begini dalam peniscayaan kesedemikianannya (baik terungkap maupun tidak .... tanpa peduli diterima atau ditolak ... tanpa masalah dijalankan atau diabaikan). Well, Semoga nantinya saya bisa tidak asal ngomong namun bisa ngemong tanpa harus mencela ide / ego lainnya untuk dianggap/menganggap mulia .... tanpa berlagak seakan berlabel demikian yang justru akan menjadikan diri terniscayakan nista adanya dalam hakekat di saat ini dan dampak lanjutnya nanti . Bukan dalam busa ego seakan uebermensch , rausyan fikr, atau aneka label megah lainnya ... namun hanya sebagai sesama air belaka di semesta materi keberadaan, dalam samudera energi keilahian dan bahkan esensi kesunyataan yang sama ... (tetap berusaha) tanpa buih untuk sekedar berbagi.... tanpa niatan menjaring hati, membentuk opini dan mencari legitimasi untuk menghibur diri, mencari kuasa dan saling menyesatkan (seakan mencerahkan?) diri dan lainnya. Meminjam terma tokoh agama Abrahamik tanpa merasa semulia Musa yang walau tetap harus dalam kelembutan menghadapi Firaun (QS 20 : 44 = khotib ulama vs Al Makmun , Cak Nun vs Jokowi ?, etc) karena ini lebih seperti Yunus yang merasa tidak pantas (karena level diri atau zhon lainnya ?) namun tetap merasa perlu bicara sekedar menuntaskan amanah dan menghindarkan diri dan lainnya dari bencana yang mungkin akan namun tidak perlu terjadi dan untuk kebaikan yang mungkin perlu dijalani dan mampu dicapai. Ah ... kok jadi ikutan berlagak sebagai/ seperti lainnya ... Just Be yourself (Cukup jadi dirimu sendiri saja ... seburuk / serendah apapun itu karena memang hanya itu saja yang nyata autentik untuk diarahkan peniscayaan kelayakan nantinya). Dan ini bukan manuver politik lho (pemilu 2024 ? ... apa perlu golput lagi agar tiada yang berghibah & memfitnah lagi (inget dampak lanjut, bro ... vires (pandemi) atau cures (musnah) mauNya ... agar bisa ndemit bersama di alam barzah hingga qiyamah? tidak masalah .. bahkan maaf, kalaupun kami memang ternyata mampu berbelok diitikungan, Ashin ... itu tidak akan kami lakukan karena kami merasa perlu bahkan patut untuk singgah ke sana juga bahkan hingga apaya lokantarika bersama para badut kosmik lainnya paska mahapralaya wilayah pecandu sensasi kebahagiaan eksternal kamavacara tanpa balance keberdayaan internal brahmanda apalagi tiada keterjagaan azaliah esensial lokuttara hingga bentukan mandala semesta baru untuk romantika pagelaran kisah kasih nama rupa baru di sini atau di lokadhatu lainnya ? )keceplosan lagi ? ah .... biar saja. Kalau diblok lagi kan ada alasan untuk kembali bungkam ?playlist LINK CAESAR PLUS CAESAR plus antitesisnya juga, ya (sebagai penyeimbang, pengujian dan pengutuhannya)Agung Webe sepertinya adalah rekan seeker kami puluhan tahun yang lalu (paska reformasi pra menikah) yang sehari bersama ke Anand Ashram dan bersama adik pernah bermalam di rumahnya /pramugara MNA dari Bekasi? ..... Atau mungkin ini orang yang beda. / .... Well, By the way ... kami cukup tanggap akan ketulusan niatan baik dibalik rhetorika provokatif dalam memerankan dirinya sebagai gadfly ala Socrates atau Osho saat ini karena memang susah membangunkan kita yang masih tertidur dan lelap bermimpi ? /jadi inget istri yang terpaksa harus keras 'bernyanyi' bangunkan suami & putera-puterinya yang semuanya hobi suka begadang dan baru ambruk tertidur larut malam /menjelang pagi hingga selalu bangun kesiangan./ hehehe... nggak semuanya lelap tertidur, bro ... bahkan ada yang sudah terjaga untuk kemudian juga menumbuh-kembangkan kefahaman/ kesadaran / kelayakan dirinya walau memang kebanyakan masih seperti kami ... masih kacau kewalahan, galau kelayapan dan sakau bermalasan ditengah kerepotan eksternal/ keribetan internal dari episode keabadian yang bernama kehidupan hingga kematian nanti (?). .... Hanya berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia saja ? Harusnya tidak.
MASIH NEKAT ... (dasar mental petaruh ... sudah tahu pasti dikalahkan & disalahkan tetap maju terus, hehehe) . Di akun induk saja, capek & ribet bolak balik alih 7 akun. Berbagi (sebagai media kosmik) /walau tanpa niatan menguntungkan sama sekali bahkan sesungguhnya malah menyusahkan diri pribadi saja?/ sebenarnya tidak akan rugi demi peniscayaan inner growth di dalam walau mungkin tidak dipuji (aleman/ anggepan amat, bro) bahkan bisa saja malah dimaki lainnya (semoga tidak terlalu tranyakan kulak perkoro) , hehehe.
Postingan ini tidak dipublikasikan karena melanggar Pedoman Komunitas Blogger. Untuk memublikasikan ulang, perbarui konten agar mematuhi pedoman.Well ... Sejujurnya kami tidak tahu dimana pelanggaran kami atas notifikasi tsb ... mungkinkah memang posting tersebut memang tidak tepat untuk audiens, waktu & tempatnya ? padahal kami sudah sampaikan/ingatkan sebelumnya
kutipan : http://teguhqi.blogspot.com/2020/11/just-seeker.html Kutipan ini tidak atau belum (?) diblok, lho So, ini Hanya untuk para penjelajah sejati bukan untuk yang hanya asal / ikut percaya (terpaksa ?) karena sebagai arus kesadaran abadi sebagaimana juga lainnya setiap kita bertanggung jawab atas diri sendiri dalam peran eksistensial, universal dan transendental pada perjalanan bersama ini. (dengan selaras melayakan peniscayaan kesedemikianannya tidak sekedar percaya / terpaksa menerima kepastian permainan keabadian ini) Kesemua ini hanyalah referensi yang tetap harus diteliti, diuji dan direvisi sesuai dengan faktitas keberadaan diri. & realitas kenyataan yang sesungguhnya terjadi. Sekedar dimaksudkan sebagai sharing masukan bagi pemberdayaan dan tidak untuk memperdayakan Semoga ini tidak menjadi/dijadikan belenggu penjerat & bumerang penyesat bagi diri sendiri dan lainnya .dsb.Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif). Jika menyimpang dengan saddha/ iman anda sebaiknya dibuang atau diabaikan saja ... "Kembali ke Jalan yang Benar" istilah agamanya begitu, hehehe. (Atau baikan nggak usah diteruskan membacanya saja ... daripada ribet & risky untuk semua nantinya). Well, posting ini memang spesial untuk para truth seeker bukan true seeker apalagi faith believer. Ini memang perlu ekstra kecerdasan, kedewasaan dan kebijaksanaan untuk difahami dan disikapi sebagai sharing idea gnosis philosophy/ cara wisdom psychology belaka bukan dogma untuk diyakini apalagi harus dijalani. WELL, Langsung saja ... lewati kutipan konsideran for readers (kebijaksanaan bagi seekers /pemakluman untuk non seekers) .... ribet & capek.(yang penting & mendesak saja dulu untuk hal baru)
Dicoba lagi, nggih .... Audience , Waktu & tempat ? susah juga .... Audience ? idealnya para pemerhati spiritual yang walau tidak terlalu cakap (faham abhidhamma misalnya) namun perlu moderat (bisa menerima pandangan yang berbeda tanpa harus percaya begitu saja apalagi langsung menyela & mecela jika berbeda ... well, SBNR sekuler tampaknya akan lebih baik namun SBAR pluralis bolehlah jika sudah cukup mampu memandang adanya keselarasan, keterpaduan dan keterarahan pelangi perbedaan akan/atas mentari kebenaran yang sama ... plus kejanggalan penyimpangan untuk dimaklumi/ dihindari & kemungkinan pengembangan melalui/ melampauinya). Mistik kejawen ? okelah ... namun perlu kami tekankan ini adalah masalah pengembangan kesadaran spiritual on process bukan pemanfaatan kecakapan metafisik by product (sebagai padaparama jujur saja kami tidak mampu ... bahkan kalaupun mampu kami seharusnya tetap juga seharusnya tidak perlu tersekap di dalamnya ) Waktu ? seharusnya ini hanya baru akan bisa terungkap di masa depan itupun jika dalam laju lineariras waktu yang dijalaninya manusia sudah tumbuh berkembang secara spiral membaik/maju meningkat tidak siklis berbalik/mundur terjatuh sebagaimana kecenderungan episode samsarik yang walau sebetulnya mampu dilampaui namun susah juga terjadi (apalagi jika ada vandalisme pemaksaan / penyesatan/ kelengahan yang menghancurkan / memundurkan perkembangan proses keberadaban & peradaban yang sedang berjalan baik internal maupun eksternal ?) ... Kebenaran, kebajikan & kebijakan itu walau merupakan keutamaan yang seharusnya secara sadar & wajar dijalani namun dalam bumi kenyataan ini sesungguhnya memang lemah & rapuh (mudah hancur dan dihancurkan oleh keganasan yang semu, naif & liar, Osho ?) apalagi jika semakin rendah layer dimensi semestanya & semakin dangkal level pribadi penghuninya, Tempat ? lokadhatu duniawi saat ini mungkin belum tepat walau tidak terlalu tidak tepat. konsideransi ? kutipan : Keberadaan sebagai manusia di mayapada dunia ini memang tidaklah seindah surga Devata kamavacara atau semulia jhana moksha para Brahma, namun demikian walaupun tidaklah sekondusif wilayah antara suddhavasa tetapi keberadaan mediocre ini justru bisa menjadi effektif bagi pertumbuhan dan perkembangan spiritualitasnya jika cukup reseptif menghayati, menjalani dan melampauinya secara benar , sehat dan tepat … tidak hanyut dalam arus eksistensi namun tidak juga teralienasi. Secara ideal audience, waktu & tempat memang tidak ada dan tidak akan pernah ada bagi evolusi, harmoni & sinergi bagi spiritualitas untuk mudah tumbuh dan berkembang karena kita bukan hanya harus autentik menerima fakta kenyataan secara sesuai namun juga ada level kebenaran yang harus dilalui secara harmonis dan stage keutamaan yang harus holistik dilampaui . Namun demikian justru karena adanya faktor negatif yang ada tersebut yang postif akan bisa diwujudkan. Lagipula, segalanya memang harus dimulai dari diri kita ini, disini dan saat ini ... apapun level pribadi, situasi & kondisi semulanya. So, Perlu pandangan yang utuh totalitas, pragmatis berguna & konsisten berlanjut dalam mandala yang homeostatis interconnected, equilibirium bagi keseluruhan / keselarasan / kesedemikiannya bagi aktualisasi yang autentik, harmonik & holistik (tidak layak identifikatif , tidak perlu alienatif dan tidak patut eksploitatif). Quantum leap bagi paradigm shift dalam stagnansi keberagaman filsafat & psikologi di era post modern ini dst ? Fase Religius Soren Kierkegard < Positivistik Auguste Comte < .... ? = (estetis-etis-religius)< (teologis-metafisis-positivist) < ... ? langsung saja ?: Panen-istics atas triade diri , alam & inti ? Panen-ego-istics ? panentheisme Hyang Esa Panen-geo-istics ? panentaoistic Hyang Ika Panen-deo-istics ? panentheistics Hyang Ada Masih, mbulet ya ? rehat dulu lagi saja ... cari familiaritas akurat diksi kata/ wacana idea yang mudah/ tepat agar lebih jelas/dekat sesuai maksud kami).
ikutan agak tricky cari celah demi diterima di Indonesia, hehehe ? (keTuhanan yang Maha Esa, Bhineka Tunggal Ika ... apalagi, ya ? Cahaya Pancasila ? ... wah, kok jadi lebai berlebihan melampaui batas begini ? ... padahal kebenaran sejati itulah yang hakiki selalu terjadi walau tidak butuh diakui atau disetujui siapapun juga ) Jadi inget adaptasi / adoptasi istilah Ashin Jinarakita tentang Keilahian tanpa klaim yang tidak lazim untuk keilahian impersonal Buddhisme di Indonesia sebagai Hyang Adi Buddha atau para Theosofi Sufisme bagi Tuhan Transpersonal yang (tidak mudah namun perlu) dikenal atas Tuhan Personal yang sudah 'akrab' dikenal (Nous = Nur Muhammad etc untuk filosofi Plotinus tentang Logos Tohen bagi desain tanazul taraqqi ekstase atas emanasi penempuhan transendensi keIlahian, Suhrawardi ?). Well ... kami tanggap itu dimaksudkan untuk mensublimasi kemuliaan tidak dalam niatan mendegradasikan atas konsep/ figure yang dimaksud demi transendensi ke wilayah samudera keilahian yang lebih terarah murni tanpa perlu menyimpang (lampaui faktisitas pembatasan atau keterbatasan istilah ?).
atau dari kutipan posting lalu : Rekap Idea atau https://just2share4seekersall.blogspot.com/2022/12/rekap-idea-sd-11122022.html tidak atau belum (?) diblok juga, lho Panen-ego-istics ? panentheisme Hyang Esa .... Kasih Jadi turun level agak romantis lagi, nih .... ingat refleksi pribadi "Kun Saidan" (Berbahagialah - Anisah May dari Tasauf Modern Hamka ) ... Just loving the Love. Cintailah Cinta (Sumber Sejatinya bukan sekedar Media Obyeknya). Cintailah Tuhan (baca: Kebenaran) sebagaimana kehendakNya bukan hanya sekedar untuk mengumbar kepentingan ego yang selfish. Karena apapun yang diberikanNya (sekalipun seburuk atau seberat apapun itu tampaknya di permukaan) adalah tetap yang terbaik bagi kita ... karena itu demi kebaikan pemberdayaan kita bukan untuk memperdayakan kita. Atau dalam Mistik Theosofi dikatakan Tuhan menjadikan ini semua dengan cinta oleh karenanya dengan cintalah hendaknya kita menempuhnya untuk memahami dan mencintai kebenaran itu sebagaimana adanya.. 3 dantien = akal - hati - pusat (tidak ada yang salah dari semuanya jika selaras terpadu ?) Wah, agak melantur tampaknya bahasan kearifan samsarik & curhat pribadi ini. Semoga para Neyya (terutama para pabajita) tetap mampu waspada terjaga dan tidak hanyut terbawa arus idea ini. Para Mistisi (Tantrik Osho, Taoism ?) kadang terjebak dan tersekap dalam labirin sex - cinta - kasih ini. Sex atau birahi (kama) bersifat nafsu sensual, cinta (sneha) bersifat personal , sedangkan kasih (metta) bersifat kosmik impersonal. Ini kami ungkapkan bukan hanya karena kami memandang tetap perlunya pembabaran Saddhamma yang walau memang ditempuh secara eksistensial hendaknya juga melampaui universal untuk menjangkau transendental demi transformasi pencerahan spiritual yang dijalani. Alasan lain adalah dikarenakan kami memandang living kosmik ini utuh dalam keseluruhan (katakanlah semacam organisma besar) maka perlu perimbangan kemurnian nirvanik yang arif/kuat mengatasi kecenderungan alami samsarik yang 'naif/liar' untuk membuatnya cukup 'sehat/ tepat' agar tetap mantap bertahan dan lancar berjalan. Jikapun tidak memungkinkannya dalam keterjagaan pencerahan total keseluruhannya minimal tidak membuatnya jatuh terpuruk dalam kehancuran. Meminjam istilah Sadhguru Yasudev (?), Karma samsarik sesungguhnya tidak hanya berdampak sebatas pada pribadi eksistensial pemerannya saja namun juga bereffek pada wadah arena semesta universal yang menampungnya. Atau menganalogikan dalam Mistik Hinduism (day & night of Brahman ) seandainya samsara ini hanya Ke-Esa-an yang terlelap bermimpi, maka jika beliau terjaga semoga senantiasa lebih segar karena kecerahan tidur tanpa "mimpi buruk"nya ....mungkin perumpamaan itu bisa menjadi pemicu baru mengapa transendensi eksistensial evolusi pribadi perlu dijalankan dan transendensi universal harmoni dimensi perlu diusahakan ... (sekedar tambahan terma filsafat theosofist ini : eros - filia - agape ? cinta sensual - altruisme kemanusiaan - kasih keIlahian ) So, Be Selfless (not selfish ? )
Panen-geo-istics ? panentaoistic Hyang Ika.... Kuasa Bagaimana dengan Tao ? Tao sering didefinisikan sebagai Roh Universal yang berada dalam segalaNya ... Kesempurnaan azali yang terus menyempurnakan kesempurnaan abadiNya. Konsep absurd : Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao. Well ... Paradigma Panen-Tao-istics mungkin bisa juga digunakan SBNR karena ini walau sekuler namun akan lebih ilmiah ketimbang panen-Theis-tics SBNR yang kami ajukan karena lebih autentik & holistik tersentralisasi untuk aktualisasi penjelajahan tanpa terbelenggu sakralisasi ... namun jaga keberimbangan & keseimbangan dalam pertumbuhan perkembangannya agar tetap teraktualisasi sempurna dalam pengetahuan, penempuhan & penembusannya . Wah .. paramitta Boddhisatta 3 layer untuak akselerasi pelayakan keniscayan diri jadi boleh dilakukan bagi evolusi pribadi namun tetap jaga harmoni kebersamaan dan sinergi kesemestaan jika tercapai kelayakan untuk tidak jatuh apalagi menjatuhkan lainnya. Be True, Humble & Responsible ? harusnya lebih tepat/ nekat lagi ... True dimaknai sejati tidak sekedar dalam laku kejujuran namun asli autentik dalam kemurnian, humble menghampa untuk sempurna merengkuh segalanya tidak sekedar merendahkan hati untuk reseptif meninggikan kelayakan diri & responsible karena memang itu keniscayaan yang terjadi, kan ? (Jadi tidak lagi perlu benalu pengharapan yang akan merendahkan kelayakannya apalagi penganggapan konyol keakuan yang justru bukan hanya memandekan namun bisa saja menyesatkan dan menjatuhkan level realitas ... labirin paradoks papanca input karena output ?) Just Wei Wu Wei ... hanya persembahan keutamaan (wah ... termanya lebai banget ... untuk sekedar pengetahuan bolehlah tetapi untuk menghindari klaim penghebohan kepekokan bagi penempuhan untuk penembusan risih juga,nih ... main kepekaan rasa tidak asal klaim idea saja, bro) ... hanya ada tindakan kebaikan tanpa keakuan yang ingin pengakuan apalagi pemujian/ pemujaan dan tiada kemauan untuk mementahkan kelayakan peniscayaan yang seharusnya memang sudah pasti .. Meminjam istilah Panen-Theistics SBAR kami : kita hanyalah ketiadaan murni yang seharusnya selaras mengada dihadapanNya tanpa harus mengada-ada dalam keakuan tiada perlu meng-ada adakan dengan kemauan .... apa yang layak akan terlayakkan pada saatnya karena itu kaidah Dhamma kebenaran di setiap dhamma kenyataan sesuai dengan kepastian Dhamma dari DhyanaNya. SegalaNya (Laten DeitasNya) bermula, berada dan kembali kepadaNya (triade : diri – alam – inti ) Bermula karena katalisasi peniscayaan keberadaan > emanasi keilahian brahman > prokreasi penciptaan ketuhanan Berada dalam kaidah kosmik (Parama Dhamma akan advaita niyama dharma : keutamaan > kebenaran > kenyataan ) Kembali kepada mandala advaita ( segalanya berada dalam sigma kewilayahan yang sama dari ketidak-terhinggaan yang bukan hanya mungkin memang sudah ada namun juga belum ada , akan ada bahkan susah ada karena konfigurasi peniscayaan yang sudah/belum/akan/tidak terpenuhi.) Gradasi tidak hirarki ? karena walau beda level , layer & label keberadaannya berada dalam kealamian, keilahian & kemurnian advaita mandala yang sama Ah ... Susah juga memadukan apalagi mengungkapkan (terlebih lagi merealisasikan) paradigma kebijaksanaan kesedemikianan demi keselarasan bagi keseluruhan. Maaf, Socrates ... terpaksa untuk mempermudah & memperjelas paradigma kesedemikian ini kami ajukan framework deduktif tidak lagi induktif majeutike terus ... walau bukan hanya sungkan, riskan & kompleks rintisan pandangan ini. .
Panen-Deo-istics ? panentheistics Hyang Ada.... Wujud MANDALA SEMESTA

Desain kosmik mandala ini memang kelihatan aneh & unik ... banyak paradoks & labirin dalam sistemNya. Well ... mentari Dhamma kebenaran transendental yang tidak hanya translingual namun juga transrasional mungkin memang harusnya demikian agar ada ruang / peluang bagi avidya kebodohan secara semu, naif bahkan liar membiaskan pelangi semu keberagaman ... agar bisa makin mengesankan (juga mengenaskan) kepekokan & lebih mengasyikan (juga mengesalkan) kehebohan dagelan nama rupa samsarik di dalamnya, hehehe . Secara mikrokosmik jika diri bertransendensi semakin ke atas & ke dalam (realisasi> aktualisasi x defisiensi) justru secara makrokosmos semakin luas wilayahnya (bukan hanya memungkinkan kemantapan saat ini namun juga melayakan peniscayaan fase berikutnya disamping melingkupi permukaan yang di bawah & di luar sebelumnya) ... So, triade realisasi evolutif (zenka keberadaan diri), aktualisasi harmonis (sigma kebersamaan alam) dan sinergi holistik (sentra kesedemikianan inti) mutlak secara simultan progresif difahami , dijalani dan dilampaui untuk tidak stagnan tumbuh berkembang tanpa harus tersesat dalam labirin apalagi tergelincir dalam kejatuhan (saran ideal bagi kita yang idiot, bro)
INFERENSI DIMENSI = urut dari bawah gradasi vs MLD avijja diri (dampak karmik & effek kosmik)
NO
WILAYAH
LAYER
ORIENTASI
MODE
SIFAT
TERM
TYPE
DIRI ?
TATARAN
1
Kamavacara
Eksistensial
Kebahagiaan
Eksploitasi
Transaksi
Lillah
Persona
Mengaku (sebagai aku)
Personal
2
Brahmanda
Universal
Kesemestaan
Interkoneksi
Harmoni
Billah
Monade
Mengesa (sebagai kita)
Transpersonal
3
Lokuttara
Transendental
Keadvaitaan
Aktualisasi
Sinergi
Fillah
Sakshin
Meniada (sebagai dia)
Impersonal
NO | WILAYAH | LAYER | ORIENTASI | MODE | SIFAT | TERM | TYPE | DIRI ? | TATARAN |
1 | Kamavacara | Eksistensial | Kebahagiaan | Eksploitasi | Transaksi | Lillah | Persona | Mengaku (sebagai aku) | Personal |
2 | Brahmanda | Universal | Kesemestaan | Interkoneksi | Harmoni | Billah | Monade | Mengesa (sebagai kita) | Transpersonal |
3 | Lokuttara | Transendental | Keadvaitaan | Aktualisasi | Sinergi | Fillah | Sakshin | Meniada (sebagai dia) | Impersonal |
Selesai ? masih belum .... orientasi kebijaksananaan kesedemikianan kita adalah keselarasan bukan kesempurnaan, bro (ingat : kode etika 10 Ali Shariati ) Jadi, Gnoti Seauton (Kenalilah dirimu /sebagai makhluk ?/) karena Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu hanya dengan mengenal diri (dengan segala keterbatasan makhlukiyahnya betapapun hebat pencapaian dan megah pengakuannya) maka kita akan mengenal Tuhan (Hyang Maha Sempurna dan SegalaNya). Ini adalah orientasi keyakinan awal dan juga realisasi kebenaran akhir. Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya. Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada. Dia adalah Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.) Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya)
Mandala Samsarik Buddhisme (31 alam kehidupan)

atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini Skema Wilayah Tanazul Genesis & Taraqi Ekstasis meniscayakan keterrealisasinya transendensi impersonal bagi evolusi pribadi demi harmoni dimensi
Wilayah
1
2
3
Transendental
Nibbana ‘sentra’ ?
Belum diketahui ? 7
Tidak diketahui ? 8
Tanpa diketahui ? 9
Nibbana ‘sigma’?
Belum mengakui ? 4
Tidak mengakui ? 5
Tanpa mengakui ? 6
Nibbana ‘zenka’ ?
Arahata 1
Pacceka 2
Sambuddha 3
Universal
Brahma Murni (Suddhavasa)
Anagami 7 (aviha Atappa)
Anagami 8 (Sudassa Sudassi)
Anagami 9(Akanittha)
Brahma Stabil (Uppekkha )
jhana 4 (Vehapphala)
Asaññasatta 5 (rupa > nama)
Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )
Brahma mobile (nama & rupa)
Jhana 1 (Maha Brahma)
Jhana 2 (Abhassara)
Jhana 3 (Subhakinha)
Eksistensial
Trimurti LokaDewa
Vishnu 7 (Tusita)
Brahma 8 (Nimmãnarati)
Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti)
Astral Surgawi
Yakha (Cãtummahãrãjika) 4
Saka (Tãvatimsa) 5
Yama (Yãma)6
Materi Eteris
Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)2 Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3
Wilayah | 1 | 2 | 3 | |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 | |
Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 | |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) | |
Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) | |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
Astral Surgawi | Yakha (Cãtummahãrãjika) 4 | Saka (Tãvatimsa) 5 | Yama (Yãma)6 | |
Materi Eteris | Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3 |
Secara filosofis (hanya inferensi hipotetis, lho) tampaknya masih ada 2 (dua) level tataran keberadaan diri paska Asekha (Arahata, Paccekka, Sambuddha ) yang belum diungkapkan (mungkin akan dicapai) Buddha Gautama di wilayah transenden lokuttara dimana kebijaksanaan Sakshin akan keannattaan diri dari dagelan nama rupa samsarik bukan hanya layak dalam notion berpandangan namun juga dalam pencapaian via realisasi penempuhan tidak sekedar referensi pengetahuan belaka. - Asekha = telah bajik terjaga ( namun dengan klaim mandiri tersucikan ... keakuan azaliah zenka nirvanik ?) See : Aneka Jati (Dhammapada 153 -154) Udana Vatthu - Advaita = telah bijak terjaga (tanpa klaim kesudah-sucian pribadi ... keesaan azaliah sigma mandala ) See : amala avimala ( Prajna Paramitta Hrdaya Sutta ) - Adibuddha : telah benar terjaga See : Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam (Udana 5.3 Parinibbana ) Sudah selesai ? Walau dalam mandala zenka keberadaan diri mungkin sudah cukup namun masih belum untuk wawasan/ tataran kesedemikianan keseluruhan sigma & sentraNya. Memang agak spekulatif jika kita lanjutkan bahasan alternatif multiverse sigma & Maha Sentra. multiverse sigma = Mandala wilayah keberadaan yang kita huni ini mungkin hanya satu dari sekian banyak lokadhatu serupa yang ada. Tidak sekedar dimensi kamavacara bawah dunia fisik ini saja (quantum paralel) namun bahkan hingga seluruh mandala keberadaan spiritual zenka keberadaan diri bahkan hingga lokuttara. Mungkin ada wilayah yang lebih luhur namun ada juga yang lebih parah dari mandala spiritual kita. Yang paling luhur asymptot berada mendekati Maha Sentra Azaliah SegalaNya yang paling parah kualitas kemurnian spiritualitas terlempar menjauh dariNya ( Walau kesemua yang immanen bagiNya tetap terlingkup dalam Wujud, Kuasa & Kasih TransendenNya).
Maha Sentra = Dhamma Dhyana segalaNya Dhyana Dharma Keberadaan :Fase 1 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! )Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )Dharma Dhyana Keberadaan :Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )
Dhamma Dhyana akhir segalaNya ? Dhamma & Dhyana adalah state keberadaan abadi sejak azali Tuhan ? Ini agak susah diungkapkan ... bahkan jujur saja ini imaginasi intelektual yang agak kami paksakan karena sudah terlalu sulit bagi kami meng-inferensikan kemungkinan tertinggi hanya dengan apersepsi pengetahuan tanpa aktualisasi penempuhan apalagi realisasi penembusan. Mungkin agak mirip (tapi harus dengan inferensi kedalam/atas bukan analogi keluar/bawah, lho ... supaya tetap murni naik tidak jatuh karena klaim semu ) dengan Hipotesa Saguna-Niskala pada Brahma Vidya mistik Hinduisme atau ibarat baskom air jernih yang merefleksikan matahari di atasnya seperti mistik kejawen ... Seluruh keberadaan ini adalah refleksi semu belaka dari wujud keberadaan, kehendak dan kasih sayang Causa Prima azali, Sentra Segala Abadi & Destinasi Orientasi dalam kesedemikiananNya (mumkimul wujud atas wajibul wujud Sufisme). Jadi, Tuhan transenden suci dari segala kenaifan, kesemuan & keliaran deifikasi, identifikasi & eksploitasi kita (bahkan seharusnya jika itu hanyalah figure/ konsep laten deitas keilahian immanenNya saja ) dan tidak mungkin bahkan tiada layak bagi kita untuk menjadikanNya ( menjerat /memperalat ?) demi bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya ... Walau Buddha memaklumi keilahian kamavacara (masih mendamba terdefisiensi pada sensasi kebahagiaan eksternal pengakuan kekuasaaan atas lainnya ? yakha , dewata etc... see : ratana sutta & khanda paritta) namun tidak untuk level brahmanda (yang seharusnya sudah stabil mandiri akan kebahagiaan intenal atas fantasi keberdayaan energi ilahiahNya ... see : Brahma Baka ... mengapa ?)namun Beliau respek akan keilahian pada level lokuttaraNya (ajatan, abhutan, ashankata .. Hyang memang seharusnya sudah bukan hanya bijak, bajik namun benar terjaga dalam esensi level murniNya tanpa klaim label keakuan apalagi pengakuan & pemujaan akan dagelan nama rupa kosmik ini ?). Well, kami agak menyayangkan pernyataan sejumlah tokoh (Osho,etc) terkadang terlalu berani mengkritisi term sensitif Tuhan ini yang dideifikasikan dalam sakralisasi agama atau direalisasikan dalam identifikasi kesatuan mistik ... Mohon berempatilah dalam dillema kosmik ini. Janganlah mencela (bahkan kalaupun itu memang tercela apalagi untuk yang tidak sepantasnya dicela .... awas labirin paradoks pengetahuanm penempuhan & penembusan dalam triade evolusi-harmoni-sinergi) .. Terbabarnya Kaidah kosmik yang realistis ini sesungguhnya yang dinanti para genius scientist selama ini (Einstein, dsb). Kaidah Universal bagi semua tanpa ternodai klaim trium falisme (pembanggaan lebih baik dari lainnya hanya karena untuk anggapan sudah terlegitimasi ?) , standar ganda (karena merasa lebih baik maka apapun pandangan/pribadi/prilaku seburuk apapun itu harus diakui baik oleh lainnya) apalagi pembenaran addhamma bagi lainnya (pelaziman kezaliman karena klaim merasa lebih baik berhak melakukan ketidak-baikan kepada yang tidak baik) ... Berempatilah agar tidak tersekap pada logical/ ethical fallacy semacam ini. Desain kosmik sudah hancur sejak dahulu jika Kaidah Kosmik ini diakidahkan apalagi didaulahkan dan didiniahkan kacau seperti ini ... jangankan surga kamavacara (apalagi moksha Brahmanda atau Nibbana lokuttara), dunia manusiapun (bahkan Brahmanda bawah, wilayah kamavacara hingga apaya lokantarika) akan tidak layak baginya walau segala wilayah mandala ini 'terpaksa' tetap harus menerimanya sebagai laten deitas keberadaanNya dengan segala konsekuensi logis beban pralayanya. / Istilah religius SBARnya muflisin yang mustarohun minhu ? Orang fasik yang sudah tidak hanya pailit nol amal kebajikannya namun masih boleh dibangkrutkan lagi karena full noda kejahilan & dosa kezalimannya pada lainnya sehingga di wilayah manapun dia berada menyebabkan setiap diri dan alamnya berharap untuk segera bisa beristirahat dari kesombongan, keserakahan dan kedurjanaannya / Diperlukan Ariya Dhamma bukan apaya Dhamma bagi perbaikan x kejatuhan manusia Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran
https://www.youtube.com/watch?v=tig-9g5RYrc&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=63&t=34m55s Link Data: www.tiny.cc/dhammapada-183: Bro Billy Tan (p. 12 - 20) Jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya (Dhammapada : 183). Itulah paradigma (yang walau tampak terdengar "sederhana" namun sesungguhnya sangat sempurna / bijaksana ) wejangan para Buddha untuk bukan hanya melalui namun juga melampaui samsara menuju Nibbana yang direalisasikan dalam keterarahan /keselarasan simultan triade pemurnian Sila - Samadhi - Panna.

Agama Masa Depan adalah Agama Kosmik (berkenaan dengan Alam Semesta atau Jagad Raya). Melampaui Tuhan sebagai suatu pribadi serta menghindari Dogma dan Teologi (ilmu ketuhanan). Meliputi yang Alamiah maupun yang Spiritual, Agama yang seharusnya berdasarkan pada Pengertian yang timbul dari Pengalaman akan segala sesuatu yang Alamiah dan Perkembangan Rohani, berupa kesatuan yang penuh arti. ”( ALBERT EINSTEIN ) Buddhism sesuai dengan Pemaparan ini. Jika ada agama yang sejalan dengan kebutuhan Ilmu Pengetahuan Modern, maka itu adalah Ajaran Buddha. Promo Buddhism kami hapus ya, bro.... Bukan karena kami berlabel Non Buddhist. Ini sama sekali bukan masalah konversi penganutan agama eksistensial tetapi murni aktualisasi penempuhan Dhamma Universal. Faham , ya ... bahayanya klaim (just idea ... alagadupama sutta ?) Kami berharap kalian SBNR bukan kami yang mengungkapkan berdasarkan bukti realisasi bukan sekedar hujjah sakralisasi apalagi opini referensi belaka (tanggap ya ... mengapa kami tak menjawab 'mengapa' dan 'bagaimana' selama ini). Bukan hanya karena sungkan karena kebelum-layakan level padaparama kami namun yang paling utama riskan untuk mengkhianati keberadaan SBAR kami plus segala dampak resiko yang tetap perwira kami terima . Tanpa kedengkian untuk menghalangi (dan juga bukan manuver untuk mengerjai dalam kejahilan pembodohan eksternal, kefasikan pembenaran memperdaya diri internal apalagi kezaliman untuk menghancurkan keseluruhannya) ... Jika kami SBAR belum bisa atau tampak pasrah saja bukan berarti SBNR juga harus diam tidak perlu bisa, kan ?
rehat dulu ... biasa (nggak fokus lagi internally ... gangguan/ panggilan externally)
atau langsung yang kontroversial & provokatif sekalian seperti ini sebagai awalannya
PROLOG
PARAMA DHARMA : Just Idea ...Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. Well, The Greatest evil is Ignorance Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuanWalau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.KEDEWASAAN PENCERAHAN The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksanaBAHASAN = TENTANG AVIJJA Walau avijja secara etika kosmik adalah penyimpangan keselarasan namun ini membuat keberagaman (seperti biasan pelangi dari cahaya mentari yang sama)Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI .... Triade labirin paradoks diri - alam - inti dalam drama abadi dari fase azali hingga nanti ini (label eksistensial - layer universal - level transendental) dengan 'maha avijja' sebagai skenario samsariknya dan 'parama dhamma' sebagai desain holistiknya memang sangat complicated (jangankan untuk dilampaui dalam penembusan , untuk dijalani dalam penempuhan bahkan difahami dalam pengetahuan saja sulit & rumit ) Sial .. kenapa terasa/ terkesan sombong dan lancang ... padahal ini hanya asumsi filosofis yang berdasarkan inferensi belaka ( bisa jadi hanya imaginasi bahkan halusinasi bukan realisasi empiris sebagaimana harusnya ? ... Tampaknya memang wadah batin ini memang kacau ... sesungguhnya bukan hanya kesungkanan (keresahan karena rendah hati atau mungkin tepatnya rendah diri ... minder akan kualifikasi ideal untuk membabarkan dhamma ) apalagi keriskanan (kecemasan tersudutkan sebagai public enemy bahkan cosmic enemy karena membeberkan avijja) namun disamping ruwet & rumitnya permasalahan banyak kekesalan di dalam (pantas ... baru bicara jika marah rasionalisasi pembenaran karena dibodohi, dijahili & dizalimi ? ... Spiritualitas walau dalam perspektif holistik sesungguhnya memang sederhana namun dalam kerinduan beraktualisasi selaras denganNya tidaklah gampang ... Well, susah juga untuk mukhlish murni , begitu mudah untuk muflis bangkrut nantinya)
rehat lagi , ah .... makin mbulet . Kalau ini jujur saja stuck macet .... murni overthinking internal bukan karena gangguan eksternal sama sekali. zazen batin kacau karena fokus terus beralih ? habis yasinan/ takbiran . (ah ... jangan nyalahin yang di luar karena yang di dalam memang ruwet), REHAT .... Rekap yang ada dulu.... revisi lagi lanjutannya nanti ... jika batin sudah mood untuk flow lagi. Dulu arus idea tampak jelas tertata di dalam ketika harus diungkapkan ke luar selalu berputar tidak karuan begini. Kami bukanlah (atau tepatnya saya walau mungkin cenderung dipandang negatif agak introvert /?/... padahal walau canggung sudah berusaha harmonis, lho .. well, memang terlihat tidak mampu luwes simpatik .. namun sesungguhnya tidaklah terlalu) membenci diri sendiri (self hatred ... karena kesenjangan antara idealitas yang kami fahami dengan yang sudah dijalani apalagi mampu dicapai ) apalagi harus membenci yang lain sesama pendagel yang berperan dalam episode kehidupan abadinya masing-masing (agar senantiasa menerima & mengasihi segalanya demi mampu melampaui faktisitas avidya diri sendiri /bukan untuk membandingkan / mengungguli lainnya, lho ... bumerang mana pembandingan buih air samudera keazalian / bagi layak terniscayanya kesedemikianan dharma ini sebagai kesadaran pandangan yang harusnya dilakukan sebagai kewajaran dalam kesedemikianan yang interconnected demi equilibirium keharmonisan keseluruhan dalam desain kosmik yang homeostatis ini ). Walau harus kami akui agak mencemaskan diri juga ..sejujurnya figur yang kami (dan seharusnya juga yang lain ?) takuti adalah diri kita sendiri ? Kitalah penentu sesungguhnya peniscayaan yang akan terjadi karena segalanya akan berbalik lagi ke diri sendiri ... dikarenakan kita sesungguhnya berada dalam sekian layer tubuh dimensi diri (fisik, eteris , astral, kaustal,monade, kosmik, nirvanik, dst ) yang terpantau berkaitan dalam seluruh wilayah kesemestaan Mandala advaitaNya (tergurat jelas dalam atsar./ antah karana/ alaya vinnana, etc batin kosmik kita untuk sesungguhnya bukan hanya yang dilakukan dalam tindakan aktual fisik, ucapan verbal bahkan terbetik pada benak kesadaran kita di kedalaman ?)... well, jadi fahami & sadari sebenarnya tiada mungkin bagi kita untuk menipu/ menjahili/ menzalimi diri /apalagi lainnya/, meninggikan hati /bukan hanya yang layak dihormati namun juga keberadan lainnnya yang seharusnya tetap kita hargai serendah apapun mereka dipandang/ dan lari dari tanggung jawab / baik yang sudah kita sadari maupun yang belum kita fahami karena level kesadaran kita memang belum mampu mencapainya untuk perlu menghadapi & melampauinya/ akan Parama Dhamma ketentuanNya .... apalagi membandingkan, bersaingan, merasa setara (sok akrab/kuasa agar bisa tranyakan mengeksploiTasi lainnya walau yang pasti dirinya sendiri) atau bahkan jumawa seakan mampu melebihi Wujud Sentra Segala Nya Hyang tidak sekedar personal immanen laten deitasNya namun Impersonal Transenden yang melampaui dan melingkupi seluruh wilayah dan pribadi di dalam kuasa, kasih & wujudNya? ). Well ... sebetulnya memang ada yang perlu saya katakan berkaitan dengan itu semuanya ... episode samsarik yang sudah, sedang dan akan kita jalani jika saja inferensi saya atas segala referensi yang ada ternyata benar ..... walau sesungguhnya saya berharap tidak demikian adanya . Singkatnya (mudahnya tiga ini saja) : 1. Mengapa Buddha ada menyatakan sebagian besar dari kita (baik yang beragama & berTuhan ataupun yang tidak ?) terhalang menuju jangankan Nibanna pembebasan, atau lolos ke Brahmanda Jhana 4 (vs Mahapralaya kamavacara ) bahkan untuk ke surga Kamavacara (vs Pralaya Mayapada dunia) bahkan kemudian susah menjadikan kamavacara bawah (yakha, asura, manusia,) justru malah apaya (hewan.petta , niraya) bahkan lokantarika seakan menjadi hunian layak berikutnya /niyata miccha ditthi?/. 2. Mengapa Buddha perlu menyadarkan Brahma Baka (yang nota bene lebih tinggi level keilahianNya dibandingkan Personal God kamavacara cakkavati di bawahNya) untuk tidak meng-Ilah-kan diriNya dan itupun beliau lakukan dengan sedikit pelanggaran sinergi atas Dhamma Kosmik dengan mengalahkannya dengan abhinna keunggulan adikodrati yang dalam level keterjagaan nirvanikNya beliau sadar sebaiknya tidak di gunakan di wilayah mimpi samsarik (Buddha bahkan sebelum pencerahanNya sudah mampu ke maqom ke"ilahi'an yang lebih tinggi ... tidak hanya mampu berkeseimbangan di rupa Jhana bahkan hingga Arupa Jhana ). 3. Mengapa Buddha harus mengumpulkan & memberikan wejangan ovada patimokha di bulan Magha untuk tetap terjaga,berjaga dan menjaga diri kepada 1250 Arahat (Apakah Magga Phala pencerahan Nirvanik yang sesungguhnya melebihi sekedar Jhana Vasi pencapaian Brahmanda tidaklah permanen & bukan sertifikat garansi kosmik kebebasan ) ? Apa yang akan kami katakan nanti mungkin bisa akan sangat menyinggung semuanya dan bisa jadi akan menyudutkan lainnya ..... Haruskah kami utarakan (tepatnya kita bahas ) untuk melalui batu ujian SBAR yang krusial ini untuk melanjutkan ke tahap berikutnya (Bagaimana melalui & melampauinya ) ? Jangan berprasangka buruk dulu ... ini bukan berkaitan dengan memperdayakan (bahkan kalaupun itu sebelumnya ternyata keterpedayaan) namun untuk segera memberdayakan meniscayakan kesedemikianan dalam keseluruhan tidak sekedar mengandalkan kemungkinan yang secara obyektif /holistik menyimpang adanya..... keperwiraan beraktualisasi merealisasikan yang saling mencerahkan/menguatkan nantinya tidak sekedar defesiensi pembebanan yang saling menyusahkan/ menjatuhkan akhirnya. Ini tegasnya tidak dimaksudkan untuk secara konyol memporak-porandakan kemapanan tatanan yang sudah ada apalagi mengobrak-abrik respek sakralisasi selama ini ... bumerang kamikaze / genosida bagi semua, bro. Ini jelasnya dimaksudkan untuk on ptocess menyelaraskan kembali keberadaban spiritualitas kita yang juga by product akan mengembangkan peradaban eksistensialitas berikutnya....ubah orientasi keselarasanNya saja (selera fashion ~ arah passion) , tak perlu ganti asesories apalagi buat pakaian yang baru (hanya akan ulangi kepekokan & kehebohan lama akan kecenderungan siklus kejatuhan ajaran : Saddhamma > mistik > lokiya > pseudo >addhamma,dst...tidak usah lagi mencari apalagi menjadi 'Tuhan' baru bagi lainnya dengan segala atribut pemikat & penjeratnya/ dogma, agent, power < force < squad etc/ ). Segalanya harus dimulai sebagaimana diri kita disini dan saat ini dengan segala faktisitas keterbatasan yang ada untuk diarahkan .... tanpa harus melagakkan diri seakan diri lain yang sudah berbeda (intinya ulat harus meniscayakan kesedemikianan sebagai kupu-kupu dengan tahapan proses metamorfosis kepompong yang sejati & mandiri tanpa membebankan apalagi menjatuhkan ulat yang memang masih liar bahkan kupu muda yang masih naif tampaknya.) .... Berusaha sebaiknya walau hasil mungkin belum sempurna. Hehehe ..... ini guyonan jangan serius : alien maju dari galaksi / dimensi lain mungkin agak heran memantau kita disini yang begitu lambat nyaris stagnan bahkan cenderung mundur perkembangan evolusi, harmoni & sinergi kosmik kita (keberadaban spiritualitas , keselarasan universalitas & peradaban eksistensialitas) dan senantiasa menyukai, melekati & menikmati dukkha kegalauan, kesakauan dan kekacauannya dagelan kita memerankan diri di planet bumi ini. Sejarah mengajarkan kepada kita satu hal utama bahwa kita tidak pernah belajar dari sejarah ... selalu mengulangi kebodohan, kesalahan dan keburukan yang sama disetiap vatta pembentukan , yuga perjalanan & pralaya penggulungan. Kisah ini semula akan kami kembangkan semacam parodi kiasan namun stuck kemarin (parah!) dan lupa lagi saat ini (payah!) jadi ya ... daripada bicara salah & ndabyah tidak berguna dan malahan membuat resah/sesat lainnya yang otomatis juga mengakibatkan noda batin kosmik diri .maka sementara...Wasalam dulu. alurnya demikian si alien tsb ... pesan moralnya ..... kutipan lampau ...: disimpan di akhir saja ... amrih entuk iwak tanpo butek banyune. (menghindari salah faham karena pandangan yang menyeluruh belum dimengerti ... atau tepatnya tidak mudah disampaikan ). Susahnya jadi introvert pembelajar autodidak visual yang tidak cakap berkomunikasi verbal.
Well ... apa ini saja dulu sebagai awalan pembuka keran ...
Agama = Dilema Junaid al-Baghdadi atas shatahat Mansur al-Hallaj (Ana’l Haqq = akulah kebenaran/Tuhan) : “Berdasarkan syari’at, ia bersalah. Menurut hakikat, Allah Yang Maha Mengetahui.” Al-Junaid dikenal sebagai tokoh sufi yang sangat menekankan pentingnya keselarasan antara praktik dan doktrin tasawuf dengan kaidah-kaidah syari’at. Salah satu ungkapan Al-Junaid tentang ilmu tasawuf yang dikutip oleh al-Kūrânī dalam Itḥâf al-dhakī adalah ucapannya: “pengetahuan kami ini terikat dengan al-Qur’an dan al-Sunnah.” Dengan ini mengindikasikan bahwa ajaran tasawuf menurut Al-Junaid haruslah tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah. Mistik = Simran Panca Nama Sant Mat = zikir respek mantra terhadap 5 "Tuhan" penguasa wilayah rohani kamavacara & brahmanda ? = Niranjan, Om, Soham, Shakti and Rarankar (Alakh Niranjan /surga astral?/ - Omkar /layer kausal = Brahm/mara?) etc ) Dhamma = kutipan lampau (ah ... repot ; mau copas ada di blog akun lain. Di blog akun induk banyak yang diblok, sih ..... Coba kutip lagi saja. Plus file referensi terupdate selama ini di google drive ) .... apa bisa selesai di liburan ini, ya ? Ah... dicoba saja sebisanya. Ini bukan sekedar projek liburan tetapi program seluruh kehidupan bahkan sepanjang keabadian diri. Seharusnya tidak sekedar referensi pengetahuan tetapi realisasi penempuhan. Sesungguhnya tidak hanya diperbincangkan (walau diperlukan?) tetapi harus dilaksanakan (untuk peniscayaan). atau langsung saja ... Tuhan ? Walaupun yang Mutlak memang ada (jika Sentra Sejati yang transenden tidak ada bagaimana mungkin sigma dimensi mandala semesta tergelar dengan aneka zenka keberadaan di dalamnya) namun dalam mandala samsara immanen ini banyak petta, asura, yakha, dewata, brahma bahkan nafs ego yang mengidentifikasi diri berkompetisi, berinteraksi ,bertransaksi saling mengeksploitasi / mengaktualisasi diri. Tuhan (atau ketuhanan tepatnya) adalah konsep bagi samudera energi keberadaan yang kemudian diklaim sebagai entitas figure diri yang disakralisasikan secara personal bagi agama (perlu kebajikan eksistensial untuk perolehan kebahagiaan eksternal) & sebagai keberadaan transpersonal bagi mistisi untuk direalisasikan (perlu kebijakan universal untuk pencapaian keholistikan internal).... bagi Dhamma entitas yang masih berklaim tersebut dipandang masih bersifat samsarik demi transendensi azali nirvanik yang lebih murni (perlu kebenaran spiritual demi pencerahan keterjagaan esensial) ? Dalam pandangan kami konsep/figure Tuhan seharusnya tidaklah sedangkal itu ....kami menggeser tepatnya memperluasnya dalam ketak-terhinggaan yang tidak mungkin terjangkau apapun impersonal infinitum indefinite ( see : bahasan di atas). Bahkan jikapun dalam kenyataannya mungkin demikian kita tetap memerlukan sesuatu yang tak terhingga untuk tumbuh berkembang lebih terarah & terpadu demi sinkronisasi kebenaran dan bagi integrasi keutamaan yang dapat direalisasikan dari, oleh & untuk semua (wah ... kok seperti slogan demokrasi massa (kualitas>mayoritas?) tidak oligarki mafia macam khilafah theokrasi / politbiro komunisme atau monarki kesewenangan karena susah untuk aufklarung keberdayaan bersama , Aristoteles?)... paradigma yang naif untuk didengarkan atau arif untuk dikembangkan ? Mungkin agak nggege mongso walau operasi caesar mungkin memang perlu dilakukan. Agar dari bayi prematur paradigma yang belum tiba saatnya ini akan menjadi prototype bagi intelgensi kecerdasan manusiawi kita dalam berfilsafat tidak lagi stagnan & 'mbulet' dan kembali berkembang membaik untuk kehadiran bayi pandangan baru (baca: paradigma sintesa) yang lebih sehat, tepat dan hebat berikutnya. menerima /kenyataan/, mengasihi /kebenaran/ & melampaui /keutamaan/ karena Realitas di kedalaman yang terniscaya sebagai fenomena ke permukaan tsb gradatif (walau memang hirarkis namun tunggal adanya), dinamis (kesempurnaan absolut tidak stagnan namun semakin baik berkembang karena kearifan, kesucian & keutuhanNya) dan integrated (segalanya interconnected demi equilibirium bagi desain kosmik yang homeostasis) keterniscayaan ? prokreasi penciptaan (materi) < emanasi keberadaan (energi) < katalisasi kemungkinan (esensi) Ini memang idea baru yang sama sekali tidak akan pernah menguntungkan ego penganut, penempuh & penembusnya ... tanpa klaim identifikatif/ eksploitatif/ alienatif bagi pembenaran trium falisme, standar ganda dan pembenaran addhama demi kekuasaan eksternal atas lainnya karena .... well, walaupun sebenarnya penyesatan sebagaimana pencerahan memang memungkinkan ada sebagaimana juga kesadaran parama dharma dan maha avidya ini namun demikian ..... pengkhianatan terbesar kita sesungguhnya menyangkal kenyataan, mengabaikan kebenaran dan mengacuhkan keutamaan yang digariskanNya bukan hanya demi evolusi, harmoni & sinergi individualitas 'tan-diri' kita namun juga bagi keberlangsungan, keberlanjutan dan kebersesuaian equilibirium bagi kaidah sistem atas desain kosmik yang homeostasis & interconnected mandala semesta ini dan segalanya seharusnya semakin menghampa sebagai ketiadaan murni dari keberadaan sejatiNya. Kenyataan sejati, Kebenaran abadi & Keutamaan azali ini akan selalu terjadi walau kita tidak mampu memahamiNya, walau kita tidak mau mengakuiNya & walau kita (bukan hanya tidak menjalani namun malah ) berusaha menjauhiNya . Geser kutipan : Berhadapan dengan ketidak-terhinggaan ... bagi setiap pemberdaya ... langit senantiasa tiada batas umtuk senantiasa tumbuh berkembang dalam keberdayaan melampaui segala labirin keterpedayaan & pemerdayaan yang senantiasa ada mengintai dalam setiap evolusi, harmoni & dimensi yang diskenariokanNya. Aktualisasi holistik Kusala Kiriya para Sakshin Ariya tanpa perlu mengalienasi , mengidentifikasi apalagi mengeksploitasi (bukan hanya internal namun juga eksternal ... demi eksistensialitas, universalitas & transendentalitas yang terrniscayakan via kefahaman, kecakapan & kelayakan ... sebagai kesadaran dalam kewajaran sebagaimana adaNya ... lillah, billaah, fillaah .... Wei Wu Wei (Just action .. without acting & actor ?)
AH . REHAT LAGI ... JAGONG DULU. MEMANTASKAN KERUKUNAN < MENUNTASKAN KEBUTUHAN. NUWUN.
PROLOG
APERSEPSI = PANENTHEISTICS 3Panen-ego-istics ? panentheisme Hyang Esa (Realitas sebagai organisme besar diri ?) .... kesemestaan Panen-geo-istics ? panentaoistic Hyang Ika (Realitas sebagai tatanan agung alam ?) .... keselarasan Panen-deo-istics ? panentheistics Hyang Ada (Realitas sebagai biasan nyata inti ?) .... keterpaduan MONOLOG AKTUALISASI = GNOSIS WISDOM Parama Dharma dalam Mandala Advaita dengan Formula Swadika Beretika atas kesemestaan (Being true , humble, responsible = nobody deserve everything ... just be no fake one in the Real One)Berdaya dengan keselarasan (pengarahan keabadian, pencakapan kehidupan, peralihan kematian)Bersiaga dalam keterpaduan (terjaga sbg esensi transendental, menjaga sbg media universal, berjaga sbg figur eksistensial)EPILOG ANTISIPASI = EPISODE SAMSARIK a quest for secret global ? Be lonely as chickenlish eagle in the trully crowd of eaglelish chicken ... secret in hidden but sincere in real ? ( Bangunlah peradaban eksistensialitas via keberadaban spiritualitas dalam keselarasan universalitas : hitech science empiris / interkoneksi lintas kosmik / bersama saling memberdaya menuju asymptot kesejatian segalanya ) x delusi penguasa semu dunia eksternal tetapi kehilangan segalanya (internal diri sejatinya sendiri) ... harga yang terlalu mahal untuk kedunguan ... walau memang seakan terkesan tampak lebih hebat dari mereka (tepatnya mungkin juga kita semua) yang masih terlelap dalam anggapan naif, harapan liar dan pandangan semu. paradoks terbesar keabadian : nobody really deserve everything meanwhile somebody only possess nothing (keterjagaan > keberdayaan> kebahagiaan)Quo vadis : mendekati yang adibuddha di lokuttara atau memerani 'markandeya' di lokantarika untuk kembali mendagel di samsara, zachner ? ( bersegera dalam keterniscayaan transenden atau masih penasaran dengan penjelajahan universal atau memang kecanduan dengan permainan eksistensial ?)PENUTUPSELESAI
WELL ... LANJUTKAN LAGI. ...
INPUT VLOG 1. WELCOME
tolong ... jangan dipermasalahkan lagi .... tiada niatan sedikitpun dari kami untuk merampas/melanggar hak cipta baik secara eksistensial apalagi finansial. Murni hanya sekedar ingin berbagi referensi berkualitas dari, demi & bagi kita semua .... untuk kutipan Welcome to the Earth (selamat datang di planet bumi) - the last scene of the Secret - LOA movies 2006 berikut 1. EH = You may be feeling that it would be easier to be hearing these words if they had come to you the first day of your experience upon this earth. And if we were talking to you on your first day of physical life experience, we would say to you, Welcome to planet Earth. There is nothing that you cannot be or do or have. You are magnificent creator, and you are here by your powerful and deliberate wanting to be here. Go forth, giving thought to what you are wanting, attracting life experience to help you decide what you want, and once you have decided, giving thought only unto that. Most of your time will be spent collecting data, data that will help you decide what it is you want. But your real work is to decide what you want and then to focus upon it. For it is through focusing upon what you want you will attract it. That is the process of creating.Anda mungkin akan merasa lebih mudah untuk mendengar kata-kata ini. Seandainya disampaikan kepada anda pada hari pertama anda hadir di bumi ini. Dan jika seandainya kita dapat berbicara pada anda, saat anda pertama sekali hadir secara fisik di dunia ini, kami akan berkata : selamat datang di bumi . Tak ada satupun yang tidak dapat anda kerjakan, menjadi atau memiliki. Anda adalah Pencipta yang hebat. Dan anda ada disini dikarenakan kekuatan dan keinginan anda untuk ada disini. Maju terus, fikirkanlah apa yang anda inginkan. “Tariklah” pengalaman hidup untuk membantu anda menentukan apa yang anda inginkan, Dan sekali anda telah memutuskan apa yang anda inginkan, fikirkanlah hal tersebut saja. Sebagian besar waktu anda akan dipakai untuk mengumpulkan semua data, data yang akan membantu anda menentukan apa yang anda inginkan. Tetapi, tugas anda yang sebenarnya adalah menentukan apa yang anda inginkan dan lalu fokuskan ke hal yang anda inginkan. Karena melalui pemfokusan ke hal yang anda inginkan akan “menarik” hal yang anda inginkan. Itulah yang disebut proses penciptaan.2. MB = I believe that you're great, that there's something magnificent about you. Regardless of what has happened to you in your life. Regardless of how young or old you think you might be. The moment you begin to "think properly," this something that's within you, this power within you that's greater than the world, it will begin to emerge. It will take over your life. It will feed you. It will clothe you. It will guide you, protect you, direct you, sustain your very existence. If you let it Now that is what I know, for sure.Saya percaya anda adalah hebat, bahwa ada sesuatu yang luar biasa tentang anda. Tanpa menghiraukan apa yang terjadi dalam hidupmu,terlepas dari betapa muda atau tuanya anda, pada saat anda mulai dapat berfikir sebaik-baiknya:ada sesuatu di dalam, kekuatan di dalam diri anda ,yang bahkan lebih kuat dari dunia ini,kekuatan ini akan mulai muncul,kekuatan ini akan menguasai hidup anda. Dia akan menghidupi anda,memberi anda pakaian,membimbing anda, melindungi anda, mengarahkan anda,mempertahankan eksistensi anda …. Jika anda mengizinkannya. Hanya itulah yang saya tahu … yang sebenarnya.Mama this will help(Mama,ini akan membantu );FEEL GOOD=Merasa Baik ( Nyamankanlah diri anda )
Kalau ini seakan 'lagu wajib' kutipan kami selama ini di seluruh vlog yang ada. Terima kasih atas izin pemaklumannya selama ini.My Favorite Video AWAKEN - SAMADHI TRAILERCopy Right = https://www.youtube.com/@AwakenTheWorldFilmSamadhi - Film Trailer [9 minute excerpt from film]Reupload :Awaken Samadhi Trailer = https://www.youtube.com/watch?v=rjI3EUU72ME&t=11sAWAKEN - SAMADHI TRAILER (Eng-Ina sub) ReUpload = https://www.youtube.com/watch?v=nRzpWuoSvws&t=162s2. 1 Akun : maxwellseeker@gmail.com maxwell seeker atau https://www.youtube.com/channel/UC-rkgGCcpqG-R-AWRA4OBOQ AWAKEN SAMADHI TRAILER Eng Ina sub = https://www.youtube.com/watch?v=04EXAAxcdBE&t=274s3. 1 Akun : englishindonesian11@gmail.com EnglishIndonesian atau https://www.youtube.com/channel/UCoyZ6llUIUekhkNZInq7npg AWAKEN - SAMADHI TRAILER (Eng-Ina sub) = https://www.youtube.com/watch?v=3CnCSHVAT_k&t=30s4. 1 Akun : dhammaseeker79@gmail.com DhammaSeeker atau https://www.youtube.com/channel/UCbvmNk761y4BIkqocr-V7_A AWAKEN SAMADHI TRAILER Eng Ina sub ReUpload Again = https://www.youtube.com/watch?v=0INHo70k5Qc&t=52s5. 1 Akun : dhammasikkha1@gmail.com Dhamma Sikkha atau https://www.youtube.com/channel/UCOvUi8WXDetP3E0OL2rdCRgAWAKEN SAMADHI TRAILER Eng Ina sub = https://www.youtube.com/watch?v=nNYuBa2JWGk&t=75sAND6. 1 Akun : teguhkiyatno42@guru.smp.belajar.id Teguh Kiyatno atau https://www.youtube.com/channel/UCsWSJ-yGYcqJSm7qUKB-KwA7. 1 Akun : masterteguh788@gmail.com Master Teguh atau https://www.youtube.com/channel/UC2QA4Md6ml5JQOFQPFHumzQAWAKEN SAMADHI TRAILER Eng Ina subtitle = https://www.youtube.com/watch?v=qXZUyoISXfs&ab_channel=MasterTeguh
Transkrip Awaken Samadhi Trailer (Uniion Mystics )AWAKEN SAMADHI TRAILER(Original Source - Copy Right) https://www.youtube.com/watch?v=dqGdWoW-GT8
If you hold this feeling of “I” long enough and strongly enough the false “I”will vanish, leaving only the unbroken awareness of the real immanent “I” or consciousness itself ~ Sri Ramana Maharshi."Jika Anda memegang perasaan 'aku' ini cukup lama dan cukup kuat, maka 'aku' yang semu akan lenyap, hanya menyisakan kesadaran tak terputus yang nyata, keberadaan imanen 'aku', atau kesadaran itu sendiri." ~ Sri Ramana MaharshiSamadhi is an ancient Sanskrit word which means Union. It is the union of individual persona, the egoic self with something greater, something unfathomable to the mind. Samadhi is a surrendering, a humbling of Individual mind to the Universal mind. The purpose of Meditation, Yoga, Prayer, Chantings and all Spiritual practices is one and that is Samadhi. In the language of Christian mystics it is humbling oneself before God. Samadhi is realized through what Buddha called the middle way or what in Taoism is called the balance of ying and yang. In the yogic traditions it is called the marriage of Shiva and Shakti.Samadhi adalah kata Sansekerta kuno yang berarti Persatuan. Ini adalah penyatuan persona individu, diri egois dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak terduga bagi pikiran. Samadhi adalah penyerahan, merendahkan pikiran Individu ke pikiran Universal. Tujuan dari Meditasi, Yoga, Doa, Nyanyian dan semua praktik Spiritual adalah satu dan itu adalah Samadhi. Dalam bahasa mistik Kristen, itu berarti merendahkan diri di hadapan Tuhan. Samadhi diwujudkan melalui apa yang disebut Buddha sebagai jalan tengah atau yang dalam Taoisme disebut keseimbangan ying dan yang. Dalam tradisi yoga, ini disebut perkawinan Siwa dan Shakti. When Samadhi is perfect, it is wisdom of the great ultimate reality. An understanding of the relationship between form and emptiness, relative and absolute, its a coming into one's true nature. Samadhi begins with a leap in to the unknown.Ketika Samadhi sempurna, itu adalah kebijaksanaan dari realitas tertinggi yang agung. Pemahaman tentang hubungan antara bentuk dan kekosongan, relatif dan absolut, yang masuk ke dalam sifat sejati seseorang. Samadhi dimulai dengan lompatan ke hal yang tidak diketahui.In order to realize Samadhi, one must turn consciousness away from all known objects, from all external phenomena, conditioned thoughts and sensations towards consciousness itself. Towards the inner source, the heart of essence of one's being.Untuk mewujudkan Samadhi, seseorang harus mengalihkan kesadaran dari semua objek yang diketahui, dari semua fenomena eksternal, pikiran dan sensasi terkondisi menuju kesadaran itu sendiri. Menuju sumber batin, inti dari keberadaan seseorang.The source of all existence is not a thing or object that one can see like in these physical world we do. It is perfect emptiness or stillness itself. It is the emptiness which is the source of all things.Sumber dari semua keberadaan bukanlah hal atau objek yang dapat dilihat seseorang seperti di dunia fisik yang kita lakukan ini. Itu adalah keheningan atau keheningan sempurna itu sendiri. Kekosongan itulah yang menjadi sumber segala sesuatu.This union cannot be understood with the limited individual mind. It is only directly realized when the mind becomes still. There is no Self that awakens. There is just ‘you' that awakens. What you are awakening from is the illusion of the separate self from the dream of the limited ‘you'. The World that now you think you are living in is actually ‘you'. It is your higher self or the selfless self. Annata.... No Self.Persatuan ini tidak dapat dipahami dengan pikiran individu yang terbatas. Itu hanya disadari secara langsung ketika pikiran menjadi tenang. Tidak ada Diri yang terbangun. Hanya ada 'kamu' yang terbangun. Dari mana Anda terbangun adalah ilusi dari diri yang terpisah dari impian 'Anda' yang terbatas. Dunia yang sekarang Anda pikir Anda tinggali sebenarnya adalah 'Anda'. Itu adalah diri Anda yang lebih tinggi atau diri yang tanpa diri/tidak mementingkan diri sendiri. Tanpa aku ... Tiada diriSamadhi is so simple that when you are told that what is it and how to realize it, your mind will always miss it because the mind is what needs to be stopped before it is realized. It is not a ‘happening' at all. It is the surrendering of the individual mind to the higher mind or big mind..Samadhi begitu sederhana sehingga ketika Anda diberitahu bahwa apa itu dan bagaimana merealisasikannya, pikiran Anda akan selalu merindukannya karena pikiran adalah apa yang perlu dihentikan sebelum disadari. Ini sama sekali bukan 'terjadi'. Ini adalah penyerahan pikiran individu ke pikiran yang lebih tinggi atau fikiran besar.The most important teaching of Samadhi is perhaps found in this phrase:- “Be Still & get Know”.Pengajaran paling singkat dari Samadhi mungkin dapat ditemukan dalam frase ini: "Diamlah dalam keheningan dan ketahuilah Hal tersebut."Silence is the language of God. All else is poor translation. - Rumi(Keheningan adalah bahasa Ilahi. Semua hal lainnya hanyalah 'terjemahan' belaka yang tidak memadai. – Rumi)How can we use words and images to convey stillness? How can we convey silence by making noise? Rather than talking about Samadhi as an intellectual concept. this film is a radical call to INACTION. A call to stillness. A call to meditation and inner silence. A call to STOP.Bagaimana kita dapat menggunakan kata atau gambar untuk menjangkau keheningan ? Bagaimana kita dapat menyampaikan keheningan dengan membuat kebisingan ? Film ini ditujukan sebagai suatu panggilan radikal untuk "tanpa-aksi". Suatu panggilan untuk menuju keheningan. suatu panggilan untuk meditasi dan keheningan di kedalaman. Suatu panggilan untuk BerhentiStop everything that is driven by the pathological egoic mind. Be still and know.Hentikanlah segala sesuatu yang dibawa oleh fikiran diri yang sakit. Berdiamlah dan KetahuiNo one can tell you what will emerge from the stillness. It is a call to act from the spiritual heart.Tidak ada yang bisa memberitahu Anda apa yang akan muncul dari keheningan. Ini adalah panggilan untuk bertindak dari jantung spiritual.Samadhi is not some mystical 'altered' state of being. It is simply one's natural state of presence, of consciousness unmediated by thought, unmediated by an egoic identity.Samadhi bukanlah sejumlah tahap perubahan keberadaan yang bersifat mistis. Ini hanyalah keberadaan alamiah kehadiran seseorang. yang kesadarannya tidak terpisahkan oleh fikiran, tidak terpisahkan oleh identitas suatu diri pribadi.Most of humanity is in an altered state all the time... A state of egoic identification with form and thought. When one is in a state of natural presence and non-resistance, Prana flows more freely through the inner world. This pranic stream which is prior to the nervous system, prior to the senses and thinking,becomes a new interface with reality. Literally a new level of consciousness or new way of being in the world.Sebagian besar umat manusia dalam keberadaan yang terpisahkan sepanjang waktu … Suatu keberadaan beridentifikasi diri dengan bentuk dan pikiran. Ketika seseorang dalam keadaan kehadiran alamiah dan tanpa tekanan, Prana mengalir lebih bebas melalui dunia batin. Aliran prana ini yang sebelumnya menuju ke sistem saraf. sebelumnya menuju indrawi dan fikiran, menjadi antarmuka baru dengan kenyataan, Secara harfiah suatu tingkat kesadaran yang baru atau cara baru keberadaan di dunia.It is through the ancient teachings of Samadhi, the humanity will begin to understand the common source of all the religions and to come into alignment once again with the spiral of life …. Great Spirit, Dhamma, or the Tao.Ini melalui pengajaran Samadhi kuno bahwa umat manusia akan mulai memahami sumber umum dari semua agama dan untuk datang ke dalam keselarasan sekali lagi dengan spiral kehidupan Roh Agung, Dhamma, atau Tao.Samadhi is the 'gateless gate’ and ‘pathless path' and it is the identification with the self structure which separates our Inner and Outer worlds.Samadhi adalah 'gerbang tanpa gerbang' dan 'jalan tanpa jalan' dan itu adalah identifikasi dengan struktur diri yang memisahkan dunia Batin dan Luar kita.
WELL ... LANJUTKAN LAGI. ...
TAMBAHAN KUTIPAN LAMA (Dicheck & recheck jika ada yang melanggar pedoman komunitas .... hehehe, jadi inget bimbingan konsultasi thesis dulu, hampir 2 tahun penuh ... tapi nggak apa-apa. niatan bikin makalah tidak nyari masalah ? ) backup lintas blog =JUST IDEA FOR SEEKERS ....https://teguhkiyatno.blogspot.com/2022/10/just-idea-for-seekers.htmlWell, Susah juga ndagel patut (berperan tepat dalam figur eksistensial insaniah multi peran dalam faktisitas / kompleksitas keberadaan duniawi samsarik) ... Masih 2.5 tahun lagi baru bisa tergenapi pensiun pembebasan kedinasan /kualitas kinerja menurun kuantitas waktu belum tuntas/, nih ( masa pandemi Corona yang sudah berlalu tidak lagi bikin galau namun semoga bisa ngelumrah tanpa masalah umtuk Husnul khotimah tanpa harus kacau dan tidak perlu sakau dengan segala keribetan & perepotan yang ada). Setiap kita memang perlu melalui dan melampaui setiap episode permainan keabadian yang disebut kehidupan (hingga kematian ... pasti. namun tetap tanpa kedewasaan pencerahan lagi karena asyik mbadut dalam dagelan nama rupa samsarik ? hehehe ) ini. Semoga berkah tetap mampu dijalani ... minimal bubrah tak perlu kita lakukan bukan hanya pada diri sendiri apalagi kepada semesta kebersamaan dan sentra keseluruhan segalaNya ... tahu diri hanya sebagai setitik air impersonal reality di samudera raya keberadaan untuk sekedar selaras wajar meng-ada tanpa perlu pekok meng-ada ada apalagi heboh meng-ada ada kan. (tanpo ngumpluk ... kegeden anggep & kakehan karep ? - jw). Semoga janji sharing idea bisa tuntas segera ... kalau belum ? Ya .. lanjutkan paska pensiun nanti saja (jika sempat waktu hidup , ada energi intelgensi, komitmen niatan berbagi lagi dsb, lho)POSTING LAMA DI BLOG INI JUGA (BELUM DIBLOK, LHO..... JADI HALAL & LEGAL DIGUNAKAN LAGI) COPAS SAJA ... PILAH NANTI WAH ... KOQ KEMBALI KUTIP MENGUTIP POSTING LAMA ... IDEA BARU PENUNTASANNYA SUSAH MASUK LAGI, NIH. ARUS IDEA BARU MALAH JADI MAMPET TERTUTUP LAGI , NIH Plus Idea (Curhat ?)Imaginasi kami memang sangat liar .. pantas susah menjadi meditatif (proliferasi arus batin papanca ? Beta blocking bagi gelombang alpha ?). Bukan type filsuf cerdas yang akurat dalam detail renungan / pemikiran intelektual yang mendalam apalagi gyani yang senantiasa terjaga vivekha & terarah vairagya ... (jadi inget impian masa kecil jadi komikus cerita fantastis, hehehe). Namun demikian dari kekurangan & kelemahan tersebut terkadang kami temukan juga kelebihan & kekuatan lain yang walau mungkin fantasi tersebut terkadang cenderung fiktif namun bisa juga terimprovisasi solutif juga tampaknya. Ada sebuah buku berkesan di masa kecil kami ... sebetulnya ini salah beli buku almarhum orang tua. Alih-alih membelikan kamus bahasa Inggris untuk putera SMPnya beliau memberikan buku filsafat berat berbahasa Inggris (Sydney Hook : Determinism & Freedom in the modern age of science). Bikin kelabakan namun sekaligus penasaran ... via buku tsb kami 'menyelami' bahasa inggris (by product kecakapan) walau tidak sepenuhnya memahami isinya (on process kesadaran). Namun ada satu quote yang kami suka dari buku tsb : Make something happen ... membuat sesuatu (layak) terjadi. Paradigma peniscayaan keberadaan inilah yang kemudian senantiasa men-trigger kami kala menghadapi media problem yang perlu segera diketemukan formulasi solusi tepat untuknya. ... walau berusaha serius namun sayangnya kami akui tidak genius/ cukup taktis untuk menjadi problem solver (terkadang malah jadi trouble maker bagi diri sendiri /plus lainnya?/.... ironis, hehehe ?)Mbulet, ya .. langsung saja 3 Pertanyaan Mendasar = JUST SAY REKAP (pertanyaan eksistensial diri seeker ?)1. WHAT = apa arti hidup ini ,2. WHY = mengapa kehidupan yang tidak pasti seperti ini harus kami jalani dan 3. HOW = bagaimana harusnya kami mengamati, mengalami dan mengatasi grand desain sistem kosmik ini. Itu adalah titik balik diri untuk kembali wajar sebagaimana kebanyakan orang dan juga bahkan untuk menjadi sadar sebagai seorang seeker tentang hakekat permainan kehidupan ini. Susah juga mengutarakan ini Bagaimana kondisi ideal yang perlu terjadi agar evolusi, harmoni & sinergi dalam transendensi keabadian sebagai viator mundi bisa tertuntaskan (cepat, mudah & tepat) sementara kecakapan, kemapanan & kewajaran kita dalam peran eksistensial kita sebagai faber mundi juga bisa terpantaskan sehingga dalam setiap peralihan keberadaan universal (keberadaban spiritualitas , keselarasan universalitas & peradaban eksistensialitas) terlintaskan juga (keberlangsungan terjaga, keberlanjutan terbawa dan kebersesuaian terniscaya).ini lebih ruwet lagi, bro. MAU NGOMONG APA TADI .... Mandala Advaita (mengapa keterniscayaan yang tidak positif ini yang malah terjadi ... bagaimana keterniscayaan yang tidak negatif ini mungkin bisa terjadi ). Dikasih prakata koq malah stuck. payah. Overthinking atau overlapping, nih. Nggak nyambung. Rehat, Relax dulu. Well,Lihat ... walau externally tanpa dihalangi sekalipun kami jujur saja sering terhalang internally ... Mungkin memang diperlukan 'minimal' seorang Buddha (Maeteyya?) untuk membabarkan ini semua (walau jika faktor circumstance masih tidak menunjang cenderung akan relatif sama ajaranNya dengan sebelumnya (Gotama?) dan cenderung akan siklis menurun lagi juga). Namun demikian akan menjadi mudah bagiNya untuk menjabarkan fenomena samsarik karena keberadaanNya yang berada dari wilayah atas (keterjagaan lokuttara) secara utuh menyeluruh ketimbang kami (tepatnya : kita) yang merangkak dari bawah mengatasi faktisitas keterbatasan manusiawi kita (baik secara individual mandiri maupun kolektif bersama ... walau kita sadar untuk konsisten bahwa etika kosmik panentheistik dalam equilibirium desain kosmik homeostasis yang interconnected ini adalah menyadarkan untuk mengarahkan yang didalam dan bukan menyalahkan agar mengalahkan yang diluar) yang mana dalam kebelum-layakan tsb kita mengamati beragam pelangi labirin kemungkinan dan menginferensikan kepastian yang bukan hanya nyata sekedar rasional (sesuai akal yang sehat .... tidak akal-akalan apalagi hanya asal-asalan ... untuk menyibak realitas kebenaran yang maujud dalam fenomena kenyataan sesungguhnya dalam orientasi autentik mementingkan kebenaran universal segalanya bukan manipulatif membenarkan kepentingan eksistensial nafsunya sendiri saja) namun juga bisa menjaga & membawa kita ke level kesadaran / kecakapan / kelayakan yang holistik akan hakekat semua ini ... idealnya yang seharusnya kita jalani dalam penempuhan berikutnya tidak sekedar kita fahami demi khazanah pengetahuan belaka. Guyonannya pada posting Sita Hasitupada ini adalah senyum kecut kami seeker padaparama atas senyum cerah Buddha sang tathagata, hehehe. wah ... kelamaan curhat. Segera buat celah terobosan baru agar arus idea kembali mengalir, bro.
Ini saja dulu ..cari gambar FW Nietzche dulu (maaf, ya ? )Ini filsuf yang saya kagumi karena passion keberaniannya namun sekaligus kurang kami setujui karena motion keterarahannya. Ingat ya, dalam etika panentheistik seharusnya memang tidak ada yang bisa kita cela. Kalaupun ada itu harusnya diri kita sendiri yang tidak cukup arif swadika dalam permainanan kosmik keabadian ini. Orang lain, peristiwa dsb hanyalah media tarbiyah atau trigger pemicu belaka ... baik buruknya (effek kosmik / dampak karmik) nanti tergantung diri kita sendiri bagaimana mensikapi & menjalaninya. Jadi kawan & lawan (kalau bisa kita istilahkan dalam terma dualitas ini) bagi setiap diri adalah dirinya sendiri bukan lainnya. Well, inilah mungkin sebabnya para penempuh umumnya sangat anxious/ curious memperhatikan dirinya (sebagai yang paling ditakuti namun sekaligus yang paling dicintai agar senatiasa terarah tidak menyimpang apalagi melanggar etika dan malah berusaha menermina, mengasihi dan melampaui segalanya demi peniscayaan kesedemikian dalam keseluruhan ini) . Nietzche (filsuf yang kontroversial mematikan 'tuhan' lama demi lahirnya 'tuhan' baru ?) No. Jangan salah sangka dulu (ini usaha buka keran episode samsarik parodi kiasan alien maju yang lalu untuk memahami 3 mengapa yang kami ajukan sebagai pancingan pembuka penalaran & kesadaran kita bersama ... semoga sampai & tidak stuck lagi ). Kita tetap harus respek sakralisasi tuhan lama (karena tampaknya memang ada misunderstanding tentang kaidah kosmik yang berlaku dengan sistem relasi yang terjadi ... bukan kesengajaan pemerdayaan karena niatan semula memang tulus untuk memberdayakan lainnya, koq .... susah ngomongnya, nih) namun perlu respek juga sisi positif mentalitas uebermensch ('tuhan baru?) ini dari sisi keperwiraan untuk menerima segalanya dan kemandirian autentik (bukan mencitra & tanpa meminta namun demikian harusnya/ adanya ) bukan untuk wild wisdom pembenaran addhamma berkuasa atas lainnya (wille zur macht / will to power... pelayakan kekuasaan untuk pemaksaan , penjarahan & penjajahan atas lainnya) ... kalau ini mah sami mawon (sama saja) bahkan lebih parah & payah ... tanpa malu dan tiada ragu menjatuhkan keberadaban spiritualitas manusiawi kita sendiri sehingga tampak semakin jelas/tegas semu, naif & liarnya ... sudah tidak harmonis (cukup tampak beradab di permukaan) apalagi holistik (memang sungguh beradab dalam kenyataan) malah neurotik & lunatik lagi (menyimpang dari kesehatan mental & melanggar bagi kebersamaan keseluruhan). Stabilitas dalam kebersamaan memang faktor penting dalam mengembangkan peradaban eksistensialitas namun perhatikan juga vitalitas kebebasan bagi keselarasan alamiah universal dan terutama pertimbangkan juga integritas keutamaan demi pengembangan ilahiah transenden semuanya (lainnya?) ... So, hindari atau bijaklah dalam menggunakan hegemoni hierarkis kala memaksakan kekuasaan atas lainnya (dalam kekuatan ada arah bagi kebaikan, Dalam kebaikan akan ada kekuatan).
NEXT .... REHAT LAGI. ADA PERLU ... MAPAK ISTRI. NANTI ? LIHAT DRAKOR. BESUK ? JAGONG LAGI. PASTI ADA WAKTU LUANG ... KALAU TIDAK ADA ? YA, LUANGKAN WAKTU YANG ADA. ASAL ARUS IDEA DARINYA MENGALIR YA SALURKAN SAJA .... KAMI CUMA PRALON BUKAN TANDON, KOQNUWUN. MAAF ... R3 (REKAP, REHAT,RELAX) DULU, YA ? Alasannya klasik ... repot eksternal, ribet internal, flow macet, nunggu file baru, dsb... hehehe.LINK SEMENTARA GOOGLE DRIVE =REKAP SD 13072023 OKE (108.79 MB )LINK SEMENTARA GOOGLE DRIVE =EBOOK ABHIDHAMMA BUDDHISME INA (DBS, ETC) = 184.01 MB ?ARCHIVE ORG MENYUSULSkip to main content listing of REKAP SD 14072023 REV.zipBAHASAN LANJUTAN SEE = JUSTSHARE Saling Berbagi Selasa, 11 Juli 2023 LANJUTKAN ,SEEKERSDARI ARCHIVE ORG Skip to main content listing of REKAP SD 14072023 REV.zipSkip to main content listing of PLUS EBOOK 14072023.zipHEHEHE ... TAMBAH AMUNISI BARU UNTUK MELANJUTKAN PEMBAHASAN KITA.disamping REKAP ada EBOOK BARU (BUDDHISM & TAOISM) ... antara lain Abhidhamma DBS yang edisi bukunya sudah kami terima dulu ... ANUMODANA.WELL ... SAMPAI MANA KITA ? Nietzche Mahakarya Nietzche dulu sudah juga kami upload, lho ... coba cari di
REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/ARCHIVE/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 343 SD 08072023 OKE.docx
3271175
REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/ARCHIVE/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 343 SD 08072023 OKE.pdf
39113592
Nietzche ? NIETZSCHE .... wah ralat salah nama lagi, ya ... kurang huruf s. /juga lainnya : ali syariati > shariati ... mistransliterasi: syin > shod ? /Jul 10, 2020NOVELdataPLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE
2020-07-10 16:35
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/53962963-Seruan-Zarathustra-F-nietzsche.pdf
2020-07-03 23:32
1816858
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder
2020-07-11 02:03
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/BEYOND GOOD AND EVIL.docx
2020-07-04 00:48
222981
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/BEYOND GOOD AND EVIL.pdf
2020-07-04 00:49
632780
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/Nurita Meliana 07203241006.pdf
2020-07-03 23:27
6983714
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/THUS SPAKE ZARATHUSTRA.docx
2020-07-03 23:35
398768
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/THUS SPAKE ZARATHUSTRA.pdf
2020-07-03 23:35
1348687
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/Thus-Spoke-Zarathustra-by-F.-Nietzsche.pdf
2020-07-03 23:29
1126018
juga Jul 13, 2020MYSTICSdataSELECT MYSTIC 1/ENG/PHILOSOPHY/Nietzsche's Tuhan Sudah Mati.pdf
2019-01-05 13:51
2293529
Nietzsche (semoga tidak salah ketik lagi) memang figur yang unik ..... Well, ini piyayinya. Sangar, nggih?
REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/ARCHIVE/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 343 SD 08072023 OKE.docx | 3271175 |
REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/ARCHIVE/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 343 SD 08072023 OKE.pdf | 39113592 |
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE | 2020-07-10 16:35 | ||
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/53962963-Seruan-Zarathustra-F-nietzsche.pdf | 2020-07-03 23:32 | 1816858 | |
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder | 2020-07-11 02:03 | ||
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/BEYOND GOOD AND EVIL.docx | 2020-07-04 00:48 | 222981 | |
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/BEYOND GOOD AND EVIL.pdf | 2020-07-04 00:49 | 632780 | |
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/Nurita Meliana 07203241006.pdf | 2020-07-03 23:27 | 6983714 | |
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/THUS SPAKE ZARATHUSTRA.docx | 2020-07-03 23:35 | 398768 | |
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/THUS SPAKE ZARATHUSTRA.pdf | 2020-07-03 23:35 | 1348687 | |
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/Thus-Spoke-Zarathustra-by-F.-Nietzsche.pdf | 2020-07-03 23:29 | 1126018 |
SELECT MYSTIC 1/ENG/PHILOSOPHY/Nietzsche's Tuhan Sudah Mati.pdf | 2019-01-05 13:51 | 2293529 |
NietZSche dengan jujur (kasar?) mengungkapkan sisi gelap gambaran & impian jurang terdalam batin yang kita sembunyikan dengan topeng agung kepicikan (<kesadaran<kelayakan?) & kelicikan (<kepolosan<ketulusan) kita selama ini? atau dia sengaja/ terpaksa memerankan diri (alih-alih memperdaya mengorbankan lainnya memilih sukarela memberdaya dengan mengorbankan citra dirinya) sebagai antagonis dengan menelanjangi kemunafikan manusiawi kita bagi keautentikan vitalitas naluriah kita sebagaimana yang tersurat diungkapkan dalam tokoh Zarathustra atau demi keholistikan spiritualitas nuraniah lanjutan kita yang tersirat untuk dikembangkan ? Well, by the way ... beliau (dia?) telah berpartisipasi, berkolaborasi & berkontribusi dalam memperkaya khazanah filosofis keberagaman pelangi pemikiran/pandangan manusiawi kita ... Via konsep figur idealnya (Uebermensch) cukup banyak mentrigger filsuf pemikir lain (seperti era lalu : manusia filsuf - Yunani, Insan Kamil /mystics?/- Ibnu Araby, dsb) untuk masa berikutnya : Zorba the Buddha - Osho, Rausyan Fikr - Ali Shariati, Insan Kamil /modern?/ - M. Iqbal dst. etc etc etc THEN, WHAT'S NEXT .......? WAH, TAMPAKNYA BERPUTAR LAGI APA MALAH KESASAR, NIH. MAU MASUK TIMINGNYA SUDAH PAS ATAU BELUM SIH ? RENCANA SEMULA MAU MASUK LEWAT CELAH NIETZSHE UNTUK LANGSUNG BAHAS JAWABAN NAMUN TAMPAKNYA HARUS BAHAS LAINNYA DULU UNTUK KEJELASAN BAHASAN, KELUWESAN OMONGAN ... TUNTAS MASALAH TANPA HARUS BUAT MASALAH BARU (konflik salah faham yang tidak perlu ... ikannya harus dijaring tidak dipancing tampaknya ... itu sanepan (kiasan -jw), bro .... supaya bisa faham tanpa harus salah faham ... ikan pemahaman tetap sehat tak terluka didapat dengan tanpa perlu timbulkan kekeruhan di kolam kebersamaan. Neti neti neti (terma gnosis) arti harfiahnya = bukan seperti itu ... Sering digunakan oleh mistisi kejawen sebagai jane ora ono opo opo sing ono kuwi dudu (sebenarnya tidak ada apa apa , yang ada itu bukan ) . Jadi inget senggakan lagu romo ono maling /guyon, lho/: Ngono yo ngono,Ngona ngono ning ojo ngono… seperti itu ya seperti itu tetapi ya jangan seperti itu ... kalau ini nyemoni /menyindir/ : semono yo semono ning yo ojo semono ... sekian ya sekian tetapi ya jangan sekian. Sudah, ah ... mbanyolnya. Serius. Terjemahan yang tepat seharusnya : ngono yo ngono ning ora ngono (dikatakan demikian bolehlah sebagaimana demikian namun dalam hal ini tidak hanya bahkan bukanlah demikian itu.....). Ini terma dalam harusnya tidak difahami dangkal. Sama dengan konsep anatta ... setelah melampaui eksistensial meng'aku' kita seharusnya universal meng'esa' dan kemudian meniada (walau 'ada'). Transendensi adalah aktualisasi, transformasi & realisasi sejati bukan anihilisasi atas triade diri, alam & inti. kutipan lalu : well ... jadi mudah kopas sekarang (ada di blog akun yang sama ... kumpul di tema JFS ... sementara jangan usil diblok dulu, ya . Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya). Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak & tersekap dalam keterpedayaan yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). Ini sering terjadi pada kita kala belajar (pengetahuan, penempuhan. penembusan) baru. Aduh ... ngomong apa supaya jelasnya. Dikasih contoh saja. Einstein Scientist genius ketika menghadapi fenomena ketidak-pastian dalam teori fisika quantum agak kesal dan menyatakan walau dia memahami fenomena kerelativitasan namun tidak mau menerimanya dan menyatakan: "Tuhan tidak mungkin bermain dadu". Einstein benar dalam batas pandangan yang difahami tersebut namun demikian permasalahan yang dibahas tidak selalu berada dalam batas pandangan kita semula. Ada sekian banyak kemungkinan yang tidak selalu pasti terjadi sama persis sesuai dengan apersepsi pengetahuan kita semula dikarenakan memang faktor peniscayanya lebih luas & kompleks daripada batas pengetahuan yang sudah kita miliki. Tuhan (atau mungkin tepatnya : kosmik semesta) ini memang tidak berjalan ngawur ... ada kaidah tatanan di dalamnya ... yang sayangnya belum mampu kita fahami. Bahkan formula E = mc2 yang menakjubkan tersebut bisa jadi hanya terpenuhi dalam layer dimensi fisik berfrekuensi energi di bumi/ galaksi/ semesta ini saja ... sementara di layer dimensi fisik lain (apalagi di layer kosmik yang lebih halus , semisal : eteris, astral, kausal, monade, dst) mungkin bisa dan malah pastilah berbeda variabel pangkat c (kecepatan cahaya) >2,dst ... Well, para scholar Buddhism mungkin bisa memahami & menjelaskan lebih baik lagi dikarenakan wawasan serupa juga bukan hanya mereka fahami bahkan yakini ('dadu' life span 31 lokadhatu alam kehidupan yang semakin ke atas/ dalam pasti tidak bahkan memang harus beda .. frekuensi, kalkulasi & formulasinya). kutipan posting lainnya, ya ? referensi sama ... asal copas saja... Kutipan :https://kalamadharma.blogspot.com/2020/06/mbuh.html (Maybe?) you may say I am a dreamer, but I am not the only one.... (Mungkin) anda boleh mengatakan saya adalah pemimpi namun saya bukanlah satu-satunya orang tersebut ... ingat penggalan lyrik lagu Imagine John Lennon Beatles tahun 70-an ini (masih SD, bro?) ?. Kalau saya tidak lupa mengingat referensi lama mungkin Sri Aurobindo seorang mistisi/pemerhati spiritualitas modern India (?) pernah mengungkapkan pernyataan yang berbeda dari kebanyakan pandangan umum yang biasanya kelam/ negatif tentang keberadaan akhir zaman nanti. Ada fitnah besar dan perang hebat antara dualitas yang benar dan salah (yang benar pastinya menjadi pemenang atau yang menang akhirnya dianggap benar ... history atau his story ? ... entahlah ... peristiwa memang terjadi namun sejarah /bisa?/ dicipta) ada juga ini ... fase kappa turun dikarenakan sudah merosotnya etika manusia maka pada masa itu kezaliman menjadi kelaziman bahkan atas nama kebenaran, kebijakan dan kebajikan sekalipun kepalsuan, kebejatan dan kekejaman halal, legal bahkan normal dilakukan hingga jatah usia manusia menjadi susut hingga 10 (sepuluh) tahun ? Walau tidak menafikan mungkin akan terjadi demikian sebagaimana harusnya diterima dan diyakini (demi tetap perlu eksis dan lestarinya siklus permainan samsarik ?), namun demi sinkronisasi pengharapan yang positif ... alih-alih meng-'amin'-i nubuat negatif tersebut, Sri Aurobindo (tolong direcheck namanya ... kalau tidak salah saya baca buku Anand Khrisna antara tahun 1990-an sebelum rehat 'nge-lumrah' menikah th 2000 menjalani kehidupan awam orang kebanyakan) malah menyatakan (positif/ optimis) bahwa ada kemungkinan juga pada saat itu justru terjadi sebaliknya ... Terjadi Pencerahan Total (?). Dalam kebersamaan pemberdayaan kedamaian semesta tersebut tidak ada gunanya fitnah apalagi harus ada perang besar yang bukan hanya secara parah menghancurkan peradaban namun juga melenyapkan keberadaban manusia itu sendiri .... sehingga cukuplah jatah 10 tahun akselerasi taktis masa pencerahan sudah bisa dicapai (?). Manusia saat itu sudah begitu sadar, cakap dan layak untuk saling memberdaya diri sebagai/selayak Ariya puggala baik di level swadika, talenta maupun visekha (istilah pali mungkin Kammavipaka/ kammassakata ?). Tanpa pandangan/niatan/tindakan yang salah dan buruk hindari dari apaya, dengan kebaikan sikap/sifat/amal yang wajar dan murni layakkan surga, dengan perkembangan ke-tihetuka-an mantapkan samadhi layakkan jhana Rupa Brahma 4 sampai moksha anenja ? , dalam kekokohan samadhi tingkatkan panna bagi pencerahan hingga kebebasan ?Ditengah situasi kondisi New Normal yang masih kacau dan tidak bisa diatasi dengan sakau apalagi galau ....sekedar pengalihan stress (galau?) walaupun semu ... bayangkanlah begitu positifnya impian 'gila' ini... pada saat itu dikarenakan bukan hanya keberadaban manusia namun juga peradaban manusia berkembang dengan sangat baiknya (senantiasa ada korelasi kosmik antara perkembangan etika dan peningkatan logika dalam kehidupan ini) ... well, saat itu keberadaban introspektif intrapersonal & interaksi antar personal kondusif berkembang baik sehingga dengan level kesadaran yang tinggi tingkat kecakapan manusia juga meningkat disamping perkembangan level metafisik spiritual juga trick sains teknologi membentuk peradaban juga semakin maju sehingga level kesehatan holistik dan empirik juga terjaga walau ada atau tidak ada pandemi semacam ini. (dengan tatanan sosial yang lebih madani tidak totalitarian seperti New Order novel 1983 1984 George Orwell ... Big Brother ? mari kita tambahkan agar lebih indah dan megah lagi sesuai dengan keinginan kita atau anda ?). Saat itu bukan hanya interaksi kosmik antar galaksi yang jauh terjalin baik bagi manusia bumi (seperti film Star Trex, bro .. bisa bisnis liburan ) namun juga bahkan interaksi metafisik antar wilayah rohaniah samsarik para yogi (seperti Mystics & Buddhist, guys ... bisa amati/singgah ke alam Eteris /apaya - petta - asura - yakha Bhumadeva/, wilayah Astral /surga catumaharajika - tavatimsa - yama ?~ Alakh Niranjan?/ , Dimensi Mental /Tusita- Nimmanarati, Paranimmitavasavatti ? ~ Wisnu, Brahma, Shiva ? : Kal ?/, Monade Kosmik (Para Brahma etc:...yogi penjelajah harus lebih tinggi/murni levelnya ke anenja moksha, bro.) bahkan hingga anatta Nirvanik ? Lebih heboh lagi jika ada Liga Galaksi Semesta di alam fisik & Sangha Antar Dimensi (semacam PBB) untuk harmoni bersama saling memberdaya holistik diri plus duta diplomatiknya. By such mastery, no much mistery ? Wah....sudah terlalu melantur khayalannya,ya ?. Hehehe...Kembali membumi lagi sebelum gila beneran. Well ... walau agak semi guyonan kami utarakan tentang impian akhir zaman posting kami waktu pandemi lalu (bukan hanya menghibur diri & lainnya , lho) sesungguhnya memang kami sengaja mengarah kepada perkembangan yang mungkin saja bisa terjadi pada masa depan (tentu saja variabel peniscayanya harus dipenuhi dulu ... keberadaban spiritualitas/kesadaran kita/ berkembang /berpandangan benar, berpribadi murni & berprilaku mulia/ sehingga dalam keselarasan universalitas tersebut kecakapan kita juga meningkat /media kecerdasan eksistensial, akses kecerdasan universal, insight kecerdasan transendental/ bahkan juga keterjagaan transendental .Itu hanya hipothesis inferensial keterniscayaan kami, lho ,,, hanya fantasi intelektual bukan ramalan apalagi nubuat (jujur saja kami 'kosongan' tanpa perewangan apalagi pewahyuan, wangsit inspiratif dan sejenisnya ) ..Well, walau saat itu dalam evolusi tersebut sinergi kosmik untuk tidak jumawa & semena para suciwan yang tanggap sistem kosmik ..........MASIH BIKIN ALUR UNTUK ARUS IDEA Kemungkinan pencerahan total? sinergi valensi memungkinkan disamping evolusi pribadi sudah terealisasikan & harmoni dimensi terniscayakan dalam perkembangan wilayah eksistensial kita. kemajuan science ? relativitas impossibility ? No. nanti akan ada paradigma sinkronisasi singularitas .... yang memungkinkan bukan hanya pengetahuan namun juga penjelajahan kosmologis (bahkan tidak hanya dalam layer dimensi energi fisik yang sama tetapi juga dalam frekuensi dimensi yang beda ) kemajuan hitech ? biotehc ... nggak cuma AI robotic, lho (nanti itu sudah dianggap jadul, ..cyborg mandiri saja bukan hal aneh nantinya) Well, dulu saja pernah dimitologiskan/ diesoteriskan (contoh : golem lazarus - Kabbala? - juga : absorbsi nutrisi energi - tahapan Taoism ? gampangnya : kiriya yogi Giribala - buku autobiografi yogi paramahansa yogananda;pro kreasi pelestarian manusia via bayi tabung kurava atau sistem pujan pandava; dst. kemajuan metafisik ? sabdo dadi, kun fa ya kun, abrakadabra LOA /so what?/ bisa juga ... tetapi harus juga jaga etika kosmik universal (tidak asal umbar apalagi hanya karena terprovokasi & dimanipulasi kepicikan/kelicikan naluri lintah ego umat pemujanya atau bahkan memang nafs ego yang dipujanya sendiri ... istilah kami sinergi untuk tidak mentang-mentang bisa kuasa/wasesa langsung bisa seenaknya saja melanggar etika kosmik ... bisa menjatuhkan evolusi pribadi dan yang lebih parah/payah lagi mengacaukan harmoni dimensi..Awas : bahkan kutukan kemarahan ibu kurava yang setia dalam sila saja bisa memusnahkan juga keturunan yadava Khrisna avatar ilahiah wisnu ... (kutukan ini juga salah, lho ... bukan pembenaran hanya demi kewaspadaan/ keterjagaan kita walau memang ber'aku' untuk tetap harus meng'esa' ... susah 'meniada' karena kenyataan alamiah memang sebagai 'diri' ?). Sekali lagi kami utarakan pada intinya memang musuh terbesar setiap diri (termasuk kita semua ) adalah egonya sendiri. pergeseran lokadhatu lebih asymptot ? mungkin akan lebih spiral membaik (sehingga paradigma suddhavasa bahkan bisa dilakukan di mayapada ... agak mempermudah pacceka juga sammasambuddha berikutnya dalam samana dhamma : pabajita, pindapata , selibat... bukan hanya delusi sensasi/ fantasi figure namun juga gender kosmik sudah dilampaui, absorbsi nutrisi energi sudah automatically cakap . Prokreasi dimensi ? karena wilayah sudah bergeser.. ekstase emanatif spontan dari dimensi bawah cukuplah sudah ... bagi yang masih belum/ sudah tidak/ bukan lagi anagami arahata ? peradaban hitech / metafisik di atas bisa digunakan asal secara sinergi tidak melanggar etika kosmik atau perlu turun tingkat lagi ke lokadhatu yang lebih rendah ? brahmanda stabil akan delusi fantasi, sensasi, persepsi < kamavacara (atas - platonic < tengah - romantik < bawah - erotic ) < dunia manusia < apaya (hewan moha - petta lobha - niraya dosa ) < lokantarika ( menunggu kejatuhan para abhasara mengilahkan diri, markandeya ? .. babakan baru memulai dagelan nama rupa samsarik versi figur baru ?) nah ... clue jawaban mengapa 3 sudah mulai jelas kan ... nanti kita perjelas lagi dengan bahasan desain kosmik tentang mandala advaita & kaidah sistem niyama dhamma (juga hukum karma citta, lho) ... tanpa perlu kami nyatakan secara eksplisit (karena ewuh, lho) semoga anda faham mengapa ini bisa terjadi, apa yang sebenarnya berlangsung dan sadar bagaimana melalui dan melampauinya .. juga dampak & effek pensikapan kita dan antisipasi tindakan / realisasi lanjutan. Hanya itu tugas saya (?) ngandake ora ngandani ( hanya memberi tahukan berbagi info tanpa sok mulia menasehati apalagi sok kuasa memaksakan .... hehehe, wong saya sendiri tidak selalu bisa mampu/ mau menjalani sepenuhnya ? Rekan SBAR kami akan mengkritisi keras, lho /masih tinggi ego ,bikin murka tuhan, cela dunia, dosa akherat, noda samsarik, etc/ ... Well, namun memang itu kenyataan kita (eh ... saya saja tanpa melibatkan lainnya) sesungguhnya. Namun minimal kita faham sehingga bisa lebih menerima dan pastilah bertanggung jawab jika dampak karmik dari effek kosmik yang kita lakukan yang seharusnya terjadi memang terjadi tanpa menyalahkan siapapun juga kecuali diri sendiri (jika negatif) dan jika positif ? tetap tawadhu tidak ghurur terpedaya dan senantiasa memberdaya diri (jika anda SBAR ? jangan sok namun bersyukur pada Tuhan , jika anda SBNR ? ya respek pada kosmik dengan grand desain yang tertata dalam kaidah akurat Nya ini ) . Ini tidak menyalahi bahkan sudah sesuai dengan komitmen posting semula
Sadhguru Yasudev Quotes : Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menempuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah mereka
Jadi inget posting ojo dibandingke (walau memang malu namun tanpa ragu karena tetap perlu jujur mengaku ? )
FROM TRUTH SEEKER FOR TRUE SEEKER ?Namaste ...bagi kami... artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.Rebat cekap ....Segala sesuatu tampaknya memang ada waktunya. Quote ini sebenarnya kami dapatkan dari Satsangi mystics untuk senantiasa tabah menempuh perjalanan spiritual ... bertahan & berjalan hingga akhir. (Mirip dengan nash Shabar 3 kala menerima musibah, menjalani ibadah & menghindari maksiyah atau Ovada 3 menjalani kebaikan, menghindari keburukan & mensucikan batin fikiran dsb). Ini sebetulnya bukan dalih bagi rasionalisasi pembenaran kami untuk keengganan berbagi lagi. Namun dikarenakan masih ribet internal & repot external (alasan klasik, ya ... padahal ada waktu luang liburan tetapi masih tidak bisa meluangkan waktu juga ?).Ada banyak hal yang akan kami sampaikan ... sayang stuck di otak susah keluarnya., antara lain : untuk mengurangi beban kesungkanan kami merasa perlu curhat semacam "pengakuan dosa/ dusta" ? (seperti di hadapan pastur publik/ deitas kosmik, nih) bahwa kami sejujurnya karena ketidak-konsistenan dalam berintegritas pada kebenaran tidak layak disebut pencari kebenaran ... truth stealer bukan truth seeker (pencuri bukan pencari hikmah). Ingin guyonan dengan limbah musik ragu juga. kalau dulu pakai lagu Tatu almarhum Didi Kempot ( lirik : opo aku salah nek aku kondho opo anane ... apa saya salah jika berbicara apa adanya ) ini mau ganti lagu baru ojo dibandingke (lirik : wong koyo ngene kok dibanding-bandingke mesti kalahe ... orang seperti kami ini kok dibanding-bandingkan ya pasti kalahnya ... dan juga salahnya ?).Kami jelas tidak sehebat pujangga Khalil Gibran Khalil dalam mengguratkan kata, Mistisi Osho profesor filsafat dalam memformulasi idea apalagi seperti Buddha Gautama yang telah merealisasi kedewasaan pencerahan dalam dagelan nama rupa samsarik ini.Tetapi walau memang demikian adanya namun kesannya kok lebai, ya ... seakan menolak satir (tabir tirai penutup) kasih ilahi yang menutupi rahasia ini & para readers yang (semoga selalu) memakluminya.kutipan : JUST ORDINARY PEOPLEtatu - Didi Kempot : opo aku salah yen aku cerito opo ananeapa saya salah jika saya harus menceritakan apa adanya
mau versi Farel dikira kampanye politis lagi ... payah & parah. (padahal sudah golput ... eh, masih menang juga. Rehat dulu ya, pak ... Demi kebijakan evolusi spiritualitas diri, kebajikan harmoni kebersamaan & kebenaran sinergi kesemestaan ... beri kesempatan lainnya dan jangan maju lagi ). Guyon, lho.Langsung lanjut ( kelamaan mukadimahnya ...sekarang sudah tanggal 31 Desember 2022 jam 21.00 jadi tinggal 3 jam lagi tahun baru 2023, nih ... sebisanya rekap dulu atau teruskan idea). Akhirnya setelah melalui & melampaui pandemi corona 3 tahun ? (Wuhan Agustus 2019 ; Dunia Maret 2020) kita bisa bersama menyambut awal tahun baru (PPKM ditiadakan namun prokes tetap dijaga, lho .... tidak cuma zahiriah namun terutama batiniah). Sadhguru Yasudev quote :this is a time to stand up - not just as one nation but as humanity Inilah saatnya untuk bangkit - tidak hanya sebagai satu bangsa tetapi sebagai satu umat manusia .Link video : https://www.youtube.com/watch?v=Z2fQ3utVrwI
Well, by the way ... walau belum menjalani sepenuhnya kita tetap perlu memahami seutuhnya orientasi pandangan panentheistics berikut
SLOGAN PANENTHEISTIK
See :slogan pacceka Amor Dei, Amor Fati (Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.) Dhammo have rakkhati dhammacarim (Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha (lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga) Appamadena Sampadetha (berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya)
BE RESPONSIBLE bertanggung jawablah BE HUMBLE (dalam) kerendah-hatian BE TRUE (untuk menjadi) sejati
Sikap Batin Dasar : Be Realistics to Realize the Real Menjadi spiritual (kemurnian autentik) tidak sekedar mengemas kesalehan estetik religius Untuk waspada (kaidah keutamaan > konsep kebenaran > trick kelihaian ) Demi konsistensi & kontinuitas 'ovada paccceka? maka Kaidah etika keutamaan tidak sebatas klaim konsep kebenaran apalagi sekedar trick kelihaian pembenaran 'sacred monistics' perlu ditekankan & ditegaskan. Ini dimaksudkan sama sekali bukan untuk menyinggung/ menyangkal kepercayaan normatif religius kita selama ini namun justru demi mendukung bahkan meningkatkan keberdayaan autentik spiritual kita selanjutnya. In short , agar senantiasa terjaga dalam kebenaran evolutif , menjaga kebersamaan semuanya & berjaga dari segala kemungkinan ...... bukannya terjatuh dalam semunya keterpedayaan, naifnya ketersesatan apalagi liarnya pengrusakan bukan hanya diri sendiri namun bahkan juga lainnya. Sacred Monistics ? self term untuk pembenaran anggapan hanya dengan imaginasi / identifikasi bahwa karena telah berpandangan, beranggapan, berkelakuan bahkan pernah mencapai 'pencerahan' / "penyatuan' seseorang merasa sudah berhak merasa suci dan boleh melakukan apapun juga (termasuk kebejatan, kekejaman dsb) terhadap dirinya sendiri maupun orang lain, lingkungan sekitar, dsb. perlu akal sehat, hati nurani & jiwa suci dalam spiritualitas demi kebenaran, kebajikan & kebijakan bukan hanya demi evolusi pribadi kebaikan/perbaikan diri sendiri saja tetapi juga harmoni dimensi kebersamaan & kesemestaan dengan lainnya disamping ... tentu saja ... agape alithea dalam keselarasan Saddhamma di mandala advaita ini.
Be True : x imaginative vs kesemuan : kesombongan berpandangan / beranggapan ( identifikatif ?) mencela itu tercela./mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik /. Adalah keyakinan semu (atta dipatheyya/loka dipatheyya?) yang menyatakan/menghalalkan bahwa kita akan dianggap / dipandang mulia ego kita jika bisa berbangga diri apalagi jika menista lainnya ? Sesungguhnya tidak perlu mengkambing-hitamkan setan, mara & derivatnya (dajjal, lucifer, kafir, etc), karena sejujurnya kenaifan & keliaran ego kita sudah cukup parah & payah untuk merusak diri sendiri dan alam semesta ini tanpa perlu godaan atau cobaan siapapun juga. Well, jika mereka yang "tercela" tersebut memiliki integritas etika yang lebih baik & maju mereka pastilah akan berprihatin dengan kenaifan berpandangan ini ... sebaliknya jika moralitas norma mereka tidak cukup baik mereka tentulah akan tertawa karena kejatuhan bersama akan keliaran prilaku ini.. Kutipan : Well, dunia kehidupan ini sesungguhnya mampu mencukupi semuanya dengan kelimpahan, kedamaian & kebahagiaan namun tidak akan mampu untuk memenuhi keserakahan, kesombongan dan kesewenangan seorang manusia sekalipun. Orang lain (lebih luas makhluk lain) adalah (sebagaimana) diri kita sendiri yang kebetulan saja saat ini menjalankan peran yang berbeda. Dsb Dst Dll (
Kutipan : Keraguan Ehipasiko? Well, just ... Sapere aude (Horace/Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus kebenaran. Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya. Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.). Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga kesunyataan transendental.
Be Humble : x identificative vs kenaifan : terjaga untuk terus memberdaya & tidak mudah terpedaya (magga phala & ritual ibadah ?) Untuk menjadi ahli & suci memang mutlak diperlukan kearifan & kebaikan .... namun tidak jaminan setelah level keahlian & kesucian tercapai bisa dipastikan kearifan & kebaikan akan mengikuti. Selama berada dalam kondisi meditative okelah (karena toh dengan tidak melakukan kebodohan/kesalahan/keburukan kepada lainnya sudah termasuk kebaikan) namun apakah bisa dipastikan setelah itu kebijaksanaan & ketawaddhuan terus berlanjut dan tidak justru berubah dengan takabur kesombongan & pembenaran standar ganda kepentingan karena sudah merasa berlabelkan suci tsb (ingat : Ovada patimokha di bulan magha atau khosyiun - daaimun .... kelestarian meditative pada 3 saat sebelum, ketika & setelah meditasi/realisasi/) kutipan : Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya). Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak & tersekap dalam keterpedayaan yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah).
Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ... terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental
Be Responsible : vs keliaran manipulatif : senantiasa terjaga, menjaga & berjaga dari segala kemungkinan( tidak hanya mengandalkan/mengharapkan/membebankan ... maaf 'hanya' ... rahmat pengampunan/penebusan dosa & kemungkinan ahosi karma/ penghalalan 'kiriya' sacred monistik ) Walau memang ada kemungkinan pertolongan eksternal maupun keberuntungan Mahakammavibhanga internal dsb namun demikian demi kebenaran, kebajikan & kebijakan , janganlah melakukan kebodohan internal & pembodohan eksternal apapun juga kepada siapapun saja .... Bahkan kalaupun itu memang kebenaran tersebut ternyata memang demikian kenyataannya namun sikap keutamaan adalah tetap lebih perwira, terjaga dan berdaya dalam segala hal ... bolehlah bertaruh akan 'keajaiban' namun bersiagalah menerima jika yang tak diperkirakan justru yang terjadi. (Be Wise, guys). Latihan aktualisasi murni untuk mampu melampaui faktisitas samsarik tidak sekedar defisiensi perolehan apalagi manipulasi transaksional belaka ?.
Jadi slogan panentheistik seeker kami (being true, humble & responsible) bukan sekedar term untuk keren-kerenan saja. Karena baik dengan sadar ataupun tidak sadar toh kita semua akan menghadapinya juga ... dengan vivekha atau terpaksa. So, percuma saja kita berusaha menyangkal & tidak menerimanya apalagi menjauhi & menghalanginya. Kaidah kosmik Transenden ini memang tidak butuh pengakuan, pembelaan atau pemujaan dari yang immanen... namun dia akan menggilas siapapun yang menentangnya dan menerima siapapun yang mengarah kepadaNya. Dan dia tidak bisa dieksploitasi, diidentifikasi ataupun dialienasikan karena Wujud, Kuasa & KasihNya melingkupi segalanya .... tanpa pandang bulu. Jadi kita? ya sama saja ... dia tidak butuh sekedar kepercayaan (penganggapan/ pengharapan) referensi pengetahuan belaka namun terutama keberdayaan (keselarasan/ kesesuaian) akumulatif aktualisasi penempuhan sejati dari semua. Hanya memegang (mengagungkan?) peta buta perjalanan tidak berarti serta merta kita langsung sudah tiba di tujuan sana, kan ? Itulah mengapa kami menyatakan Well, menerima kenyataan, mengasihi kebenaran & menjalani keutamaan adalah keniscayaan untuk diniscayakan demi keterniscayaan (suchness philosopy) karena itulah yang sudah, sedang dan akan selalu terjadi dalam kesedemikianan keseluruhan ini. tanpa pandang bulu.? jadi inget ... insert video : Bhante Pannavaro tentang keyakinan dulu ... di posting mana, ya ? Ah kelamaan ini saja. (lupa time stamp nya) ADUH . LIBURAN AKAN HABIS MASIH BELUM SELESAI JUGA, NIH ... DICUKUPKAN SEKIAN DULU APA DILANJUTKAN .... MBUHLAH. lanjutkan ah ... mumpung masih ada luang waktu Wah, mati wifi lagi, nih ... rehat , ah. sudah dulu. Menuntaskan & memantaskan yang lain juga. BAHASAN LANJUTAN LINK SEMENTARA GOOGLE DRIVE = REKAP PASKA 16072023 PLUS F3 = FAHRUDIN FAIZ FILES (NGAJI FILSAFAT 10 TAHUN) PLUS ? Sementara belum di Archive Org (masih sungkan belum bisa donasi, ya ? masih bokek/ sudah habisan, nih). Kita selesaikan dulu. Sementara pakai Free Google Drive Storage 7 Akun kami dulu ... walau tidak sepraktis trick archive org kami namun tetap bisa download file terbaru sharing kami, koq ... malah bisa memilih yang diperlukan saja. Lanjutannya mulai dari apa lagi, nih ... Tersela fokus lain jadi disorientasi. Well ... pertama ini dulu.
Syukurlah/ Alhamdulillaah .. Di saat stuck, tandon menyalurkan air bagi pralon untuk segera mengalirkannya. Sebelum diarsipkan kita selesaikan dulu (mulai nanti susah juga . Bersama yang lain kita tampaknya memang perlu / patut untuk kembali (dengan/ tanpa ?) hanyut tenggelam dalam pemantasan/ penuntasan peran figur eksistensial lagi, nih) Untuk gambaran awal sudah kami utarakan pada posting sebelumnya. COPAS SAJA, YA ? Ngejar Deadline
Parama Dharma vs Maha Avidya Realitas Ilahiah & Mandala Advaita Eternal Forever + Formula Swadika

Be Realistics to Realize the Real Bersikap realistis untuk merealisasi yang real NDAGELE SAKMADYO WAEjalani drama kehidupan ini sewajarnya saja Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan.
KUTIPAN = GALAU CORONA
CORONA 1
Terjemahan Lirik Lagu The Sound Of Silence - Simon And Garfunkel
Hello darkness, my old friendHalo Gelap, teman lamaI've come to talk with you againAku datang untuk bicara padamu lagiBecause a vision softly creepingKarena sebuah penglihatan sayup-sayup merayapLeft its seeds while I was sleepingTinggalkan biji-bijinya saat aku tertidurAnd the vision that was planted in my brainDan penglihatan yang tertanam di otakku ituStill remainsMasih tetap adaWithin the sound of silenceDi dalam suara keheningan
In restless dreams I walked aloneDi dalam mimpi-mimpi gelisah, aku berjalan sendirianNarrow streets of cobblestoneJalan-jalan sempit berlapis batako‘Neath the halo of a streetlampDi bawah lingkaran cahaya lampu jalanI turned my collar to the cold and dampKubalik kerahku tuk berlindung dari dingin dan lembabWhen my eyes were stabbed by the flash of a neon lightSaat mataku tertusuk kilatan cahaya neonThat split the nightYang membagi malamAnd touched the sound of silenceDan menyentuh suara keheningan
And in the naked light I sawDan di cahaya telanjang, kulihatTen thousand people, maybe moreSepuluh ribu orang, mungkin lebihPeople talking without speakingOrang-orang berbincang tanpa bicaraPeople hearing without listeningOrang-orang mendengar tanpa mendengarkanPeople writing songs that voices never shareOrang-orang menulis lagu yang tak pernah terbagi oleh suaraNo one dareTak ada yang beraniDisturb the sound of silenceMengganggu suara keheningan
“Fools” said I, “You do not know"Orang-orang bodoh" kataku, "Kalian tak tahuSilence like a cancer growsKeheningan, seperti halnya kanker, tumbuhHear my words that I might teach youDengar kata-kataku hingga aku bisa mengajarimuTake my arms that I might reach you”Raih tanganku hingga aku bisa meraihmu"But my words like silent raindrops fellTapi kata-kataku seperti tetes hujan jatuh tanpa suaraAnd echoed in the wells of silenceDan bergema di sumur-sumur keheningan
And the people bowed and prayedDan orang-orang membungkuk dan berdoaTo the neon god they madePada Tuhan neon yang mereka ciptakanAnd the sign flashed out its warningDan tanda kilatkan peringatanIn the words that it was formingDalam kata-kata yang dibentuknyaAnd the sign said “The words of the prophetsDan tanda itu berkata "Kata-kata para nabiAre written on the subway wallsTertulis di dinding-dinding terowongan bawah tanahAnd tenement hallsDan aula-aula tempat tinggalAnd whispered in the sounds of silence”Dan berbisik dalam suara keheningan" https://terjemah-lirik-lagu-barat.blogspot.com/2016/09/the-sound-of-silence-simon-garfunkel.html
Well, mungkin inilah saatnya bagi kami untuk berbagi bukan lagi sebagai "persona" sebagaimana figur yang seharusnya diperankan (sebagai seorang manusia yang lahir dan hadir di dunia ini dengan segala atribut eksistensial yang ada) namun sebagai sesama zenka "seeker" yang terbang menjelajahi cakrawala pengetahuan keabadian dalam kehidupan ini dengan dua sayap paradoks keterbukaan dan keterjagaan atas dualisme kenyataan menjaga keberimbangan, menjalani keswadikaan dan menggapai kebijaksanaan sebagaimana harusnya ….Sayang sekali walau mungkin cukup sarat akan wawasan pengetahuan namun sangat minim dalam penempuhan sehingga tiada layak dalam tataran penembusan yang seharusnya bisa dicapai. Ini tidak hanya membuat kami risih namun juga riskan. Apalagi bahasan spiritulitas ini tentuna akan menyerempet (melanggar ?) masalah yang bukan hanya sangat krusial namun juga sangat sensitive bukan hanya bagi para Neyya Buddhist namun juga umat agama lain termasuk (terutama?) saudara muslim kami. Disamping kami harus menjaga logika, bahasa dan etika dalam penyampaiannya tampak sangat perlu moderasi keterbukaan pengertian untuk tidak salah faham akan orientasi niatan kami dan juga sikap kritis keterjagaan penalaran anda semua jika memang ada kesalahan pandangan yang kami ajukan. Ini hanyalah kontribusi pandangan untuk memperluas pandangan kita dengan tanpa maksud sama sekali untuk meng-konversi diri sendiri ataupun orang lainnya ke suatu ajaran tertentu namun sekedar masukan wawasan untuk kembali mentriangulasikan paradigma cara pandang kita bukan hanya dalam kehidupan duniawi ini dengan segala problematika figure eksistensial kita yang multi peran namun juga demi keberlanjutan kita mensiagakan diri dengan segala keberdayaan yang diperlukan untuk menghadapi segala dilematika kemungkinan yang ada (bahkan jika itupun ternyata berbeda sama sekali dengan yang telah kita yakini dan persiapkan selama ini). Pada intinya nanti walau dalam leveling pemilahan memang perlu adanya kebaikan untuk melayakkan taraqqi yang lebih baik namun dalam labeling tidak ada yang perlu merasa direndahkan/ ditinggikan karena memang demikianlah desain keberadaan kasunyatan ini memang harusnya/nyatanya tergelar. Segalanya terlingkup sebagai aneka dvaita pelangi kenyataan dari cahaya advaita mentari kebenaran dalam living kosmos kesemestaan homeostatis tunggal yang sama … amala, avimala (prajna paramita hrdaya sutra).
Sadhguru Yasudev Quotes : Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.
OKAY ...
Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan) dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara: Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.
Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara: Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.
Cobalah untuk tidak merendahkan sesuatu demi meninggikan lainnya (ide atau bahkan ego diri) Untuk beranjak dari eksistensial menjadi transcendental kita harus bersikap universal. (Universalisasi diri sesungguhnya kunci gerbang pertama dan utama spiritualitas transenden) Fahamilah trick rasionalisasi pembenaran / irrasionalitas perendahan yang walau terkadang diakui sebagai kecakapan yang mengagumkan dan menguntungkan bagi sebagian besar kita dalam komunitas kebersamaan namun sesungguhnya dalam pandangan Saddhamma – Dhamma Sejati itu adalah upaya pembodohan yang sangat parah bahkan kebodohan yang amat payah … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). Dalam posting Sita Hasitupada … apakah anda mengira Buddha Gautama tersenyum karena dia bangga akan telah tercapainya kebebasan pencerahannya dan memandang rendah mereka yang masih belum terjaga bahkan lelap bermimpi dalam keterbatasan panna kebijaksanaannya? Kami memandangnya tidak demikian… Dia tidak mungkin transendental mencapai nibbana jika masih ada naifnya keakuan untuk berbangga menyombongkan diri atas lainnya apalagi karena merasa bahagia atas derita makhluk lain yang belum terjaga (malah level eksistensial tidak universal?). Itu adalah senyum murni kearifan sakshin (istilah mistik “penyaksi”?) atas kesedemikianan Realitas Dhamma atas fenomena dhamma yang internal/eksternal – individual/universal – eksistensial/transcendental. Dalam Prajna Paramita Hrdaya Sutra (Mahayana ?) Buddha Avalokitesvara memandang segalanya walau memang beda namun setara tanpa perlu memperbandingkan dualitas pembeda (amala – avimala … suci – tidak suci). Desain advaita memang sedemikian adanya tanpa perlu mana kesombongan identifikasi semu pengakuan diri apalagi autorisasi untuk memanipulasi lainnya sehingga .universalisasi kasih eksistensialitas ‘diri’ para Ariya itu kiriya non karmik .. murni apa adanya sebagai aktualisasi kewajaran (karena memang keterjagaannya) tidak lagi sekedar pelayakan kesadaran (karena perlu keterarahannya) apalagi deficiency pencitraan (karena demi kepamrihannya).
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya). Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak & tersekap dalam keterpedayaan yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi. Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya. Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa) Ashin Tejaniya_Don’t Look Down On The Defilements They Will Laugh At You .pdf Chogyam Trungpa_Cutting Through Spiritual Materialism.pdf The Five Ego Traps To Avoid in Meditation print rev.pdf Lima Perangkap Ego yang Harus Dihindari dalam Meditasi.pdf Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ... terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental. SEE = Link : data apa itu kebenaran & Link : video there is no truth Bhante Punnaji.
KUTIPAN : See : apa itu kebenaran Bhante Pannavarro. Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini. Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri. Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu.. Link : video there is no truth Bhante Punnaji. 
https://www.youtube.com/watch?v=NCS27-M1Cu0&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=43

Parama Dharma vs Maha Avidya Realitas Ilahiah & Mandala Advaita Eternal Forever + Formula Swadika
Parama Dharma vs Maha Avidya
PARAMA DHARMA : Just Idea ...Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. Well, The Greatest evil is Ignorance Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuanWalau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.KEDEWASAAN PENCERAHAN The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksanaBAHASAN = TENTANG AVIJJA Walau avijja secara etika kosmik adalah penyimpangan keselarasan namun ini membuat keberagaman (seperti biasan pelangi dari cahaya mentari yang sama)Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI .... Triade labirin paradoks diri - alam - inti dalam drama abadi dari fase azali hingga nanti ini (label eksistensial - layer universal - level transendental) dengan 'maha avijja' sebagai skenario samsariknya dan 'parama dhamma' sebagai desain holistiknya memang sangat complicated (jangankan untuk dilampaui dalam penembusan , untuk dijalani dalam penempuhan bahkan difahami dalam pengetahuan saja sulit & rumit ) Sial .. kenapa terasa/ terkesan sombong dan lancang ... padahal ini hanya asumsi filosofis yang berdasarkan inferensi belaka ( bisa jadi hanya imaginasi bahkan halusinasi bukan realisasi empiris sebagaimana harusnya ? ... Tampaknya memang wadah batin ini memang kacau ... sesungguhnya bukan hanya kesungkanan (keresahan karena rendah hati atau mungkin tepatnya rendah diri ... minder akan kualifikasi ideal untuk membabarkan dhamma ) apalagi keriskanan (kecemasan tersudutkan sebagai public enemy bahkan cosmic enemy karena membeberkan avijja) namun disamping ruwet & rumitnya permasalahan banyak kekesalan di dalam (pantas ... baru bicara jika marah rasionalisasi pembenaran karena dibodohi, dijahili & dizalimi ? ... Spiritualitas walau dalam perspektif holistik sesungguhnya memang sederhana namun dalam kerinduan beraktualisasi selaras denganNya tidaklah gampang ... Well, susah juga untuk mukhlish murni , begitu mudah untuk muflis bangkrut nantinya)
Avijja ... kebodohan berpandangan - kepicikan berpribadi - kesalahan berprilaku ? Demi kearifan teratai dalam pemberdayaan (menerima - mengasihi - melampaui) anggap Avijja kewajaran & dampaknya kelayakan?
GAMBAR SHUNYA (~) - HEKSAGRAM - SKETSA (E)
dualitas Yin Yang Taoism ?heksagram bintang daud .... symbol Zionis, nih ? No, ini nanti gambaran segitiga ke atas (Parama Dhamma) & segitiga ke bawah (Maha Avidya) swastika .... symbol Nazisme ? No, ini juga gambaran putar kanan & putar kiri dari hal yang sama Dalam orientasi meniscayakan kelayakan evolusi 10 laten deitas diri berikutnya (satu nol atau sepuluh ?) dihadapan kaidah kosmik impersonal transenden advaita niyama dhamma (0 nol) agar senantiasa selaras terarah kepada Sentra segalaNya (1 satu) , sesungguhnya bukan hanya sungkan namun juga sangat riskan untuk menyela apalagi mencela desain permainan bukan hanya kehidupan namun juga skenario samsarik keabadian ini... Well, avijja kebodohan dan pembodohan dalam dagelan nama rupa ini memang adalah kewajaran yang perlu dilampaui dengan dharma kesadaran yang bukan hanya tepat namun juga sehat bagi semua dimanapun layerNya, sebagai figur apapun diriNya dan dalam situasi external/ kondisi internal apapun juga adaNya.. Mungkin malah terkesan sombong dan terdengar lancang apa yang kami utarakan sebelumnya walau tiada niatan sama sekali untuk melakukan itu actually; verbally bahkan mentally. Ada harmoni kebersamaan yang harus kita jaga dan sinergi kesemestaan yang mutlak perlu terjaga demi keselarasan dan keterarahan evolusi berikutnya.
Realitas Ilahiah & Mandala Advaita
Wei Dan : Limbah Hikmah : E 16 The Great Show ( Wi Dae Han Show ) – Drakor
00:02:32 --> --> 00:02:59Life is about choices.And those choices...come with responsibilities.This is the time...for me to bear that responsibility. 00:02:32 --> --> 00:02:59Hidup adalah tentang pilihan.Dan pilihan itu ...datang dengan tanggung jawab.Inilah saatnya ...untukku memikul tanggung jawab itu.
00:02:32 --> --> 00:02:59 Life is about choices. And those choices... come with responsibilities. This is the time... for me to bear that responsibility. | 00:02:32 --> --> 00:02:59 Hidup adalah tentang pilihan. Dan pilihan itu datang dengan tanggung jawab. Inilah saatnya untukku memikul tanggung jawab itu. |